Alma Seravina, seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai Hostess di sebuah klub malam, harus menghadapi pandangan merendahkan dari masyarakat sekitarnya. Pekerjaannya yang unik, yang memerlukan dia untuk bekerja di malam hari, sering kali disalahpahami sebagai pekerjaan yang tidak pantas. Namun, Alma tetap mempertahankan pekerjaannya untuk membesarkan anak satu-satunya. Meskipun pandangan masyarakat membebani dirinya, Alma tidak pernah menyerah sedikitpun apalagi setelah mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit parah.
Di tengah kebingungan, tiba-tiba saja seorang pemuda yang usianya jauh di bawah Alma memasuki kehidupannya untuk balas dendam atas kematian tunangannya yang berkaitan dengannya. Namun, bukannya berhasil membalaskan dendam, Gevan justru malah terjebak nikah dengan Alma.
"Ayo menikah dan tandatangani kontrak ini!"
Alma tersenyum remeh, "Apa kamu bercanda? Aku tidak pantas jadi istri kamu, aku lebih pantas jadi kakak atau Tante kamu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wulan_Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jodoh pilihan ibu?
"Saat ini aku ingin fokus pada kesembuhan Rose, ibu boleh marah ataupun caci Alma sesuka ibu nanti, tapi tolong jangan buat keributan sebelum Rose selesai operasi, aku mohon Bu," pinta Alma dengan wajah sendu.
Lelah, Alma sangat lelah dengan semua keadaan ini, putri yang selalu menguatkannya kini terbaring lemah sedang berjuang antara hidup dan mati. Uang yang begitu sulit Alma dapatkan juga sudah ia dapatkan walaupun jaminan nya adalah hidupnya sendiri, lalu ibu? Dia tidak lupa dengan uang yang dia minta.
"Permisi, Nona."
Alma menoleh, dan betapa terkejutnya dia saat melihat sosok yang sangat dia kutuk kini ada dihadapannya.
"Kamu! Kenapa kamu ada disini?" tanya Alma dengan jantung berdebar.
"Aku baru saja menjenguk rekan bisnis yang baru saja kecelakaan, tidak sengaja aku melihat kamu ada disini. Siapa yang sedang sakit?" tanya Arion balik.
Alma tak mau pria itu tahu keberadaan Rose, sebisa mungkin Alma harus menyembunyikan Rose dari pria brengsek ini.
"Aku sedang.."
Ucapan Alma terputus karena ibu Julia lebih dulu menyela pembicaraannya.
"Siapa kamu?"
Arion tersenyum lalu mengulurkan tangannya, "Perkenalkan nama saya Arion Dillian, saya.."
"Dia bukan siapa-siapa, Bu. Dia hanya kenalan lama Alma," sela Alma sambil menepis lengan Arion dari ibunya.
"Kamu ikut saya!" Alma menarik lengan Arion dengan kasar agar menjauh dari tempat ini.
Ibu Julia mengerutkan keningnya, "Oh jadi pria itu yang sudah memberikan uang banyak kepada Alma!" gumam ibu Julia.
Pak Bayu menoleh, "Maksud ibu apa?" tanyanya.
"Sudah, bapak tidak perlu ikut campur!" sarkas Ibu Julia.
Pak Bayu hanya menggelengkan kepalanya.
Di tempat lain, Alma segera mendorong Arion agar menjauh dari ruang operasi putrinya.
"Kenapa kamu ada disini?"
"Bukannya tadi aku sudah bilang, aku baru menjenguk rekan kerja," jawab Arion.
Alma mendelik, "Bohong! Apa kamu peneror itu?" sentak nya.
Arion mengerutkan keningnya heran dengan ucapan Alma.
"Maksud kamu apa? Aku tidak mengerti."
"Apa kamu lupa dengan ucapanku waktu itu? Jauhi aku dan jangan pernah bertegur sapa, apa kamu tidak mengerti maksudku? Apa kamu sengaja ingin membuat hidupku semakin menderita!" sentak Alma.
Arion menghela nafasnya, pemuda itu benar-benar hanya ingin menyapa Alma saat melihatnya tadi. Arion sama sekali tak bermaksud ingin mengganggunya, tetapi mungkin hati Alma sudah benar-benar hancur dan ucapannya benar, dia tidak ingin melihat Arion lagi.
"Aku minta maaf, Nona. Aku akui aku salah, baiklah jika itu maumu aku tidak akan menegur kamu lagi."
Arion pergi dengan wajah kecewa, pemuda itu merasa sangat bersalah karena sudah membuat Alma marah.
"Setidaknya kini aku tahu namanya, Alma." batin Arion yang kini sudah menjauh dari pandangan Alma.
Dadanya yang tadi terasa sesak, kini perlahan-lahan mulai melonggar, rongga dadanya bisa bernafas lega. Namun, tetap saja keberadaan Arion ditempat ini membuat Alma curiga, sebenarnya sedang apa laki-laki itu ada disini?
"Alma!"
Ibu Julia mendekat kearah Alma.
Alma menoleh, lalu mengusap air matanya.
"Iya, Bu? Ada apa?" tanya Alma.
Ibu Julia melihat ke kanan dan kiri Alma, matanya mencari sosok yang sudah lebih dulu diusir Alma.
"Siapa laki-laki tadi?"
Alma menghembuskan nafasnya dengan kasar sambil kembali duduk dengan acuh.
"Bukan siapa-siapa, Bu," jawab Alma singkat.
"Kalau bukan siapa-siapa kenapa kamu marah saat dia ingin berkenalan dengan ibu tadi?" tanya ibu Julia dengan detail. Alma tahu kemana arah pertanyaan ibunya ini.
Alma merapikan bajunya, wanita itu mengeluarkan tissue lalu mengelap keringat dan air matanya yang sempat tercampur.
"Kenapa kamu diam? Apa dia laki-laki yang sudah memberi kamu uang satu miliar untuk pengobatan, Rose?" tanya ibu Julia lagi. Kali ini nadanya meninggi.
"Bu, dia bukan siapa-siapa! Dia juga bukan orang yang memberi Alma uang! Stop, Alma mohon jangan bahas lagi soal uang, Bu!" sentak Alma dengan nada lelah.
Baru saja tadi Ibu Julia sepakat tidak akan membahas uang. Tapi, beberapa menit kemudian ucapannya kembali berubah.
Ibu Julia tersenyum remeh sambil memicingkan matanya. "Kamu pikir ibu akan percaya sama ucapan kamu itu! Kalau kamu tidak ada apa-apa dengan laki-laki itu, lantas kenapa wajahmu takut? Apa kamu sudah menjual tubuh kamu kepada pemuda tadi?"
"Bu!" bentak Alma.
Alma menghela nafasnya, dia tidak ingin emosi lagi. Baiklah, jika itu pikiran ibu Julia maka biarkan dia berpikir seperti itu, karena bagaimanapun Alma menjelaskan situasinya, Alma hanya akan mendapat tekanan.
"Terserah ibu, ibu mau berpikir apapun terserah! Alma capek, tolong hentikan Bu!"
Alma melengos pergi meninggalkan ibu Julia dengan wajah masih kesal. Percuma saja Alma meladeni ibunya ini, karena ujung-ujungnya pasti uang lagi.
Sudah hampir tiga jam dokter berada diruang operasi, namun belum ada perawat atau dokter yang keluar dari sana untuk memberitahu keadaan Rose sekarang. Alma tak hentinya mengucap doa di dalam hatinya, wanita itu memohon kepada Tuhan agar Rose bisa selamat dan kembali ke pelukannya.
Lampu ruang operasi kini sudah berubah menjadi hijau. Alma segera berdiri setelah mendengar bunyi, bip.
Perlahan-lahan kenop pintu terbuka, satu perawat dan dokter keluar dari ruang operasi dengan wajah tenang.
"Dokter, bagaimana operasinya? Apa transplantasi nya berhasil?" tanya Alma dengan penuh harap.
Dokter menghembuskan nafasnya perlahan sambil membuka masker dan sarung tangan sterilnya.
"Operasinya berjalan lancar, Nyonya. Selamat, kini kita tinggal tunggu Nona Rose siuman," ucap dokter.
Alma meneteskan air matanya, kini air mata haru dan bahagia yang dia teteskan. Akhirnya putri kecilnya bisa kembali sembuh.
Alma menggenggam tangan Pak Bayu dengan erat, "Rose akan sembuh, Pak," ucap Alma dengan wajah bahagia.
Pak Bayu mengangguk terharu, "Iya sayang, akhirnya cucu bapak akan kembali kepada kita," jawab Pak Bayu.
Ibu Julia ikut senang mendengar ucapan Dokter, walaupun dia terlihat biasa saja, namun tidak bisa dipungkiri jika hatinya ikut bahagia mendengar cucunya berhasil menjalani transplantasi sumsum tulang belakang.
"Kapan Rose bisa ditengok, Dok?" tanya Alma.
"Nanti setelah kondisi Nona Rose stabil dan mulai siuman. Suster akan mengantar nyonya untuk bertemu Nona Rose jika tubuhnya merespon lebih cepat."
Alma mengangguk, "Baik, Dok. Terima kasih banyak, terima kasih banyak, Dokter," ucap Alma yang terus berterima kasih.
"Sama-sama, Nyonya. Oh iya, untuk perawatan Nona Rose dan pendonor, dibutuhkan waktu sampai dua hingga empat Minggu, ini demi memastikan jika kedua pasien sembuh total."
Alma mengangguk perlahan-lahan sambil tersenyum tegang. Empat Minggu? Berapa lagi biaya yang harus dia bayar jika Rose dan pendonornya harus dirawat selama itu.
"Oh iya, Dok, bagaimana keadaan pendonor? Apa beliau sudah siuman?" tanya Alma.
"Tuan Jonathan sudah siuman, mungkin beliau belum sepenuhnya sadar. Setelah kondisi beliau sepenuhnya pulih, Nyonya baru bisa melihatnya. Saat ini beberapa perawat sedang meninjau kondisi beliau," jawab Dokter.
"Baiklah Dok, terima kasih banyak."
Dokter dan perawat berlalu meninggalkan Alma dan keluarganya. Operasi Rose kini sudah berhasil, tetapi kini Alma harus kembali memutar otaknya agar dia bisa mendapatkan uang untuk biaya perawatan Rose dan pendonornya.
Ujian Alma kali ini sangatlah berat, setelah kejadian itu, hidup Alma benar-benar hancur. Hanya ada kesulitan yang dia rasakan, mulai dari melahirkan, kehilangan kekasih dan kini operasi Rose.
Ibu Julia mendekati Alma, "Bagaimana? Apa kali ini kamu akan menyerah?" tanya ibu Julia.
"Maksud ibu apa?"
"Kamu tidak dengar tadi apa yang dibilang Dokter? Empat Minggu Rose harus dirawat, kamu akan cari uang kemana lagi, hah?"
Alma memejamkan matanya, kali ini Alma tak mengelak atau berdebat dengan sang ibu, karena ucapan sang ibu benar, kemana lagi Alma harus mencari uang untuk perawatan Rose?
"Kamu diam, berarti kamu sudah tidak ada tujuan! Bagaimana jika ibu beri kamu solusi?" tawar Ibu Julia dengan sorot mata berbinar.
Alma mengerutkan keningnya, "Maksud ibu apa?" tanyanya.
"Bagaimana jika kamu ibu jodohkan dengan laki-laki pilihan ibu? Ibu jamin biaya pengobatan Rose bahkan hidup kamu akan terjamin hingga tua!"