Shanum disiksa sampai matii oleh dua kakak tirinya. Sejak ibunya meninggal, dia memang diperlakukan dengan sangat tidak baik di rumah ayahnya yang membawa mantan kekasihnya dan anak haramnya itu.
Terlahir kembali ke waktu dia masih SMA, ketika ibunya baru satu tahun meninggal. Shanum bangkit, dia sudah akan membiarkan dirinya dilukai oleh siapapun lagi. Dia bukan lagi seorang gadis yang lemah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Ulat Bulu
Diana dan Firda terlihat kesal sekali saat berjalan ke arah tiang bendera di lapangan yang meskipun berumput tapi juga sangat terik. Masalahnya itu sudah siang hari. Dan hari ini cuacanya sangat gerah.
Jadi, meski banyak tanaman dan rumput yang memang dibudidayakan untuk menghiasi lapangan yang luas agar terlihat natural itu. Tetap saja terasa panas bagi mereka.
Saat wajah Diana dan Firda masam, wajah Shanum justru tampak berseri-seri.
"Dia aneh sekali! kenapa dia tersenyum begitu saat di hukum?" gumam Firda yang tersengat oleh Diana.
"Dia kan bodohh!" jawab Diana cepat.
Diana masih berpikir kalau, Shanum masih bodohh. Di hukum dia tersenyum, begitu senang. Mereka berdua semakin meremehkan Shanum.
Dan keduanya juga berdiri agak jauh dari Shanum. Melihat jarak mereka cukup jauh, itu membuat Shanum tentu saja akan sulit mengerjai mereka.
"Hei! kalian berdua! tiang benderanya disini! kenapa kalian berdua berdiri disitu? sini sini!" kata Shanum sambil memanggil keduanya dengan melambaikan tangan ke arah mereka.
Namun Diana dan Firda yang melihat itu menjadi bertambah kesal.
"Dia tidak waras" gumam Firda.
"Abaikan saja! menyebalkan! siapa yang sudah mengambil bukuku. Aku akan buat perhitungan dengan orang itu!" kata Diana kesal.
"Tapi, kenapa hanya buku kita berdua. Kenapa Santi dan Jeni, tidak?" tanya Firda bingung.
Diana juga berpikir seperti itu. Kalau memang untuk mengerjai mereka. Kenapa hanya Firda dan dirinya. Sementara Santi dan Jeni tidak. Lalu Diana menoleh ke arah Shanum.
'Apa mungkin dia? rasanya tidak mungkin. Dia jelas-jelas pergi ke kantin tadi!' batin Diana.
"Aku jelas-jelas meletakkan buku itu di tas setelah mencontekk pr Galuh. Atau jangan-jangan dia! karena kita sudah mencontekk tugasnya?" tanya Firda.
Tapi Diana berpikir itu tidak mungkin. Meski sedikit pintar, tapi Galuh sangat penakut. Tidak mungkin dia berani mengerjai Diana. Cari matii namanya.
"Kenapa kalian mengalahkan orang lain? aku saja tidak menyalahkan siapa-siapa! lupa itu manusiawi!" kata Shanum yang bisa mendengar percakapan dua orang di sebelahnya itu.
"Diam!" pekik Diana.
Kepala Diana mulai terasa panas. Sudah panas karena kesal bukunya siapa yang ambil. Tambah panas lagi karena cuacanya memang terik.
Shanum terkekeh.
"Lupa memang manusia, tapi darah tinggi itu penyakit!" gumamnya lagi.
Diana makin kesal. Gadis itu bahkan mengepalkan tangannya.
Shanum kembali ke sikapnya semula, seolah dia tidak mengatakan apapun tadi. Dan beberapa saat kemudian, ketika Diana dah Firda sudah kehilangan konsentrasi karena kepanasan dan kegerahan. Shanum mulai melipir sedikit ke arah semak. Bukan untuk berteduh, tapi untuk mengambil botol yang tadi dia simpan.
Dia membukanya, dan melemparkannya ulat bulu itu ke punggung Diana.
Diana dan Firda yang sudah berjongkok karena lelah dan kepanasan belum menyadari hal itu. Sedangkan Shanum kembali membuang botol itu diam-diam dan berdiri menjauh dari keduanya, masih dengan sikap hormat.
'Ayo ulat bulu, tunjukkan pesonamu. Jangan kecewakan aku!' batin Shanum tak sabar menanti reaksi Diana yang di ganggu oleh ulat bulu yang mulai merayap di punggungnya.
Beberapa saat kemudian, Diana mulai merasa tidak nyaman pada tubuhnya.
"Aduh, kok gatal ya!" kata Diana sambil menggaruk sedikit punggungnya dengan satu tangan.
Namun lama-lama, dia berdiri dan menggaruk bagian tubuhnya yang terasa gatal itu semakin menjalar. Sampai ke punggung, lalu ke leher, lengannya juga terasa gatal, bahkan menjalar ke leher bagian depan dan wajahnya juga.
"Diana, kamu kenapa?" tanya Firda bingung.
"Jangan diam saja, coba lihat ada apa di tubuhku, gatal sekali!" kata Diana menjadi kesal karena rasanya sangat tidak nyaman.
Firda mencoba melihat apa yang terjadi pada Diana. Dia berputar mengelilingi tubuh Diana dan memeriksanya. Tapi dia tidak menemukan apapun, malah dia melihat leher dan lengan Diana bentol-bentol dan memerah.
"Ih, Diana itu kamu bentol-bentol loh!" kata Firda.
"Jarang mandi sih? makanya gatal-gatal!" celetuk Shanum.
Mata Diana melotot saat Shanum berkata seperti itu. Tapi mau marah pada Shanum, dia terlalu sibuk menggaruk bagian tubuhnya yang rasanya makin gatal.
"Panggil guru, panggil guru!" kata Diana yang sudah tidak tahan dengan gatal dan perih di tubuhnya.
Shanum pun semakin menjauh dari Diana. Bukankah ulat bulu itu makhluk yang cukup sensitif. Terganggu dengan gerakan Diana yang membabi buta terhadap dirinya sendiri seperti itu. Kemungkinan si ulat bulu juga akan kabur kan. Shanum tentu saja tidak mau menjadi gatal-gatal juga. Dia menjaga jarak aman dari Diana.
Diana terlihat semakin tersiksa. Wajahnya juga sudah merah-merah. Bahkan tangannya juga bentol-bentol.
"Agkhh, sakit sekali. Kenapa ini?" Diana panik, gadis itu mulai terlihat sangat panik.
Tak lama, Firda datang bersama dengan pak Timothy.
"Kamu kenapa Diana?" tanya pak Timothy.
"Dia gak mandi kayaknya pak, makanya gatal-gatal!" celetuk Shanum lagi.
Diana sudah tidak perduli dengan ucapan Shanum. Rasa gatal, dan letih karena sudah dia garuk membuatnya merasa sangat frustasi dan tidak nyaman. Hingga dia tidak bisa lagi memperdulikan apa yang Shanum katakan itu.
"Pak itu tolongin pak!" kata Firda yang pada akhirnya merasa ngeri juga untuk mendekati Diana.
"Ke UKS sekarang! Firda, Shanum bawa Diana ke UKS!" kata pak Timothy.
Shanum merasa enggan. Tapi kalau dia tunjukkan pada pak Timothy itu terlalu terus terang kan.
"Ayo ayo! ke UKS!" kata Shanum memimpin jalan.
Begitu sampai di UKS, Shanum benar-benar menjaga jarak amannya dari Diana.
"Kamu alergi sepertinya. Sementara minum dulu obat anti alergi. Tapi ini sementara, sebaiknya kamu di bawa ke rumah sakit!" kata dokter itu.
Pada akhirnya, Diana di bawa ke rumah sakit oleh salah satu petugas di UKS. Sedangkan Shanum dan Firda kembali ke kelas.
Lusi yang merasa penasaran, karena memang di lapangan tadi sempat ada ramai-ramai segera bertanya pada Shanum.
"Ada apa? Diana pingsan?" tanya Lusi.
"Langsung pingsan tidak seru! dia tidak mandi, makanya gatal-gatal ha ha ha"
"Ha ha ha" Lusi yang mendengar itu tak bisa menahan tawanya.
Firda yang sudah kembali ke mejanya juga terlihat khawatir.
"Ada apa?" tanya Santi.
"Diana gatal-gatal, bentol-bentol!" kata Firda yang agak ngeri menceritakan apa yang terjadi tadi.
"Dia kenapa?" tanya Santi lagi.
Jeni yang terlihat berpikir, matanya melebar karena sepertinya dia menemukan jawabannya.
"Bukannya dia habis di kurung di ruang bawah tanah. Jangan-jangan dia, gatal-gatal karena terkontaminasii kotoran tikuss, iyuhhh!"
"Heh, jangan sembarangan!" kata Firda.
"Bisa jadi kan? ih serem, gimana ini? apa itu bisa menular?" tanya Jeni parno.
Shanum terkekeh pelan.
'Sungguh persahabatan yang sangat indah. Pikiran macam itu, terkontaminasii kotoran tikuss. Ha ha ha, kerja bagus ulat bulu!' batin Shanum yang merasa misinya sudah berhasil, membuat Diana gatal-gatal di tangah gosip yang seru ini akan menyebar esok harinya.
***
Bersambung...