 
                            menceritakan tentang lika liku kehidupan setelah menikah dan mendapatkan mertua yang super julid
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama D², isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab:18
"dek sejak kapan Kamu disitu"ujar Bima panik dia melihat wajah Mira sudah memerah
"aku dengar semuanya"balas Mira datar
"dengarkan mas dulu dek" bima berusaha menjelaskan kepada Mira
"kita pulang mas"Mira berjalan meninggalkan Mardi dan Bima yang saling tatapan Mardi tersenyum miring seolah olah puas dengan kejadian tersebut sedangkan bima menatap Mardi dengan tatapan bengis
"dasar biadab"ucap Bima tepat didepan wajah Mardi
"kamu yang pecundang "balas Mardi menantang bima
Tidak ingin terpancing emosi akhirnya Bima menyusul Mira
"Mira"Mardi berteriak bahkan nyaris seluruh orang yang berada di pasar mendengar suara nya
Mira yang mendengar Mardi memanggil dirinya langsung berhenti dan melihat kearah Mardi, dengan ekspresi wajah meminta penjelasan.
"jangan terlena dengan perlakuan manis bima dia tidak sebaik yang kamu pikirkan"ujar Mardi lagi beralih menatap bima
Bima setengah berlari menghampiri Mardi tangan nya mengepal saat itu juga dia hilang kendali memberikan Mardi bogem mentah tepat di wajahnya bukannya marah atau membalas Mardi malah tertawa seperti orang gila dan menyeringai aneh.
"ayo pukul lagi bima Pukul atau bunuh aku sekalian!"ujar Mardi menantang bima sambil menepuk dadanya dengan kuat
saat bima hendak melepaskan pukulan untuk yang ke-dua kalinya dia berhenti karena teriakan dari Mira.
"cukup mas apa apaan kamu"Mira menarik bima supaya menjauh dari Mardi
Akhirnya Bima memutuskan untuk pergi menuju motor dia dan Mira pun meninggalkan pasar dan hiruk-pikuk orang orang yang melihat pertengkaran nya dan Mardi sesampainya dirumah Mira langsung masuk kedalam rumah tanpa memperdulikan bima.
Mira mendiamkan bima tanpa mengajak nya berbicara bima yang tau bahwa Mira sudah salah paham dengan perkataan Mardi Pun memilih untuk nanti saja menjelaskan pada Mira karena dia pun dalam keadaan yang sedang emosi,bima menghampiri Mira dimeja makan dia sedang makan malam tetapi tidak sama sekali memanggil dirinya akhirnya malam itu mereka makan dalam keadaan hening hanya bunyi dentingan sendok dan piring yang menemani mereka.
Setelah selesai makan Mira langsung menuju kamar dia enggan untuk berbicara pada bima karena sempat beberapa kali dia kedapatan Erlin yang sering memperhatikan Bima dengan rasa kagum, tetapi dia menepis jauh jauh prasangka buruknya dia takut yang dikatakan Mardi itu benar benar terjadi dia tidak sanggup menerima kenyataan jika Erlin dan Bima benar memiliki hubungan serius.
Ditempat lain dikamar yang cukup besar seorang wanita paruh baya sedang mondar mandir karena menunggu kabar dari anak buah nya.
"ibu ngpain bapak Perhatiin dari tadi mondar mandir nggak jelas"tegur juragan Ali pada istrinya
"hmm nggak ada apa-apa kok pak" balas Bu Hana kikuk
"pak ibu keluar dulu ya "Bu Hana berjalan menuju Pintu kamar
"iya Bu, sekalian bawa kan wedang jahe ya minta tolong mbok inem yang buatkan "ucap juragan Ali tanpa beralih dari buku laporan kebunnya
"Nggeh pak"
Sesampainya Bu Hana diruang tamu dia mencari keberadaan mbok inem tetapi tidak ada,dia mencari kedapur juga tidak ada.
akhirnya dia memutuskan untuk kekamar mbok inem
"tumben mbok inem jam segini sudah nggak ada didapur"ujar Bu Hana berbicara sendiri
Sesampainya dia didepan kamar mbok inem tidak sengaja dia mendengarkan pembicaraan mbok inem dan suaminya Mbah karto tidak terlalu jelas,
"si bapak jangan ngomong sembarangan "suara nya kedengaran Bu Hana yang ada didepan pintu kamar nya
"bapak dengar sendiri Bu, apa yang dikatakan Bu Hana"ujar Mbah karto
Tiba-tiba dari luar kamar terdengar suara nada dering telepon mbok inem dan suaminya yang mengetahui ada seseorang yang sedang menguping pembicaraan mereka seketika terkejut dan saling pandang, akhirnya mbok inem keluar dari kamar untuk mengecek siapa yang diluar.
Tetapi nihil tidak ada siapa-siapa akhirnya dia memutuskan untuk ke ruang tamu melihat siapa yang disana, rupanya Bu Hana.
"baiklah tetapi jika dia sendiri pergi tanpa ada orang lain yang bersama dirinya, jangan sampai gagal saya tidak mau tau!"ucap Bu Hana tegas sambil mengakhiri telepon nya
"hm Bu Hana maaf ada yang bisa saya bantu"ucap mbok inem tiba-tiba dibelakang Bu Hana
"astaga mbok ngagetin saya aja"Bu Hana mengelus dadanya
"maaf Bu" mbok inem menunduk
"tolong buatkan juragan wedang jahe nanti diantar kan kekamar ya mbok"
"Nggeh Bu, saya permisi kebelakang dulu "mbok inem berjalan menuju dapur
Setelah beberapa saat wedang jahe hangat sudah siap Dia akan mengantar kan ke kamar juragan Ali saat melewati ruang tamu dimana Bu Hana yang sedang menonton TV seketika menghentikan langkahnya.
"mbok inem tunggu ada yang mau saya tanyakan"Bu Hana berjalan menghampiri mbok inem
"iya Bu silahkan"balas mbok inem kikuk
"saya dengar apa yang dikatakan Mbah karto "Bu Hana memicingkan matanya dia mencoba untuk mengintimidasi mbok inem
"dengar apa ya Bu saya dan Mbah karto nggak membicarakan apa pun"jawab mbok inem tanpa takut menatap Bu Hana
"hah sial wanita tua ini tidak takut sama sekali atas intimidasi ku, apa iya Mbah karto tau rencana ku untuk membuat Mira celaka"Bu Hana berkata dalam hati
"Bu "mbok inem melambaikan tangannya tepat didepan wajah majikan nya
"eh yasudah mbok antar wedang nya ke juragan Ali sana"perintah Bu Hana
Mbok inem hanya mengangguk lalu meninggalkan majikan nya yang seperti orang kebingungan,saat dia melewati kamar Rian tidak sengaja dia melihat Rian yang sedang melamun karena pintu kamar yang terbuka sedikit.
dia berhenti sejenak dan mengamati Rian hinggap rasa kasian nya pada Rian.
Mbok inem dan suaminya mbak karto sudah lama bekerja di rumah juragan Ali bahkan dari Rian kecil, dari Rian berumur tiga tahun mereka sudah bekerja pada juragan Ali bahkan Rian kecil lebih dekat dengan mbok inem daripada ibu nya Bu Hana dia tau sedikit banyak tentang Rian bagaimana Bu Hana menentang hubungan nya dan Mira.
"kasian sekali kamu cah bagus kamu anak baik tetapi harus menghadapi ibu mu yang egois dan serakah dimana-mana mau menang sendiri"ujar mbok inem mengelap ujung matanya dengan lengan daster nya
"mbok inem kok disini"juragan Ali tiba-tiba dibelakang mbok inem nyari jatuh nampan yang berisi wedang jahe ditangannya
"maaf juragan saya mau menutup pintu den Rian"mbok inem menarik handle pintu kamarnya Rian
"saya antar kekamar dulu juragan"mbok inem berbalik arah
"mbok tunggu "
"nggeh juragan "
"saya fikir seperti nya mbok lihat akhir akhir ini yang terjadi pada Rian dia banyak mengurung diri dan enggan berinteraksi"ucap juragan Ali nyaris tak terdengar
"iya juragan den Rian juga sepertinya keluar kamarnya hanya saat jam makan dan untuk mengecek kebun teh saja"balas mbok inem
"mbok tau Rian itu terpukul dengan sikap ibunya yang dulu tidak merestui hubungan nya dengan Mira, ditambah saat acara kawinan anak Bu RT ibunya mempermalukan Mira didepan banyak orang "jelas juragan Ali lagi
"Nggeh juragan seng sabar"
"mbok saya minta tolong jika Rian keluar kamar atau saat dia makan ajak dia bicara ya bila perlu tanyakan bagaimana kondisinya saya khawatir mbok"ujar juragan Ali wajahnya sendu
mbok inem hanya mengangguk saja
"wedang nya letakakan dimeja tamu saja saya akan kesana"
"nggeh juragan " mbok inem berlalu
 
                     
                    