NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti Sang Pewaris

Ibu Pengganti Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Ibu Pengganti / Dark Romance
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Melon Milk

Cerita ini untuk pembaca dewasa. Baca dengan bijak❗


Cherry Gabriella mengambil satu keputusan nekat yang mengubah seluruh hidupnya, menjadi ibu pengganti bagi pewaris berhati dingin, Trevor Spencer.

Namun, ketika bayi mungilnya lahir, Cherry tak sanggup menyerahkan darah dagingnya, meski harus diburu oleh pria yang bisa membeli segalanya… bahkan nyawanya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19

“Mama, sudah selesai kelasnya?” tanya Arnold begitu ibunya keluar dari ruangan.

“Sudah, Sayang. Tadi pelajaran terakhir jadi agak lama. Maaf ya, Mama bikin kamu nunggu lama?” Cherry balik bertanya sambil menatap wajah mungil Arnold yang basah keringat.

“Enggak kok, Ma. Tadi Papa ngajarin aku cara bertarung,” jawab Arnold riang.

Trevor yang berdiri di samping mereka hanya melirik sekilas, lalu bertanya, “Lusa ujian akhirmu, kan?”

“Oh iya.” Cherry mengangguk.

Arnold menoleh ke ibunya dengan wajah penuh pengertian. “Berarti besok Mama enggak latihan bareng kita dulu dong?”

Cherry jongkok agar sejajar dengannya, lalu mengusap lembut kepala Arnold. “Iya, Sayang. Mama harus belajar dulu.”

“Enggak apa-apa kok, Mama. Belajar yang rajin ya,” ucap Arnold sambil tersenyum manis, membuat hati Cherry langsung meleleh.

“Anak Mama baik banget sih,” gumam Cherry sambil mencubit pipinya gemas.

Trevor sudah berjalan ke area latihan. “Ayo mulai.”

Cherry melepas pelukannya pada Arnold dan tersenyum. “Kamu duduk di pinggir dulu ya, Sayang. Tonton Mama sama Papa latihan, terus kasih semangat buat Mama, oke?”

“Siap, Ma!” seru Arnold berlari ke tepi arena.

Cherry menghampiri Trevor, mengatur napas, lalu bersiap. Sudah beberapa hari sejak latihan pertamanya. Setidaknya, kini ia sudah menguasai beberapa teknik dasar.

Tanpa aba-aba, Cherry melesat maju, meninju ke arah Trevor. Pria itu dengan mudah menghindar. Cherry menyerang lagi dari sisi lain, tapi tetap meleset. Ia mencoba tendangan tinggi, berhasil ditangkap Trevor, meski segera dilepaskan.

Satu jam berlalu. Cherry masih belum mampu menyentuh Trevor. Semua serangannya entah ditangkis atau dihindari begitu saja. Bahkan tendangan terkuatnya pun tak membuat pria itu bergeming.

Cherry mencoba tendangan lagi, ditangkap Trevor. Refleks, ia gunakan kaki satunya untuk menyerang, akhirnya mengenai sasaran. Tapi Trevor tetap tak bergerak sedikit pun. Cherry kehilangan keseimbangan, tubuhnya oleng.

Ia memejamkan mata, siap jatuh.

Namun rasa sakit tak kunjung datang.

Saat membuka mata, ia terperanjat. Trevor kini berada di atasnya. Pria itu menahan kepalanya agar tidak membentur lantai, hingga ikut terjatuh bersamanya. Posisi mereka begitu dekat, wajah hampir bersentuhan.

Mata mereka saling bertaut. Tatapan Trevor turun ke bibir Cherry, membuatnya menelan ludah gugup. Perlahan, pria itu mendekat.

Apa… dia akan menciumku?

Cherry panik merasakan wajahnya panas. Cepat-cepat ia menutup pipi dengan telapak tangan, memalingkan wajah.

“Mama, Papa, sudah selesai ciumannya?” suara Arnold terdengar lantang.

Cherry sontak menoleh. Bocah itu menutup matanya dengan kedua tangan, pura-pura tidak melihat.

Trevor segera bangkit. Cherry refleks ikut berdiri, bahkan lebih cepat daripada kilat. Dengan gugup, ia menghampiri Arnold.

Sialan, kenapa akhir-akhir ini pipiku sering merah begini? Semua gara-gara dia…

“Sayang, Mama sama Papa enggak ciuman kok,” ucap Cherry cepat-cepat.

“Enggak? Kenapa enggak? Gara-gara aku ya?” Arnold langsung menyalahkan diri sendiri, membuat Cherry panik.

“Bukan, Sayang. Kenapa kamu mikir gitu?”

“Soalnya anak kecil kayak aku enggak boleh lihat orang ciuman. Jadi Mama sama Papa enggak jadi ciuman karena aku ada di sini? Kalau gitu aku ke atas aja deh, biar kalian bisa lanjutin,” jawab Arnold polos.

Cherry hampir terpingkal, tapi buru-buru menahan. “Bukan gitu juga, Sayang. Kamu mikir apa sih?”

“Ma, telinganya Papa merah. Apa Papa sakit?” tanya Arnold sambil menunjuk Trevor.

Cherry menoleh. Trevor berdiri membelakangi mereka, kepalan tangannya terlihat kaku.

“Ayo ke atas. Makan malam.” Suaranya datar. Trevor langsung berjalan pergi tanpa menoleh.

“Papa marah sama aku ya, Ma? Gara-gara ciumannya jadi batal?” Arnold bertanya khawatir.

Cherry menghela napas, wajahnya masih panas. “Enggak, Sayang. Udah ya, jangan dibahas lagi. Ayo ke atas, Papa pasti udah nunggu.”

Mereka menuju ruang makan. Trevor sudah duduk di kursinya, makanan tertata rapi di meja, seakan ia memang menunggu mereka.

Arnold tiba-tiba berlari memeluk ayahnya erat. “Papa, maaf.”

“Minta maaf buat apa?” tanya Trevor.

“Gara-gara aku, Mama sama Papa enggak jadi ciuman tadi. Maaf ya, Pa. Aku janji deh, kalau kalian mau ciuman lagi, aku bakal langsung pergi. Enggak bakal ganggu.”

Cherry langsung membelalak. Arnold, kenapa kamu bahas itu lagi?! Malu-maluin banget!

Trevor mengusap kepala putranya. “Kamu enggak perlu minta maaf. Kamu enggak salah apa-apa.”

“Beneran, Pa?”

“Iya. Sini, duduk. Ayo makan.”

Arnold duduk dengan riang. Cherry ikut duduk, lalu menyendokkan sayur ke piring anaknya.

“Nih, Sayang. Makan sayurnya banyak-banyak biar makin kuat,” katanya lembut.

Trevor menambahkan sayuran ke piring Cherry. “Kamu juga makan sayur lebih banyak. Kecepatanmu masih kurang, stabilitasmu juga lemah.”

Cherry tersenyum tipis, diam-diam merasa hangat oleh perhatian itu. “Iya deh. Sekalian diet, soalnya akhir-akhir ini aku gemukan.”

“Bukan itu maksudku,” Trevor cepat menyela.

“Mama enggak usah diet. Mama udah seksi banget,” celetuk Arnold mantap.

Cherry tertawa geli. “Masa sih? Anak Mama suportif banget.”

“Jadi Mama enggak usah berubah-ubah. Di mata aku sama Papa, Mama udah sempurna banget. Kan, Pa?” Arnold melirik Trevor meminta persetujuan.

“Hm.” Trevor hanya mengangguk.

Cherry merasakan dadanya menghangat. “Kamu bikin Mama baper, Nak.”

“Yang bikin Mama baper kan Papa, bukan aku. Papa, Papa harus sering-sering puji Mama. Biar kalian cepat bikin adik buat aku,” kata Arnold tanpa dosa.

Cherry hampir tersedak. “Sayang, ayo makan yang banyak. Jangan ngomong aneh-aneh lagi, ya.”

1
Lauren Florin Lesusien
thur buat ini si cerry badas dikit trs peka dan ditak naik bin oon umur udh 24 trs udh punya anak udh tinggal bareng ama bapak dari anaknya trs tinggal diindonesia masak ga ngerti terlalu naif thur dari awal baca sampai ini episode hubungan nya dngan bapak anaknya ga ada kemajuan 🤬🤬
Mia Camelia
lanjut thor🥰
Anonymous
/Shame//Joyful//Shame//Joyful/
Anonymous
/Joyful//Shame//Toasted/
Anonymous
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Anonymous
🩷🩷🩷
Anonymous
oke
Anjani
/Casual//Casual/
halizerena
/Drool//Drool//Drool/
indhpermatas
/Facepalm//Facepalm/
Ayu Lestari
/Smirk//Smirk//Smirk/
azaliannya
/Smile//Smile//Smile//Smile/
DindaStory
oke sih
RaniBaca
ok
Miu Miu 🍄🐰
lanjut kak ♥️
Anonymous
lanjut 😍
Lina ayuu
oke
Silvi
👍👍👍👍
Sania Anugrah
oke
dayana
yey berhasil kabur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!