NovelToon NovelToon
My Bastard Mahapatih

My Bastard Mahapatih

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: lizbethsusanti

Dark romance dewasa.

Ayahnya yang seorang Adipati, difitnah dan seluruh keluarganya Kirana dibunuh. Kirana berhasil meloloskan diri dari maut bersama dayang kesayangannya yang bernama dayang Sumi. Di dalam pelariannya, Kirana singgah di Dukuh Seti dan Kirana secara tidak sengaja menyembuhkan seorang wanita di dukuh Seti. Wanita itu ternyata seorang ronggeng. Kirana akhirnya tinggal bersama ronggeng itu dan terpilih jadi ronggeng selanjutnya. Kirana terpaksa bersedia karena jika menjadi ronggeng dia diijinkan masuk ke pendopo agung. Dia ingin membunuh orang pertama yang memfitnah ayahnya dan orang itu tinggal di pendopo agung. Namun, dia justru dikejutkan dengan adanya penggerebekan dan dia menjadi tawanannya Mahapatih Lingga yang dingin dan kejam. Bagaimana nasib Kirana selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebenaran

Kirana lalu membuka tirai di sisi kanannya dan menemukan Lingga duduk di atas punggung kuda dengan wajah garang. "Mahapatih, Anda sudah berjanji mengantar Saya ke kediaman Paman Kavi"

"Hmm" Sahut Lingga tanpa menoleh ke Kirana.

"Terima kasih, Mahapatih. Untuk kebaikan Anda, saya akan ajari Anda nanti" Teriak Kirana.

Lingga menoleh ke Kirana, "Mengajari apa?" Kuda yang Lingga tunggangi masih berjalan dengan santai. Lingga tidak memacu kudanya untuk berlari karena ia melihat Dimas dan semua prajuritnya kelelahan, kuda mereka pun juga dipastikan lelah.

"Mengajari Anda cara membangunkan orang pingsan" Sahut Kirana dengan wajah penuh senyum.

"Aku tidak butuh itu!" Geram Lingga dengan mata melotot. Lingga melotot sebagai kode agar gadis cantik itu tidak berbicara lagi. Namun, dengan penuh semangat Kirana berucap, "Kan, Anda hanya tahu cara untuk menyadarkan saya dari pingsan dengan menempelkan bibir Anda ke saya. Saya akan ajari cara selain itu" Kirana tanpa sadar berucap dengan suara sangat kencang agar suaranya terdengar sampai ke telinganya Mahapatih, karena angin mulai berhembus kencang dan menderu hebat di sekelilingnya.

Lingga sontak membulat matanya lalu dia berteriak, "Diam!!!!"

Tapi, Kirana justru menoleh ke tirai sebelah karena ia mendengar ada dengusan geli di balik tirai kereta di sebelah kirinya dan Kirana kembali menoleh ke sisi kanannya saat ia mendengar teriakannya Lingga, "Jangan cerewet lagi!!!!!"

Kirana mengabaikan Lingga dan melongokkan kepalanya keluar dari jendela dan di belakang kereta ia melihat ada beberapa prajurit menunduk dengan senyum geli. Kirana sontak memutar kepalanya ke Lingga untuk meneriakkan tanya dengan wajah bengong, "Kenapa semuanya tertawa?"

Lingga berteriak, "Bodoh!" Dan wajah pria tampan itu seketika merah seperti kepiting rebus lalu ia menyentak kudanya untuk berlari meninggalkan wajah Kirana yang masih bengong.

"Apa dia terluka? wajahnya merah apa demam karena lukanya infeksi?" Gumam Kirana sambil menatap bengong punggung Mahapatih Lingga yang menjauh.

Lingga bergumam kesal di atas kudanya, "Bisa-bisanya dia mengucapkan soal tempelan bibir sekenceng itu, cih! Bodoh! Tolol!"

Saat kereta kuda berhenti, Kirana berpindah bangku untuk menyibak tirai di sebelah kiri, "Sudah sampai?"

Dimas menoleh kaget ke Kirana, "Hmm"

"Di rumahnya Adipati Kavi?" Pekik Kirana.

"Iya. Anda bisa turun, Ndoro Putri"

Kirana bergegas turun dari dalam kereta kuda dan saat dia berlari ingin masuk ke dalam kediamannya Adipati Kavi, lengannya ditahan oleh Lingga.

Kirana menoleh ke Lingga, "Ada apa?"

"Kenapa buru-buru masuk ke dalam, hah?! Kamu sudah tidak sabar bertemu pria di masa lalu kamu itu, hah?!" Geram Lingga.

"Pria di masa lalu saya? Siapa?" Kening Kirana berkerut.

"Anaknya Kavi" Sahut Lingga.

"Ooooo, Mas Aditya? Dia masih di perbatasan. Saya harus segera masuk dan bertanya ke Paman Kavi siapa yang sudah........"

"Aaaaaa!!!!!!" Terdengar teriakan dari dalam kediamannya Kavi.

Lingga langsung melesat ke dalam dan segera disusul oleh Kirana kemudian Dimas.

Lingga dan Dimas langsung menendang dua orang berpakaian serba hitam dan memakai penutup wajah yang hendak menyerang Adipati Kavi. Kirana langsung berlari menarik paman Kavi-nya dari pertarungan dan Lingga berteriak ke dua orang prajuritnya, "Lindungi Kirana!" Dua orang prajuritnya Lingga langsung langsung berjaga di depan dan belakangnya Kirana untuk melindungi gadis itu.

"Kirana? Syukurlah kamu masih hidup, nduk cah ayu dan kenapa kamu bisa sampai ke sini?" Tanya Kavi setelah keterkejutannya hilang.

Kirana tersenyum ke Kavi dengan mata berkaca-kaca menahan rasa haru dan saat Kirana hendak memeluk Kavi, dengan cepat tangan Lingga menahan lengannya Kirana. "Tidak boleh memeluk!"

Melihat Lingga berdiri tegak di depannya, Kavi langsung bersimpuh dan menundukkan kepala lalu menaikan mengatupkan kedua tangannya di atas keningnya. "Pangeran Lingga maafkan saya kalau saya tidak menyambut Anda dengan baik"

Kirana mengerucutkan bibirnya ke Lingga, "Dia Pamanku kenapa tidak boleh memeluknya?" Bisik Kirana kemudian.

"Tzk! Jangan cerewet!" Lingga mendelik ke Kirana.

Kirana semakin mengerucutkan bibirnya dan Lingga menggeram, "Jangan pasang wajah seperti itu! Aku bisa khilaf dan menci......."

Dimas langsung berdeham dan bergegas mengeluarkan suara sambil menundukkan kepalanya saat Lingga menoleh, "Maaf. Adipati Kavi masih menunggu titah Anda, Mahapatih"

"Oh" Lingga lalu mengarahkan kepalanya ke Kavi yang masih memberikan gestur hormat untuknya. Lalu, pria tampan dan gagah itu berkata, "Berdirilah!"

"Dasar aneh!" Gumam Kirana lirih dengan bibir yang mengerucut lancip.

Kavi bangkit berdiri dan langsung berkata, "Terima kasih Anda datang tepat waktu"

"Mereka mati bunuh diri sebelum aku sempat menanyai mereka siapa yang sudah menyuruh mereka menyerang kamu" Ucap Lingga.

Kavi bergidik ngeri, "Hampir saja saya mati. Terima kasih untuk pertolongan Anda Pangeran. Mari silakan masuk! Saya akan menyuruh para dayang memasak makanan istimewa untuk Anda dan rombongan Anda. Silakan masuk!"

Sambil menunggu jamuan istimewa disajikan, Lingga, Kirana, dan Kavi mengobrol di ruang tengah kediamannya Kavi. Dimas berdiri tegap di samping kanan junjungannya dan dua orang prajurit terbaiknya Dimas berjaga di depan pintu.

Kavi mengatakan banyak hal kepada Kirana dan Lingga. Dimas ikut menyimak. "Ini buktinya" Kavi menyerahkan gulungan kertas ke Lingga setelah dia mengatakan bahwa sahabatnya difitnah.

Lingga menoleh kaget ke Dimas saat dia melihat ada stempel dari kediaman permaisuri. Dimas pun membeliak kaget. Lingga kemudian membaca di dalam hati isi surat itu, Aku perintahkan segera bunuh Arkan Nitiyoga sekeluarga sebelum penahanan surat bantuan yang aku sertakan ini diketahui olehnya.

"Masih ada satu surat lagi di bawah" Ucap Kavi.

Lingga menyerahkan kertas yang sudah dia baca ke Dimas lalu dia membaca di dalam hati kertas yang berikutnya dan kertas yang kedua ini tidak ada stempel dari kediaman Permaisuri. Hanya ada stempel Raja. Segera bantu Mahapatih Aditi. Aku tidak ingin garwa ampil kesayanganku gugur di medan pertempuran itu.

Cih! Garwa ampil kesayangan apa?! Ayah bahkan tidak pernah menahan Ibu untuk tetap di sisinya. Batin Lingga dengan rahang mengeras.

"Bener to, Rama ora salah" Gumam Kirana.

Lingga menoleh kaget ke Kirana. "Kamu ikut baca?" Lingga mendelik ke Kirana.

Kirana meringis lalu berlari kembali ke tempat duduknya semula.

Dimas hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya ke Kirana.

Kavi ikut menghela napas panjang melihat tingkah Kirana.

Lingga menghela napas panjang lalu mengarahkan pandangannya ke Kavi, "Darimana kamu dapatkan semua surat ini?" Lingga berucap sambil menyerahkan kertas yang baru saja dia baca ke Dimas.

"Prajurit rahasia milik Arkan berhasil merebut surat ini dari prajurit hitam milik permaisuri. Namun, prajurit rahasianya Arkan terlambat menyematkan Mahapatih Aditi dan terlambat menyelamatkan Kangmas Arkan Nitiyoga dan seisi rumahnya" Kavi tertunduk menangis.

Kirana sontak bangkit berdiri ingin memeluk Kavi tapi Lingga langsung berdiri dan mendahului Kirana memeluk Kavi.

Kavi tersentak kaget merasakan pelukan dari Mahapatih Lingga. kepala pria paruh baya itu tegak sempurna dan tubuhnya menegang di dalam pelukannya Lingga. Dimas pun sontak ternganga karena yang dia tahu, junjungannya tidak pernah memeluk siapa pun. Kirana hanya bisa berkata di depan punggung Lingga, "Jangan sedih Paman! Kebenaran sudah terungkap. Rama dan Ibu pasti sudah tenang di nirwana sekarang"

Lingga melepaskan pelukannya saat dia mendengar suaranya Kirana. Lingga berbalik badan untuk menghadap Kirana dan berkata, "Aku akan kabulkan tiga permintaan kamu sebagai permohonan maafku karena aku sudah marah kepada Rama kamu padahal Rama kamu tidak bersalah"

"Benarkah?" Kedua mata Kirana membulat sempurna dan senyum riang terlukis di wajah cantiknya.

Lingga mengangguk."Katakan apa permintaan kamu!"

"Tidak sekarang! Saya akan katakan nanti saja. Saya lapar"

Kavi bangkit berdiri lalu terkekeh ringan kemudian berkata, "Ayo kita ke ruang makan karena sepertinya sajian sudah disiapkan"

Di meja makan Kavi bercerita bahwa prajurit rahasianya Kangmas Arkan kemudian melarikan diri ke sini dan dengan bertaruh nyawa mereka menyerahkan kedua surat tadi ke saya karena mereka tahu saya adalah sahabat terpercayanya Kangmas Arkan"

Lingga hanya manggut-manggut sambil meletakkan udang yang sudah dia kupas ke piringnya Kirana. Kirana menoleh kaget ke Lingga namun dia tidak berani bertanya kenapa Lingga melakukan itu.

Lingga kemudian berbisik di telinga Kirana, "Makan yang banyak biar tidak rata," saat Kavi sibuk memerintahkan dayang-dayangnya untuk menyiapkan wedang uwuh pereda lelah.

Kirana sontak mencubit bahu Lingga saat dia melihat mata Lingga tertuju ke dadanya.

"Ouch!" Lingga sontak berteriak kesakitan dan membuat Kavi menoleh kaget, "Anda kenapa Pangeran?"

Lingga sontak mengibaskan tangannya di udara sambil berkata, "Tidak apa-apa hanya saja udangnya galak banget dia mencubit saya"

Kirana menyipitkan matanya dan menginjak kaki Lingga. Pria itu sontak menoleh kaget ke Kirana langsung menjulurkan lidahnya, "Bweeekkk!!!!"

Kavi melihat Lingga dan Kirana yang kelihatan cukup akrab langsung berdeham dan berkata, "Kirana! Jaga sikap kamu!"

Kirana langsung bangkit berdiri dan berkata, "Maafkan saya Paman"

Lingga sontak berkata, "Tidak apa-apa" Lingga lalu lengan menarik Kirana agar gadis cantik itu duduk kembali sambil berkata, "Kirana tabib pribadi saya. Jadi, saya dan dia cukup dekat"

"Oh, syukurlah kalau Kirana ada di bawah perlindungan Anda, Pangeran"

Selesai makan Kirana langsung pamit ke kamarnya dan Lingga melanjutkan obrolannya dengan Kavi. Kirana mengantuk mendengarkan obrolan politik. Untuk itulah dia bergegas pamit ke kamarnya.

Belum lama Kirana memejamkan matanya, dia mengalami mimpi yang aneh. "Raden Ayu Kirana, putri keraton yang terkenal dengan kecantikannya, kenapa Anda merasa gundah?" Sudah berbulan-bulan ia dilanda kerinduan yang tak terhingga pada tunangannya, Rakryan Aditya, yang sedang berperang di perbatasan dan kerinduan pada Ayah dan Ibunya. Mata Kirana membeliak kaget, "Saya bukan putri keraton. Saya hanyalah putri seorang Adipati. Keluarga saya dibantai habis karena fitnahan keji"

Perempuan cantik dengan baju perang lengkap itu mengulas senyum di wajah cantiknya yang bersinar terang, "Kamu akan tahu jawabannya nanti Raden Ayu Kirana. Aku membutuhkan kamu karena ternyata hanya kamu yang bisa menahan berat keris peninggalanku. Kamu berbakat menjadi Mahapatih wanita menggantikan diriku"

"Hah?!" Kirana membeliak kaget.

"Pergilah ke sendang biru. Pergilah ke arah timur dan kamu akan menemukan sendang dengan air berwarna biru," kata wanita cantik dengan wajah bersinar itu dalam mimpinya Kirana. "Mandilah di sana saat bulan purnama yang akan muncul setengah jam lagi! Airnya akan memberimu kekuatan luar biasa tak hanya raga tapi jiwamu juga!"

Saat wanita cantik berbaju zirah dengan wajah bersinar itu lenyap di hadapannya, mata Kirana terbuka lebar. Kirana duduk di tepi ranjang dengan wajah bengong. Mimpi itu terasa begitu nyata, Kirana pun bertekad pergi. Diam-diam ia menyelinap keluar dari kediaman Kavi saat malam semakin larut. Perjalanan ke sendang biru ternyata tidak membutuhkan waktu lama. Tepat saat bulan purnama bersinar terang, langkah Kirana terhenti di tepi sendang biru. Kedua kaki gadis cantik itu sampai di sebuah sendang kecil yang tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan.

Air sendang itu tampak bening dan berkilauan diterpa cahaya rembulan. Kirana merasakan getaran energi yang aneh, seolah-olah air itu memanggilnya. Tanpa ragu, ia menanggalkan pakaiannya dan masuk ke dalam sendang. Dinginnya air tak membuatnya bergidik, sebaliknya, ia merasa seolah-olah seluruh tubuhnya terisi kembali. Namun, bukan hanya kesegaran yang ia rasakan. Tiba-tiba, bayangan-bayangan aneh muncul di benaknya.

Ia melihat pertempuran yang hebat, kuda-kuda meringkik, pedang-pedang beradu, dan prajurit-prajurit berjatuhan. Di antara keramaian itu, ia melihat seorang wanita dengan baju perang. Wanita itu sangat cantik sekaligus gagah. Wanita itu bernama Mahapatih Aditi, Kirana mengetahui nama itu karena di dalam penglihatannya dia mendengar ada prajurit yang memanggil wanita itu, Mahapatih Aditi awas! Wanita cantik itu sedang bertarung gagah berani. Kirana tak bisa menahan napasnya saat melihat wanita cantik itu terkena sabetan keris karena kelelahan dan terkena panah lalu jatuh tergeletak di tanah, terluka parah. Air mata Kirana sontak mengalir deras, membasahi pipinya saat gadis cantik itu memejamkan mata.

Saat ia membuka mata, bayangan itu lenyap. Namun, rasa sakit di hatinya berganti dengan tekad yang membara. Ia tahu, ia harus berbuat sesuatu. Saat Kirana hendak berenang ke tepian dia tersentak kaget saat ada yang memeluk dirinya dari arah belakang.

Lingga langsung berbisik di telinga Kirana, "Jangan bergerak! Ada ular"

Kirana sontak membeku saat dia melihat ada ular di tepian sendang dan saat ular itu menjauh, gadis cantik itu bergegas berbalik badan. "Kenapa Anda ke sini?"

"Kenapa juga kamu ke sini? Kamu keluar mengendap-endap tentu saja aku ikuti. Aku tidak ingin kamu melarikan diri lagi" Ucap Lingga tanpa melepaskan pelukannya.

"Saya tidak akan melarikan diri karena saya sudah tahu kebenarannya dan saya akan membantu Anda membalas dendam untuk kedua orangtua kita"

Lingga mengangguk sambil mengusap lembut rambut Kirana yang basah.

"Lepaskan saya, Mahapatih. Saya rasa saya sudah cukup berendam di sini dan......."

Lingga menelusuri leher indahnya Kirana dengan ujung jari telunjuknya tapi matanya mengarah ke bibir ranumnya Kirana dan pria tampan itu kemudian berkata dengan suara serak menahan gairah, "Aku sangat ingin mencium bibir kamu Kirana"

1
Rahma AR
i klan meluncur
Rahma AR
ciee Lingga
anggita
👍👌sip
anggita
2 iklan, like 👆👆👍
anggita
tangisan ndoro putri, bahagia atau derita..?🤫
Rahma AR
🌹 untuk.author
anggita
gandi.... 🔥👿😡 lingga kirana...😍😋✌
anggita
like👍....2👆👆iklan
Cokelat almond
suka cerita unik seperti ini 😍
Rahma AR
ikan meluncur
Rahma AR
iklan meluncur
Be___Mei
Heiii 🤣 nggak salah Lingga menyebut Kirana kucing liar
Be___Mei
kwkwkwkk harga diri Lingga dipermainkan Kirana 🤣🤣
Be___Mei
Kirana ini agak agak sepertinya, dia berani berani tawar menawar dengan seorang Lingga 🤣🤣
Be___Mei
Aihhh, ketahuan! Ikut deg degan 😩
Afriyeni Official
OMG ini mah kelewatan jeruk makan jeruk /Blush/
Afriyeni Official
itu benar Kirana /Grin/
anggita
2👆👆iklan 👍like
Afriyeni Official
Mahapatih aja takluk dengan wanita cantik apalagi pria biasa /Grin//Facepalm/
anggita
👍like utk Kirana😘 Lingga.. 👆👆2 iklan utk thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!