NovelToon NovelToon
War Of The Gods

War Of The Gods

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Misteri / Fantasi Timur
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Seorang pria misterius menggunakan 2 sumber kehidupan untuk membentuk klon Dao yang sempurna. tapi tidak seperti klon pada umumnya, klon yang dia buat dari dua sumber kehidupan berubah menjadi bola cahaya bewarna biru yang isinya sebuah jiwa janin. apa yang akan dia lakukan dengan itu?

jika penasaran langsung saja baca novelnya!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pedang Tianxu Dan Segel Pewaris Langit!!

Empat hari telah berlalu sejak pertarungan yang mengguncang dunia kecil ChangYuan. Kemenangan Chen Yu atas Klan Wen menjadi kabar besar, tapi bagi MuWan, yang paling penting bukanlah kemenangan. melainkan pria yang masih berbaring tak sadarkan diri di ranjangnya.

MuWan duduk di sisi tempat tidur, wajahnya letih, mata sedikit sembab karena kurang tidur. Setiap hari ia menunggu, menjaga tanpa mengeluh, menghapus keringat dari dahi Chen Yu, mengganti perban, dan menatap wajah yang selama ini mengisi pikirannya.

Pagi ini, cahaya mentari masuk dari celah jendela, menyinari kamar yang hening.

MuWan akhirnya berdiri. “Aku harus mencari cara…” gumamnya lirih.

Tapi ketika hendak melangkah pergi, dari sudut matanya ia melihat tangan Chen Yu bergerak pelan. Ia terdiam. Lalu mata itu perlahan terbuka.

"Chen Yu!" seru MuWan, segera berlari kembali ke sisi tempat tidur, lututnya bergetar, tapi hatinya dipenuhi kelegaan. "Akhirnya kau terbangun setelah empat hari tertidur"

Chen Yu memandangnya dengan mata yang masih sayu. Suaranya pelan, serak. “Apa kau selalu berada di sini?”

MuWan hanya mengangguk, lalu tersenyum, meski air mata perlahan menggenang.

Dengan sisa tenaga, Chen Yu mengangkat tangannya, menyentuh lembut pipi MuWan. “Terima kasih.”

MuWan menggenggam tangan itu. “Tak perlu berterima kasih. Seharusnya aku yang mengucapkannya. berkatmu klan dan aku selamat dari tekanan Klan Wen.”

Chen Yu berusaha duduk. MuWan segera membantu dengan hati-hati, menopang tubuhnya.

Beberapa saat hening. Lalu Chen Yu berkata, suara lirih tapi tajam, "Jika klanmu sudah aman tentu kau juga. Mungkin ini saatnya kita bercerai, bukan?"

MuWan membeku.

"Apa… Apa maksudmu?” tanyanya dengan suara menegang.

Chen Yu menatapnya, ekspresinya datar. “Bukankah pernikahan kita hanyalah alat untuk melindungimu dan warisan klanmu dari incaran Klan Wen? Sekarang ancaman itu sudah musnah kan.”

MuWan berdiri. Napasnya terengah.

"Apa kau pikir pernikahan adalah lelucon?!" suaranya bergetar antara marah dan sedih.

Chen Yu tak menjawab, hanya menatapnya tenang.

"Apa kau pikir aku tidak tahu bahwa pernikahan ini adalah keputusan politik?" lanjutnya, suaranya mulai pecah. "Tapi meski awalnya seperti itu. aku tidak pernah menganggapmu alat. Dari awal meski semua orang memandangmu rendah aku tetap menganggapmu suamiku."

Air mata mengalir di pipinya. Chen Yu terdiam. Melihat wanita yang dikenal dingin dan keras, kini menangis di depannya, menyayat hatinya.

Lalu Chen Yu bergumam dalam hati. "Seharusnya aku yang bicara seperti itu. Kenapa jadi dia yang mengatakan nya. Wanita memang penuh misteri."

MuWan pun melanjutkan.

“Bahkan ketika kau tertidur selama empat hari aku takut.” lanjut MuWan, suaranya pelan. “Takut kalau ternyata aku kehilanganmu selamanya.”

Hening.

Chen Yu menunduk, lalu berkata pelan, "Lalu menurutmu pernikahan ini masih layak untuk diteruskan?"

MuWan menatap matanya dalam-dalam. Lalu, tanpa berkata, ia memeluk Chen Yu dengan erat. Tubuhnya gemetar, tapi pelukannya hangat.

“Jika kau ingin bercerai maka tunggu sampai aku lelah memilikimu,” bisiknya di dada Chen Yu. “Tapi hari itu takkan pernah datang.”

Chen Yu diam sesaat, lalu perlahan-lahan membalas pelukan itu, meski tubuhnya masih lemah.

“Aku tidak ingin bercerai,” katanya lirih. “Aku hanya ingin tahu apa yang ada di hatimu.”

Di luar jendela, angin bertiup pelan, membawa ketenangan yang baru. Dua hati yang dulunya hanya terikat oleh takdir. kini mulai menyatu oleh pilihan.

Beberapa jam berlalu.

Sinar mentari pagi menyusup masuk dari jendela, membasuh ruangan yang hangat dengan cahaya keemasan. Chen Yu duduk bersandar di tempat tidur, tubuhnya masih lemah, namun wajahnya tampak bersih dan cerah.

Di sampingnya, MuWan duduk dengan pakaian putih sederhana, memancarkan aura ketenangan dan kelembutan.

Tak lama kemudian, pintu ruangan dibuka.

Para tetua Klan Mu, para pemuda berbakat, dan bahkan pelayan senior datang satu per satu. semuanya membawa sesuatu di tangan mereka. Chen Yu terkejut, tapi tidak sempat bicara.

Seorang tetua berkata sambil menyerahkan sebuah pot tanah berukir emas, "Tanaman Spiritual Seribu Akar ini mampu mempercepat pemulihan tubuh dan memperbaiki meridian."

Yang lain meletakkan sebuah kotak berbatu hijau di meja. "Ini Batu YuanQi kelas tiga. Tiga buah. Jarang ditemukan di Kekaisaran Bizou, tapi kami ingin kau memilikinya."

Seorang penatua muda memberikan kantung cincin penyimpanan. "Di dalam ini ada sepuluh ribu batu roh. Gunakan untuk apa pun yang kau butuhkan, Chen Yu."

Chen Yu menatap semua hadiah itu dengan takjub. Matanya sedikit berkaca-kaca. “Aku belum pernah melihat harta sebanyak ini…”

Namun sebelum ia bisa mengucap terima kasih, suara berat namun akrab terdengar dari ambang pintu.

MuTuzhi, kepala Klan Mu, melangkah masuk sambil membawa sebuah kotak panjang dari kayu hitam yang diukir dengan pola-pola aneh yang terlihat seperti tulisan kuno dari zaman sebelum penciptaan.

Ia berjalan mendekati tempat tidur Chen Yu, dan menyerahkan kotak itu dengan kedua tangan.

“Ini hadiah pribadi. sekaligus permintaan maaf dari Klan Mu. Sebagai ayah dari MuWan, aku memberikannya sebagai pengakuan bahwa kau adalah menantuku dan suami yang sejati.”

MuWan menoleh pada ayahnya, lalu tersenyum lembut ke arah Chen Yu. Suasana menjadi penuh makna.

Chen Yu menerima kotak itu. Tapi sebelum ia membuka, MuTuzhi berkata pelan, “Pedang ini aneh. Aku tak bisa menggunakannya. Tak bereaksi pada siapa pun seolah menunggu sesuatu atau seseorang.”

Semua mata tertuju padanya. Bahkan MuWan memiringkan kepala penuh rasa penasaran.

MuTuzhi menghela napas, lalu duduk. Wajahnya tiba-tiba menjadi jauh lebih tenang, namun ada sorot kenangan di dalam matanya.

“Pedang ini diberikan padaku saat aku berusia enam belas tahun.”

Semua terdiam. MuTuzhi melanjutkan:

“Saat itu aku pergi berburu ke hutan barat. Hari itu biasa, hingga aku menemukan seseorang tergeletak berlumuran darah, pakaian robek seperti baru bertarung dengan naga. Tapi yang mengejutkan adalah. auranya tak seperti manusia dari dunia kita.”

Chen Yu memejamkan mata sejenak. Ia mulai merasakan sesuatu dari dalam kotak itu.

“Aku menolongnya. Tanpa pamrih. Setelah sembuh, dia memberiku kotak ini. Dia berkata. 'Pedang ini bukan milikmu. Tapi simpanlah.

Jika suatu hari orang yang tepat datang, pedang ini akan bangkit. Dan saat itu, jagalah dunia dari kehancuran katanya.'”

“Lalu dia menghilang begitu saja. Meninggalkan satu kalimat terakhir.”

'Jika kau izinkan, suatu hari aku akan mengambilnya kembali.'

MuTuzhi terdiam. Semua orang di ruangan itu tidak berani memotong ceritanya.

Chen Yu membuka kotak perlahan. Di dalamnya, sebuah pedang panjang dengan bilah hitam kebiruan tampak terbaring tenang. Ukiran yang sama dengan kotaknya menghiasi gagang dan punggung pedang.

Namun saat tangan Chen Yu menyentuh pedang itu. Suara “deng!” menggema pelan, dan bilah pedang bergetar!

Semua orang langsung terbelalak. Cahaya tipis berwarna putih keperakan perlahan keluar dari dalam pedang, membentuk cahaya spiral seperti galaksi mini.

MuTuzhi bahkan mundur satu langkah, wajahnya tegang.

MuWan menutup mulutnya. “Chen Yu…”

Pedang itu merespons padanya.

Chen Yu sendiri hanya menatapnya tajam. Tanpa bicara, namun dari dalam hatinya, ia mendengar suara:

“Akhirnya kita bertemu, Pewaris Langit.”

Tapi setelah itu tidak ada suara lagi terdengar. Chen Yu meletakkan pedang itu kembali ke kotaknya. Tapi setelah itu Chen Yu yang penasaran mengambil pedang itu kembali.

Setelah menyentuh pedang misterius itu, cahaya spiral berwarna putih keperakan melingkar di sekitar Chen Yu. Semua orang di ruangan terpaku.

Namun di saat itulah.

Cahaya menyelimuti Chen Yu.

Matanya membelalak.

Tubuhnya tak bergerak.

Jiwanya seperti terseret ke dalam ruang tak dikenal gelap, sunyi, namun terasa sangat luas.

Chen Yu berdiri di sebuah tanah kosong berwarna keemasan. Di sekelilingnya hanya ada kehampaan dan langit bercahaya.

Tiba-tiba, kilatan cahaya muncul di langit.

Sebuah pedang raksasa menembus langit, melayang vertikal seolah membelah surga.

Lalu bayangan seorang pria seperti dewa, berambut perak panjang dan mata bersinar bintang, muncul sambil menghunus pedang yang sama dengan yang kini dipegang Chen Yu.

Suara pria itu menggema, berat dan agung.

“Pedang ini ‘Tianxu’, adalah warisan dari Alam Ketujuh, Dunia Para Dewa.”

Kilasan demi kilasan muncul cepat:

Dewa pemilik pedang “Tianxu” berperang melawan pasukan iblis yang membanjiri dunia.

Suara tabrakan langit dan bumi bergema dalam perang abadi yang menyapu tujuh alam.

Sang Dewa terluka parah, dan dalam detik terakhir sebelum menghilang, ia melemparkan pedangnya ke dalam lorong waktu, berharap pedang itu menemukan pemilik baru.

“Waktu itu aku kalah,” kata sosok dewa itu.

“Tapi takdir belum berakhir. Pedang ini akan membangkitkan pewaris langit yang baru. Dan sekarang kau telah menyentuhnya.”

Chen Yu menyentuh dadanya sendiri. Terlihat di sana, sebuah cahaya simbol langit muncul samar di kulitnya.

[Kembali ke Dunia Nyata]

Cahaya dari pedang perlahan memudar. Chen Yu terengah dan tubuhnya sedikit gemetar. Namun matanya kini tajam. Dalam. Berisi pemahaman baru.

Semua orang di ruangan menatapnya dengan kebingungan.

MuWan mendekat. “Chen Yu? Kau tidak apa-apa?”

Chen Yu mengangguk pelan. “Aku baik. Tapi aku sudah melihat sesuatu.”

MuTuzhi menyipitkan mata. “Kau melihat sesuatu?”

Chen Yu menghela napas. Tangannya menggenggam erat pedang itu.

“Pedang ini bukan hanya artefak biasa. Ia berasal dari Dunia Para Dewa. Dan aku, tanpa aku sadari adalah seseorang yang terhubung dengan langit di atas sana.”

Suara di ruangan terdiam.

Chen Yu menatap ke arah luar jendela. Langit biru tampak bersinar terang.

“Perjalanan ku belum berakhir Ini baru permulaan.”

Keterangan Tambahan:

Pedang Tianxu kini menjadi senjata utama Chen Yu, namun kekuatannya akan bangkit bertahap seiring kultivasi jiwa Chen Yu berkembang.

Simbol di dada Chen Yu adalah Segel Pewaris Langit. yang akan membuka banyak misteri dan peluang besar termasuk pertemuan dengan Dewa asli yang dulu memiliki pedang ini.

Tapi.....

Itu tergantung pada takdir yang membelenggu Chen Yu. Sekian dan Terima gaji :-D

1
wasiah miska nartim
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
wasiah miska nartim
ya Allah perutku 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
🟡SENJA
mwehehe masa gini cara isteri ngomong ke suami? 😂😅
🟡SENJA
kenapa harus disegel?! hadeeeh biar aja
YUKARO: Waduh.. kalau gak disegel hancur dunia ChangYuan nya kak😁
YUKARO: Waduh.. kalau gak disegel hancur dunia ChangYuan nya kak😁
total 2 replies
Eddy.H
tamat ga ni Thor
YUKARO: ini cerita nya panjang lagi kak. pasti di tamatin, kalo udah waktu nya.
total 1 replies
wasiah miska nartim
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
April Lia
kereeen ceritanya makin mantap /Hey/
Wiji Lestari
lumayan..lanjoot
teguh andriyanto
singkat padat, OP, berkarakter, humor.. menyatu dengan baik di novel ini.. patut disimak sampe tamat.
إندر فرتما
MC GHOBLOK,🤣🤣🤣
dusah GHOBLOK lembek lagi,
mendingan gak usah di lanjutkan lagi ini alur ceritanya
Emma
Gak sabar lanjutin.
Type2Diabetes
Gak kecewa! 👍
douwataxx
Karakternya juara banget. 🏆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!