Pesugihan Begu Ganjang

Rumondang tiba dirumahnya saat hari mulai gelap. Ia memasuki rumahnya dengan pintu tidak terkunci, bukankah ia pagi tadi menguncinya? Atau mungkin Ambolas yang membukanya.

Ia menuju kamarnya. Ia dikejutkan saat melihat pintu lemarinya terbuka lebar dengan uangnya yang ludes tidak tersisa.

Wanita itu menatap pintu lemari yang memperlihatkan bagian raknya dengan pandangan yang sangat dingin, ia lalu menghela nafasnya dengan berat. Kemudian menutup pintu tersebut dengan begitu tenangnya.

Perlahan ia merasa gerah, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

"Semoga saja Ture tak mengalami hal yang aneh." gumamnya sembari mengguyurkan tubuhnya dengan air.

Setelah selesai dengan mandinya, ia mempercantik diri, dan tidak keluar rumah dan memilih untuk berbaring diatas ranjang sembari menggulir akun media sosialnya.

Saat dalam kedamaiannya, tiba--tiba saja terdengar suara riuh dan gaduh yang berasal dari rumah tetangga depan yang ia kenal sebagai laki-laki pemalas.dan kerjanya juga berjudi online

"Poltak mati!" Poltak Mati!" suara seruan seseorang yang memberitahukan tentang kematian salah satu tetangga mereka dengan lantang. Hal itu tak lain karena rasa takut yang teramat besar dan juga gugup untuk mengabarkan hal tersebut.

Rumondang yang mendengar teriakan tetangganya dan diam mematung. Namun tidak ingin untuk melihat atau sekedar berbelasungkawa.

Ia mengintai dibalik jendela kamarnya, lalu terlihat sebuah mobil pick up dan terlihat warga mulai berkerumun.

Melihat jasad Poltak dengan perutnya yang terburai membuat para warga terpekik dengan keras, sebab ini membuat perut mereka mual, ditambah aroma anyir darah yang menguar diudara semakin membuat mereka ingin muntah, namun penuh tanda tanya apa yang menyebabkan kematian pria tersebut.

Rumondang seolah menutup rapat matanya. Ia tak ingin terlibat dalam kepanikan dan duka dari keluarga tersebut, lalu ia mendengar suara lemarinya bergetar dan pintunya terlihat berguncang karena tidak terkunci, sehingga membuatnya merasa penasaran dan saat ia berada disepan pintu dengan kondisi masih terhempas.

Ia dikejutkan oleh tumpukan uang hampir memenuhi rak dilemarinya yang berjumlah cukup banyak. Sesaat senyumnya mengembang, itu tandanya jika sang Begu Ganjang sudah mulai aktif dalam mencarikan uang untuknya.

"Oh, Begu Ganjang, ternyata sebaik itu rupanya kau--ya!" ucapnya dengan nada lirih, namun penuh kebahagiaan.

Sedangkan diluar sana, keluarga Poltak masih menangisi kepergian pria itu, terutama sang istri yang saat sangat bersedih, sebab pria itu berjanji jika ia menang slot maka istrinya akan mendapatkan bagian yang banyak.

Namun yang ia temui, justru Poltak mati secara mengenaskan.

Melihat cara kematian yang dialami oleh Poltak secara tak wajar yang ditandai oleh beberapa hal, dimana perutnya terburai dengan mengeluarkan hasil curiannya secara utuh, dan itu merupakan salah satu cara Begu Ganjang menghabisi korbannya.

"Sepertinya memang ada yang Par Begu Ganjang dikampung kita," ucap salah satu warga. "Soalnya tak wajar ku rasa cara kematian si Poltak ini." pria itu mulai menyebarkan asumsinya.

"Iya, kek mana pula kol bulat ukuranya besar bisa masuk lambungnya sampai kurang lebih enam buah, lewat jalur mana coba masuk kekerongkongannya hingga sampai masuk ke lambung?: sahut salah seorang emak-emak.

Semua orang merasa sangat takut dan memilih untuk diam. Mereka sebenarnya merasa takut untuk menjawab, sebab tak ingin dihantui oleh sosok tersebut, karena dengan hanya menyebut namanya saja seolah sosok itu hadir didekat mereka.

"Tapi kita tak boleh dulu asal menebak atau menuduh , nanti jatuhnya fitnah!" yang lain mencoba mengingatkan.

Mereka lalu mengurus jasad Poltak yang kondisinya sangat mengerikan, lalu akan memakamnya esok pagi, sebab hari semakin malam.

****

Pagi ini orang-orang sibuk melayat. Akan tetapi Rumondang memilih untuk mengurung diri dirumah. Ia tak ingin ikut untuk melihat jasad Poltak ataupun sekedar berbela sungkawa.

Karena Poltak belum memiliki anak, maka ia makamkan tanpa melalui adat apapun, dan prosesinya juga dipercepat.

Rumondang hanya mengintai dibalik jendela kamarnya. Ia mulai menutup dirunya dengan para tetangga dan perubahan ini begitu sangat kentara.

"Kau tengoklah si Rumondang itu. Masa tetangganya ada mati didepan rumah, tapi kenapa tak mau pula dia melayat?" salah seorang dari pelayat yang memakai ulos dipundak kanannya menatap rumah Rumondang dengan perasaan heran.

"Mungkin tak ada dirumah, dia," sahut yang lain sembari ikut menatap ke arah rumah milik Rumondang dengan pintu yang tertutup, bahkan jendela juga ia tutup.

Beberapa pelayat mulai tertarik untuk menggosip. Mereka ikut memperhatikan rumah semi permanen tersebut.

"Eh, kamu dengar tidak gosip yang beredar?" salah seorang dari mereka mulai memberikan informasi yang terdengar sangat penting.

"Gosip apa? Yang jelas sajalah kau, bah!"

"Iya, tak jelas kali kau ini," yang lain mulai tak sabar untuk mendengar kelanjutan informasi gosip yang semakin memanas.

Si pemberi informasi mulai merapat kepada para pelayat yang ingin mendengar bahan gosip darinya. "Kabarnya, kol yang keluar dari perutnya si Poltak itu dicuri dari kebun Opung Tarigan, tetapi sudah dibeli oleh si Rumondang," wanita bersanggul itu setengah berbisik, tapi cukup jelas ditelinga para penggosip.

"Hah!" sontak saja mereka terkejut mendengar berita tersebut.

"Ah, yang benar sajalah kau, ini--bah! Darimana pula si Rumondang bisa beli kebun Opung Tarigan, itukan cukup luas, dan si Lumban--Tulangnya itu kerja dengan keluarga beliau," salah satu menepis dugaan rumor yang ia anggap hanya hisapan jempol semata.

"Iya, ya kan?! Janganlah kau ini mengada-ada, darimana pula Si Rumondang punya hepeng sebanyak itu? Bukannya yang sedikit harga jualnya," yang lain ikut menyangkal.

Si pemberi gosip menarik nafasnya dengan berat, lalu menghelanya. Ia sangat kesal pada para pelayat yang justru tidak percaya pada ucapannya, dan kesannya ia memberikan informasi yang salah dan tidak benar sama sekali.

"Kalau kalian tidak percaya ya sudahlah. Aku hanya menyampaikan saja. Jadi berhati-hatilah, mungkin saja si Rumondang ini Par Begu Ganjang (Orang yang melakukan pesugihan).

Sontak saja mereka mengangakan mulutnya. Bukannya tidak ingin mempercayai. Hanya saja Rumondang itu dikenal sebagai wanita yang sangat baik dan pekerja keras. Lalu apa yang membuat ia harus berubah menjadi orang berbelot dari jalan Tuhan--Nya, dengan memelihara iblis untuk dijadikan sebagai pesugihan.

Obrolan mereka terhenti saat melihat sebuah taksi online berhenti didepan rumah Rumondang, dan saat bersamaan, wanita itu keluar dari rumah dengan membawa sebuah tas jinjing merk kremes yang harganya lumayan mahal.

Penampilannya saat ini juga terbilang sedikit berbeda, ia memakai riasan. Bedak dingin yang tebal dan selama ini menghiasi kesehariannya, kini berubah dengan make up smooth yang membuat aura kecantikannya memancar.

Tanpa memandang ke arah rumah duka, ia memaski mobil taksi, lalu pergi tanpa menyapa siapa-pun.