Lily harus bekerja menggantikan sang ibu menjadi pelayan yang bertugas merawat tanaman di kediaman orang kaya dan terpandang yaitu keluarga Thomson. Keluarga Thomson memiliki perusahaan besar dan sudah memiliki anak perusahaan di berbagai kota bahkan di luar negri.
Lily mengira awalnya dia akan bekerja dengan lancar di kediaman Thomson untuk mengakhiri kontrak sang ibu yang tersisa 1 tahun lagi. Namun siapa sangka, takdir membuatnya menjadi rumit saat Lily bertemu dengan putra kedua keluarga Thomson yang bernama Ethan. Keduanya terlibat takdir yang rumit. Ethan yang sudah memiliki tunangan merasa sesuatu yang berbeda pada Lily. Pria dingin itu mencoba mengelak dan mulai menyadarkan dirinya untuk kembali ke jalur yang seharusnya. Namun lagi-lagi sesuatu dalam dirinya menolak dan membuat dirinya menjadi egois.
Lalu bagaimana Lily menghadapi takdir yang rumit tersebut? Apakah dia bisa bertahan selama 1 tahun di kediaman Thomson?
Ikuti kisah mereka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Maria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Pelayan Pribadi
"Bagaimana menurutmu?" tanya Evelyn pada Ethan.
Ethan terdiam beberapa saat dan menatap Evelyn,
"Mengapa kau memilihnya?" tanya Ethan datar.
Evelyn terlihat berpikir dan mengangkat bahunya,
"Kurasa aku cocok dengannya, dia juga masih terlihat muda dan penurut, jadi sepertinya akan menyenangkan jika dia menjadi pelayan pribadiku. Dia juga bisa mengajariku merangkai bunga untukmu setiap hari" jawab Evelyn dengan senyumnya.
Ethan mengangkat bahunya pelan,
"Itu terserah padamu" balas Ethan datar.
Wanita itu pun tersenyum dan memeluk Ethan dengan sedikit menggoda,
"Aku merindukanmu, kau pergi ke kantor cukup lama. Aku juga belum sempat berkeliling hari ini. Jadi, maukah kau mengantarku berkeliling di taman sore ini?" tanyanya manja.
Ethan terdiam beberapa saat dan mengangguk. Evelyn pun tersenyum puas dan mencium pipi Ethan,
"Terimakasih sayang" ujarnya.
Dan, sore harinya Ethan dan Evelyn pun berjalan mengelilingi taman belakang kediaman Thomson. Sore ini langit terlihat cerah, dan suasananya sangat cocok untuk berjalan-jalan di sore hari. Ethan membawa Evelyn berkeliling kearah hutan belakang dan danau di kediaman Thomson. Evelyn terlihat takjub melihat segala pemandangan di taman belakang,
"Wah, ini benar-benar indah. Aku akan betah jika harus tinggal disini" ucap wanita itu sambil melirik kearah Ethan.
Ethan hanya tersenyum kecil. Evelyn meraih tangan Ethan dan menggenggamnya, mereka pun berjalan kearah rumah kaca. Siang tadi Evelyn belum berkeliling rumah kaca, ia sibuk merangkai bunga dan belum sempat melihat seluruh isi dari rumah kaca tersebut. Mereka pun masuk dan di sambut oleh Herald,
"Selamat sore Tuan dan Nona" sapanya.
"Selamat sore" balas Evelyn tersenyum.
Ethan secara refleks mengarahkan pandangannya ke sekitar. Seketika tatapannya mengarah pada Lily yang tengah bercengkrama dengan beberapa pelayan. Gadis itu terlihat tertawa mendengar ucapan seorang pelayan yang bertubuh gemuk. Ethan terdiam di tempatnya dan merasakan sesuatu yang asing di hatinya. Ini adalah kali pertama ia melihat Lily tertawa, biasanya gadis itu hanya menunduk bahkan tidak pernah berani menatap kearahnya.
"Kami hanya ingin berkeliling" ucap Evelyn sambil merangkul tangan Ethan.
Ethan pun memalingkan pandangannya pada Herald,
"Lanjutkan saja pekerjaan Paman, kami hanya berkeliling saja" ucap Ethan.
Herald pun mengangguk mengerti,
"Baik Tuan" balasnya yang langsung meninggalkan Ethan dan Evelyn.
Mereka pun masuk ke dalam dan mulai berkeliling. Para pelayan yang menyadari kehadiran Ethan dan Evelyn pun seketika menegakkan tubuh mereka dan membungkuk, termasuk Lily. Gadis itu cukup terkejut dengan kedatangan pasangan itu dan menunduk pelan. Evelyn melangkah mendekati Lily dan menyapanya,
"Hai Lily, kita bertemu lagi" sapa Evelyn.
Lily hanya tersenyum dan mengangguk pada Evelyn,
"Aku ingin berkeliling disini" ucap Evelyn lagi.
Lily hanya mengangguk dan mempersilahkan Evelyn dan Ethan untuk melanjutkan langkah mereka. Lily sempat sedikit melirik kearah Ethan dan pria itu terlihat tidak memandang kearahnya. Perasaan Lily masih sama jika ia bertemu dengan Ethan, yaitu gugup dan takut. Tetapi untungnya ia dan Ethan sudah tidak lagi saling bertemu dan berpapasan akhir-akhir ini. Semua berjalan seperti seharusnya dan seperti harapan Lily.
Hari sudah mulai gelap, matahari sebentar lagi akan terbenam. Lily baru saja selesai membereskan barang-barangnya. Para pelayan lain telah keluar sejak tadi, sepertinya Lily menjadi orang terakhir yang keluar. Gadis itu pun memakai tas selempangnya dan melepas ikat rambutnya. Lily pun melangkah menuju pintu keluar untuk segera kembali ke asrama.
Namun, saat gadis itu berjalan melewati air mancur, seketika langkahnya terhenti saat ia melihat Ethan dan Evelyn yang masih berada di dekat air mancur. Dan, hal yang membuat Lily terkejut adalah, mereka berdua sedang berciuman. Gadis itu seketika mematung. Lily melihat posisi Evelyn yang membelakanginya. Tangan wanita itu mengalung di leher Ethan. Dan, tanpa di sengaja, mata Ethan yang terbuka bertemu dengan mata Lily.
Lily dengan cepat memalingkan wajahnya dan berbalik. Gadis itu tanpa menunggu langsung berlari kearah lain untuk segera keluar dari rumah kaca. Lily berlari keluar dan seketika ia menepuk kepalanya, mengapa ia harus melihat adegan itu? Dan lagi, sepertinya Ethan tadi melihat kearahnya, pikir Lily risau. Ia pun menggeleng cepat dan kembali berlari untuk segera sampai ke asrama.
Disisi lain, Ethan perlahan melepaskan pelukan Evelyn di lehernya. Evelyn terlihat kecewa karena bibirnya baru saja menempel sepersekian detik di bibir Ethan,
"Ini sudah hampir gelap, kita harus kembali ke rumah" ucap Ethan datar.
Evelyn pun mendengus pelan dengan pasrah,
"Baiklah" balasnya sedikit kecewa.
Ethan membalikkan tubuhnya dan pandanganya pun mengarah kearah pintu keluar rumah kaca. Lily sudah tidak ada, pria itu terdiam dan merasa hatinya tidak tenang. Tapi, ia tidak mengerti mengapa ia harus merasakan perasaan seperti itu? Pria itu pun mencoba mengabaikannya dan mulai melangkah pergi meninggalkan rumah kaca.
~
Keesokan harinya, Donna memanggil Lily ke ruangannya. Gadis itu terlihat bingung dan tidak tau mengapa Donna memanggil nya. Lily pun mengetuk pintu ruangan Donna dan masuk. Donna tersenyum kearah Lily dan mempersilahkannya untuk duduk,
"Kau pasti bingung, mengapa aku memanggilmu kemari" ujar Donna.
Donna pun mengeluarkan sebuah berkas dan memberikannya pada Lily. Lily terlihat gugup dan takut, mengapa Donna memberinya sebuah berkas? Apa ia di berhentikan? pikir Lily gugup.
Lily membuka berkas itu dan seketika mengernyit setelah membacanya,
"Pemindahan tugas?" tanya Lily tidak mengerti.
Donna pun mengangguk,
"Mulai hari ini, kau akan menjadi pelayan di rumah utama" ujar Donna yang membuat Lily terbelalak.
"A.. Apa?" tanyanya lagi tidak percaya.
"Lily, kau sudah tau kan bahwa tunangan Tuan Ethan akan tinggal disini untuk beberapa minggu. Dan, Nona Evelyn menginginkanmu untuk menjadi pelayan pribadinya" jelas Donna yang membuat Lily terkejut.
"Kau hanya bertugas melayani Nona Evelyn saja. Tidak perlu ke taman ataupun rumah kaca. Setelah Nona Evelyn pergi, kau bisa kembali berkerja seperti biasa" lanjutnya.
Lily terdiam sambil menatap berkas kontrak baru itu,
"Ta.. tapi.. mengapa harus aku?" tanyanya sedikit keberatan.
Donna menghela nafasnya,
"Ini permintaan khusus Nona Evelyn. Kau tau, kau sangat beruntung karena Nona Evelyn telah memilihmu dari banyaknya pelayan di rumah utama. Bukankah ini kesempatan langka dan bagus? Kau akan tinggal di rumah utama dan kamarmu berada satu atap dengan keluarga Thomson" ucapnya.
Lily hanya terdiam dan merasa cukup sedih, ia tidak ingin meninggalkan pekerjaan di rumah kaca, ia juga tidak ingin menjadi pelayan pribadi Evelyn. Jika hal itu terjadi maka intensitas dirinya dan Evelyn ataupun Ethan untuk bertemu akan menjadi sering, dan hal itu membuat Lily entah mengapa merasa tidak nyaman.
"Lily, ini kesempatan bagus, gaji mu juga otomatis akan naik, jadi kau tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini" ucap Donna lagi.
Lily terdiam dan menunduk pelan, ia tidak punya pilihan lain. Lily menutup matanya dan mencoba menguatkan dirinya. Lagipula hanya beberapa minggu saja, pikir Lily mencoba menguatkan dirinya. Gadis itu menghela nafasnya dalam dan akhirnya mengangguk. Donna tersenyum senang dan meminta Lily untuk menandatangani kontrak itu. Tidak tau bagaimana hari-harinya nanti di rumah utama, yang jelas Lily hanya berharap waktu akan segera cepat berlalu..
Bersambung..
Mohon dukungannya untuk cerita ini ya, kasih like, komen, vote dan gift nya, terimakasih 🙏