NovelToon NovelToon
Mimpi Ini Terlalu Indah

Mimpi Ini Terlalu Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Romansa
Popularitas:87
Nilai: 5
Nama Author: Sabana01

Ia adalah Echo bernama Jae, idol pria berwajah mirip dengan jake Enhypen. Leni terlempar kedua itu dan mencari jalan untuk pulang. Namun jika ia pulang ia tak akan bertemu si Echo dingin yang telah berhasil membuat ia jatuh cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sakit dalam Diam

Jae menatap langit malam dari balkon apartemen mereka—langit Seoul yang penuh cahaya kota, bukan bintang. Ada ironi di sana. Ia semakin nyata, semakin hidup, semakin dikenal. Tetapi di dalam dirinya, sesuatu perlahan terkikis, tergerus oleh stabilitas yang ia sendiri perjuangkan bersama Leni.

Jika ia jujur, ia ingin runtuh ke pelukan Leni dan mengakui semuanya: bahwa setiap kebahagiaan Leni membuatnya sakit, bahwa setiap langkah mereka menuju masa depan nyata menuai harga dari tubuhnya. Tetapi ia tahu apa yang akan terjadi jika Leni mendengarnya.

Leni akan mencoba membuka Gerbang itu lagi.

Dan dunia mereka akan hancur.

Jadi Jae melakukan satu-satunya hal yang ia kuasai—berakting. Bukan di depan kamera. Di depan perempuan yang ia cintai, yang membuatnya nyata.

Malam itu, ketika Leni kembali dari rapat dan menyelinap ke kamarnya, Jae sudah berbaring di sofa, menatap TV yang tidak benar-benar ia tonton.

“Kau tidak tidur?” tanya Leni sambil mendekat.

“Tidak,” jawab Jae, tersenyum tipis. “Aku hanya… ingin memberimu ruang. Kau terlihat lelah.”

Leni tertawa kecil dan duduk di sampingnya. “Sejak kapan kau memberi aku ruang? Biasanya kau memelukku sampai aku tidak bisa bergerak.”

“Saat ini… aku merasa aku sudah cukup stabil.” Jae mengangkat bahu dengan santai, berusaha terlihat ringan. “Aku tidak ingin membebani rutinitasmu.”

Leni tidak curiga sama sekali—ia justru tampak bangga.

“Lihat? Aku tahu suatu hari kau akan menjadi mandiri secara emosional.” Ia mencubit pipi Jae. “Echo paling kuat di seluruh Korea.”

Jae tersenyum. Dalam hatinya, sesuatu runtuh perlahan.

Karena ia bukan menjadi mandiri…

Ia sedang memisahkan diri, sedikit demi sedikit, agar Leni tidak menarik terlalu banyak energi darinya.

......................

Hari-hari selanjutnya, Jae mulai mengatur ritme jaraknya.

Ketika Leni pulang dan memeluknya, Jae membalas dengan cepat, tapi tidak terlalu erat.

Ketika Leni tidur menempel padanya, Jae pura-pura terbangun karena mimpi buruk dan pindah ke ujung ranjang.

Ketika Leni ingin berdiskusi panjang tentang visi masa depan J-Cosmetic, Jae menyela dengan alasan “call meeting” atau “aku harus review naskah”.

“Jae-ssi,” protes Leni suatu malam, “kau terasa jauh sekali akhir-akhir ini.”

“Aku hanya sibuk,” jawab Jae, mencoba terdengar tenang. “Syuting makin padat. Aku ingin kau fokus pada kariermu juga.”

"Biasanya kau selalu ingin dekat denganku,” ujar Leni, setengah bercanda. “Kau seperti anak kucing manja.”

Jae tertawa. “Anak kucingnya sudah besar.”

Itu bohong.

Semakin jauh ia dari Leni, semakin sakit rasanya.

Karena tubuh Echo-nya bereaksi pada jarak emosional; ia membutuhkannya, sekaligus hancur karena kebutuhannya.

......................

Tetapi Leni bukanlah perempuan bodoh.

Ia mulai menangkap hal-hal kecil.

Cara Jae menahan napas sebentar saat ia memeluknya terlalu lama.

Cara Jae memejamkan mata ketika Leni tertawa keras karena bahagia.

Cara Jae sering menggosok pelipisnya diam-diam.

Cara Jae tampak pusing setiap mereka berbicara tentang masa depan yang besar.

Dan suatu malam, saat Leni menyelinap ke ruang kerja untuk mengambil charger, ia melihatnya.

Jae berdiri dengan tubuh sedikit membungkuk, satu tangan memegang meja, satu lagi memijat mata kirinya dengan kuat. Napasnya berat, seperti ia habis berlari.

“Jae?” suara Leni keluar pelan, penuh khawatir.

Jae langsung menegakkan tubuhnya, tersenyum tipis—sangat tipis. “Oh. Aku hanya… pusing sedikit.”

“Ini sudah malam ketiga. Kau selalu pusing.” Leni mendekat. “Ada apa sebenarnya?”

Jae membuka mulut—dan hampir mengaku.

Hampir mengatakan bahwa Resonansinya terganggu, bahwa bagian dari dirinya tersedot pergi setiap kali Leni bahagia atau membuat rencana baru.

Tapi ia menutup bibirnya lagi.

“Aku hanya lelah syuting. Tidak apa-apa.”

Leni berhenti di depannya, menatap mata Jae dalam-dalam. Ini bukan tatapan CEO. Ini tatapan seorang perempuan yang mengenal pria di hadapannya sampai ke tulang.

“Jae… kau bohong.”

Jae menelan ludah, merasakan rasa dingin menyebar di tengkuknya. “Aku tidak bohong.”

Leni meletakkan tangannya di pipi Jae. “Kalau kau sakit… apa pun itu… kau harus bilang padaku.”

Di titik itu, nyeri di kepala Jae begitu kuat, seperti ada seseorang menarik garis panjang dari pelipis sampai dada. Tetapi ia tetap tersenyum.

Karena Jae lebih takut pada hal lain:

Jika Leni tahu kebenarannya, ia akan menghancurkan dunia ini untuk menyelamatkannya.

Dan Jae tidak ingin diselamatkan jika itu berarti kehilangan Leni.

“Aku baik-baik saja,” katanya lembut. “Sungguh.”

Tapi ketika Leni memeluknya malam itu, Jae menutup mata—dan diam-diam menangis.

Tak terdengar.

Tak terlihat.

Hanya air mata yang jatuh ke bahunya sendiri.

Karena menahan sakit… jauh lebih mudah daripada membayangkan kehilangan satu-satunya realitas yang ia cintai.

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!