Niatnya ingin mengunjungi sang kakak dan berlibur ke luar negeri, tapi nahas dia malah terlibat dengan seorang mafia.
"Buat milikku berdiri, baru aku akan melepaskan mu?"
"Memangnya benar tidak bisa berdiri? Mari kita lihat, waah bener, ini lemes bener."
Brisia Aalin Winkler adalah seorang ilmuwan. Dia tertangkap mafia yang mengalami disfungsi ereksi. Pria itu ingin Brisia membantunya karena sebentar lagi dia akan menikah dengan sang tunangan.
Lalu, apakah Brisia bisa membantu?
Dan, mengapa pria itu tidak mencari dokter malah alih-alih mencari seorang ilmuwan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pawang 28
"Kamu ini bicara apa sih, Arch? Ya sudah ayok pulang. Ini sudah malam. Aku ingin segera tidur."
"Baiklah."
Tidak Brisia sangka, Archie menurut begitu saja. Entah mulai kapan pria itu nampak sedikit berbeda dari yang pertama ia kenal.
Ditambah apa yang diucapkan pria tadi, membuat Brisia semakin tidak mengerti. Namun lagi-lagi dia tak ambil pusing. Archie tidak membahasnya lagi, maka berarti hal itu hanyalah ucapan yang akan pergi.
"Tuan Archie?"
"Oh Jake."
Brisia mengerutkan alisnya saat ada pria paruh baya datang menghampiri Archie. Jika dilihat secara sepintas, reaksi keduanya menunjukkan bahwa mereka saling mengenal.
"Apa Anda sedang berjalan-jalan? Aah iya, saya turut prihatin atas gagalnya pernikahan Anda?"
"Jangan dipikirkan. Memang seharusnya kegagalan pernikahan itu sudah sejak dulu dilakukan. Ah iya perkenalkan, ini dokter ku. Brisia, ini teman ku Jake."
Brisia dan Jake saling menjabat tangan. Mereka kemudian berbincang sejenak.
Tapi sepertinya ada yang ingin disampaikan lebih lanjut lagi oleh Jake. Dan ditambah gesture tubuhnya menunjukkan bahwa dia tidak nyaman bicara di sana.
"Tuan Jake, apa rumahmu ada di dekat sini? Bolehkan kita mampir, aku sepertinya membutuhkan toilet. Namun aku tak terbiasa menggunakan toilet umum, kecuali sangat terpaksa."
"Ah ya, rumah saya tidak jauh. Mari silakan ikut dengan saya."
Brisia langsung mengikuti Jake. Archie yang melihat tentu nampak bingung, terlebih saat Brisia dengan senang hati masuk ke mobil Jake.
Namun setelah mendengar percakapan Brisia dengan Jake, ia pun paham maksud dari wanita itu.
"Ada sangat peka, Nona."
"Bukan apa-apa Tuan. Saya lihat Anda merasa tidak nyaman jika bicara di sana terlalu lama. Apa ada sesuatu yang mengganggu Anda?"
"Jake, apa mungkin ada yang mengikuti mu atau mengawasi mu?"
Archie ikut menimpali pembicaraan mereka. Di tempat yang ramai tadi, mungkin saja ada yang mengawasi Jake. Namun Archie tidak merasa demikian. Dia sama sekali tidak merasa ada yang sedang mengawasi mereka tadi.
"Tidak ada Tuan, hanya saja saya merasa kurang nyaman dengan apa yang akan saya sampaikan ini. Mohon tunggu sebentar."
Jake bangkit dari duduknya masuk ke sebuah ruangan dan tak lama dia kembali dengan membawa sesuatu di tangannya.
Sebelum memberikannya kepada Archie, ia lebih dulu melihat ke arah Brisia. Archie yang paham pun mengatakan bahwa tidak masalah.
Jake menganggukkan kepalanya. Dia tidak tahu siapa wanita yang tengah bersama Archie ini, tapi dia mengerti bahwa Archie nampaknya begitu percaya dengan wanita itu.
"Ini, silakan lihat sendiri."
Archie menerima apa yang diberikan oleh Jake. Itu merupakan sebuah map. Dengan nafas sedikit tertahan pria itu membukanya. Ia tahu apa yang akan dilihatnya karena sebelumnya dia meminta Jake untuk memberikannya.
Slap slap
Archie membuka lembar demi lembar. Matanya menatap dengan nanar semua foto itu. Foto mobil yang merupakan mobilnya dan kedua orang tuanya sebelum mereka meninggal dunia.
Mobil terakhir di saat hari ulang tahunnya. Dimana mereka akan pergi merayakannya.
"Andai saja aku tidak menginginkan pergi jalan-jalan waktu itu, mungkin saja semua ini tidak akan terjadi. Mungkin saja ayah dan ibu ku masih hidup."
Rasa bersalah yang sangat besar tertanam dalam alam bawah sadar Archie. Pria itu menitikkan air matanya.
Melhat Archie yang terlihat sangat kesakitan itu, membuat brisia bisa ikut merasakannya. Dia ikut merasa sakit akan kehilangan yang Archie rasakan.
Dengan lembut, Brisia mengusap punggung Archie. Ia menyalurkan energi baik sambil berkata, "Semua yang terjadi bukan karena mu. Selain itu takdir, kita harus mencari siapa dalangnya bukan. Ayo lakukan itu agar kedua orangtuamu tenang di sana."
Archie mengangguk lemah. Rasanya sungguh sangat pilu.
Rupanya pria yang nampak kokoh itu ternyata rapuh juga. Dia sangat rapuh seperti kayu kering.
"Aku turut berduka Arc, aku harap semua yang tengah kau usahakan untuk mencari keadilan bagi kedua orangtuamu segera ditemukan."
"Thanks Jake. Aku sungguh berterimakasih."
Di sini Jake tak lagi menggunakan kata-kata formal. Dia tadi melakukan itu karena berada di depan umum dan juga Brisia. Namun setelah melihat beberapa saat rupanya dia tahu bahwa hubungan Archie dan Brisia tidaklah biasa.
Merasa bahwa mereka mungkin akan mengobrol lama, Jake mengambil minuman dan juga makanan ringan.
"Apa kalian menginap saja di sini. Ini juga sudah malam bukan? Ya meskipun tempat ini sangat jauh dengan mansion Arc, tapi aku jamin di sini sangat nyaman. Aku akan membuatkan kalian makan malam."
"Tuan Jake, aku akan membantu mu."
"Dengan senang hati Nona."
Archie tidak masalah untuk tidak pulang hari ini. Dia rasa Wilma juga masih ada di mansion sehingga enggan baginya untuk kembali karena akan melihat wajah wanita itu lagi.
Di dapur, Brisia merasa takjub. Dengan sekai lihat dia tahu bahwa Jake tinggal sendiri namun peralatan dapur yang lengkap dan isi kulkas yang penuh menandakan bahwa pria paruh baya itu senang memasak.
"Tuan."
"Jake, panggil saja Jake, Nona."
"Ah kalau begitu, panggil aku juga Brisia agar nyaman. Sepertinya kau memiliki hobi memasak Jake. Dan woaah ini sungguh luar biasa. Bahkan kau memiliki bumbu-bumbu dari Asia."
Hahahah
Jake tertawa renyah, dia tidak menyangka wanita muda seperti Brisia tahu bumbu dapur. Yang dia pahami, wanita muda jaman sekarang itu tak suka masuk dapur. Jangankan bumbu dapur kadang merebus air pun bisa gosong.
"Kamu orang yang menarik Brisia. Ya aku suka masakan Asia. Dulu pekerjaanku adalah fotografer. Aku juga suka berkunjung ke negara-negara Asia. Dan dari situ aku tertarik dengan masakannya. Apa ya rasanya lebih kaya rempah. Dan terkadang memang cocok di makan di cuaca yang dingin."
Cetak
Brisia menjentikkan jarinya, tanda ia setuju apa yang jadi ucapan Jake. Mereka pun akhirnya melakukan kombo memasak di dapur. Brisia akan memasak makanan Indonesia yaitu sambal. Ya dia ingin memberikan itu kepada Jake dan juga Archie nantinya.
Tap tap tap
"Wanita itu memang aneh,"ucap Archie ketika dirinya menyusul Brisia dan Jake ke dapur. Dia tidak tahu hal sederhana seperti yang dia lihat itu mengapa membuat hatinya menghangat.
Archie kemudian berjalan semakin dekat. Ia manarik kursi dan duduk disana.
Tak ingin terlalu kelihatan dalam memerhatikan Brisia, Archie memilih untuk kembali melihat-lihat hasil foto milik Jake. Ternyata foto mobil yang diambil oleh Jake tidak hanya satu atau dua foto saja, melainkan ada beberapa.
Degh!
Archie memicingkan matanya ketika ia melihat sesuatu di sana. Meskipun tidak jelas tapi ia yakin bahwa itu foto orang. Orang yang melangkah menjauhi mobil. Bisa Archie simpulkan bahwa mungkin saja orang itu baru saja memeriksanya.
"Siapa dia, dan apa yang dia lakukan di sana?"
TBC
ni yg d nmakan modus.....
udh d nsehatin pnjng lbar,akhrnya mnta jd sndaran ktanya.....
hyo gmn brisia????
arc keren SATSET lah