PENGORBANAN Mantan NARAPIDANA

Mobil yang dikendarai Vinder berhenti didepan sebuah salon kecantikan. Tapi salon ini bukan sembarang salon, karena didalamnya juga menjual semua perlengkapan fashion wanita.

"Selamat malam pak, nona...!" sapa ramah karyawan tempat itu.

"Selamat malam...!" balas Lada dan Vinder.

"Apa Jerry ada...?" tanya vinder kemudian.

Belum sempat karyawan itu menjawab, suara dari arah tangga mengalihkan perhatian mereka.

"Wah, angin apa yang membawa seorang Vinder Putra Abimana kemari...??" kata pria bertulang lunak dengan style yang nyentrik.

"Angin kematian." jawab dingin Vinder menatap tak suka sosok itu.

Ehem ehem

Sosok itu berdehem dan sejurus kemudian mulut lada dibuat mengaga akan perubahan yang diperlihatkan.

"Tumben kesini, mau ngapain...?" tanya sosok itu dengan gaya khas lelaki perkasa.

Vinder pindah posisi berdiri dibelakang Lada, memegang kedua pangkal lengan gadis itu lalu berkata. "Namanya Lada dan kamu pasti tau apa yang harus kamu lakukan."

Jerry menatap Lada dari ujung rambut hingga ujung kaki "calon kakak iparku..?" tanyanya kemudian yang disambut Vinder dengan pelototan.

"Oke, aku mengerti." jawab Jerry.

"Oya, wajib lembur dan tidak terima pengunjung yang lain."

Jerry memutar bola matanya jengah, lalu bertepuk tangan sebagai kode.

Seketika muncul dari berbagai arah wanita-wanita cantik berpakaian modis menghampiri mereka dan secara serempak menelisik penampilan Lada dengan seksama.

Lada menelan ludahnya dengan susah payah "Vin...!" serunya takut sembari mendongak kearah wajah Vinder.

Vinder menurunkan kepala, mendekatkan bibirnya ketelinga Lada dan berbisik "mau menikah secepatnya..?"

Lada mengangguk.

"Kalau begitu wajib menurut." tegas Vinder.

Para wanita cantik yang berjumlah enam orang itu membubarkan diri, lalu muncul lagi satu orang menghampiri Lada, mengajak gadis itu untuk duduk dikursi yang terdapat kaca besar didepannya.

Selama proses Lada merubah penampilan, Vinder menunggu diruangan Jerry yang ada dilantai dua.

"Kamu dapat dari mana dia..?" tanya Jerry yang sudah mengganti baju dengan kaos hitam dan celana jeans dengan warna senada.

Vinder melempar pria didepannya itu dengan botol air mineral berukurang kecil.

Jerry menghela nafas setelah berhasil menghindari lemparan "Kamu mengenal Lada dimana...?"

Jerry federico Abimana, putra pertama Yacob kusuma Abimana, yang berarti adik sepupu Vinder. Memiliki usia yang sama, membuat hubungan keduanya sangat dekat.

Jangan ditanya kenapa putra seorang Jenderal punya usaha begini...? juga bisa berubah menjadi pria tulak lunak..?

Semua itu hanya kamuflase untuk menyamarkan profesi aslinya.

"Dikomplek rumah, dia anak Hendarto Wibisono, kamu tidak mengenalnya..?"

"What...!" sahut Jerry sembari menggelengkan kepala.

"Sialan..!" umpat kesal Vinder.

Jerry terkekeh "aku tau pak Hendarto, tapi tidak pernah mengenal wajah-wajah anaknya. Tau kan gimana aku..?"

"Kalian pacaran...?"

Vinder menggeleng sembari menengadahkan kepala, menatap langit-langit ruangan itu.

"Kenapa...?"

Vindet pun menceritakan awal pertemuannya dengan Lada dan kejadian dua hari yang lalu serta semua masalah yang Lada hadapi baik didalam keluarga juga tempat kerja.

"Gadis yang malang." kata Jerry menatap iba saudara sepupunya itu.

"Kamu menyukainya..?" tanya Jerry kemudian.

Vinder mengangguk lalu menghembuskan nafas frustasi "aku tidak mungkin bisa memilikinya."

"Kenapa pesimis, mengungkapkan perasaan juga belum..?"

"Lada menyukai orang lain dan aku ini tidak termasuk dalam kriterianya. Contohnya saja kejadian dua hari lalu, pak Hendarto lebih memilih untuk membuangnya dari pada menikahkan kami."

"Jodoh ditangan Tuhan dan tidak ada yang tau siapa jodoh kita. Bisa saja kan..? Tuhan sudah menyiapkan buku nikah yang tertulis nama kalian."

Selain dengan om Yacob, Vinder bisa menceritakan semua yang dirasa dan masalahnya kepada Jerry. Satu-satunya saudara sekaligus sahabat yang sangat ia percaya.

"Padahal gadis itu sangat cantik, penampilannya juga tidak kampungan banget. Jaman sekarang lelaki maunya punya pasangan seksi yang umbar aurat, pakai baju kebesaran dibilang kampungan." oceh Jerry kesal setelah mendengar kisah Lada.

Vinder terkekeh.

"Hei, apa tadi..? coba ulangi." ucap Jerry karena tak menyangka akan melihat sesuatu yang langka, Vinder tertawa.

Vinder hanya menanggapi dengan senyuman lebar.

"Akhirnya, gitu dong tersenyum." ucap Jerry dengan gaya tengilnya.

Tiga jam berlalu dan urusan Lada pun usia, gadis itu diantarkan keruangan Jerry oleh salah satu wanita yang membantunya merubah penampilan.

Banyak ilmu yang Lada dapatkan dari keenam wanita karyawan Jerry. Cara merias wajah, menata rambut, memantaskan pakaian dengan asesoris dan sepatu, diajarkan kepadanya.

Bukan hanya Vinder yang terpesona akan perubahan Lada, Jerry pun mengaga dibuatnya. Lada benar-benar berbeda, kecantikannya berkali-kali lipat bertambah.

Rambut yang dicurly, A-line dress berwarna hitam sangat pas membalut tubuh tinggi langsingnya. Ditambah dengan asesoris sederhana yang menempel ditelinga juga leher dan jari manis, serta stiletto heels hitam, yang menegaskan keindangan kaki jenjang gadis itu.

"Bagaimana penampilanku...?" tanya Lada kepada Vinder.

"Tidak akan ada lagi yang bilang kamu kampungan." jawab Vinder.

Sedangkan Jerry yang mendengar perkataan sepupunya, kembali memutar bola matanya jengah "dasar kaku."

"Aku juga banyak sekali dipilihkan baju, tas, sepatu dan asesoris" Lada menarik Vinder untuk mendekat "uangku tidak cukup, waktu kejadian itu aku habis belanja banyak."

"Itu hadiah dari Jerry untukmu." jawab Vinder.

"Hei..!" seru Jerry protes.

"Hem...!" Vinder menggoyangkan ponsel yang ada ditangannya sebagai kode jika pembayaran akan ia transfer.

"Tapi, itu banyak sekali." kata Lada tak enak.

"La....!" tegur Vinder yang tak mau dibantah.

"Oke, baiklah ."

Mereka pun pamit setelah Lada mengucapkan terimakasih, juga berkenalan dan berbasa-basi sebentar dengan Jerry.