Miskin , dihina wajar. Diam di bully, biasa. Yang luar biasa adalah, Aqmal seorang remaja miskin yatim piatu, menolak menyerah pada nasib malang, penderitaan, hinaan dan perundungan, justru membuat nya tumbuh menjadi semakin tegar dan kuat.
Hingga alam berpihak kepada nya, memberikan sebutir gundu ajaib kepada nya.
setelah mendapatkan gundu ajaib itu, perlahan hidup nya mulai berubah, setapak demi setapak, dia mulai meniti takdir nya menjadi seorang kultivator utama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunga Kecantikan Marah
Tetapi dengan Aqmal, entah mengapa, semua hal itu dia langgar, mungkin karena hatinya terlalu frustasi menghadapi sifat pria ini.
"Benar?, kau tidak berdusta?" tanya Lisa menatap wajah Aqmal. Aqmal tidak bicara, hanya menggelengkan kepalanya.
"Ingat!, jika aku tahu mereka menjahati mu, akan ku suruh papah menutup sekolah ini, Lisa tidak pernah bicara main main Aqmal, kau harus tahu itu!" suara dara itu terdengar dingin tanpa nada apapun.
"A.... aku tidak bohong, boleh aku pulang sekarang?" tanya Aqmal lagi, dia benar benar mati gaya dengan gadis bunga kecantikan SMA Citra Mahardika ini.
"Tidak!, belum boleh, kau harus temani Lisa jajan es krim fi luar terlebih dahulu, ayo!" kembali dara itu menarik tangan Aqmal.
Apa boleh buat, Aqmal hanya bisa menurut saat tangan nya di geret keluar oleh Lisa.
Diluar lingkungan sekolah, Lisa mengajak Aqmal masuk toko yang ada menjual es krim.
"Mau rasa apa?" tanya Lisa.
Kembali Aqmal hanya mengangkat kedua pundak nya saja. Hingga akhirnya Lisa memilih rasa coklat dan rasa strawberry.
Di depan toko itu ada tenda payung besar, Lisa mengajak Aqmal duduk di meja yang di naungi payung besar itu.
Lisa memberikan sebuah es krim rasa coklat untuk Aqmal , sedangkan rasa stroberi untuk nya.
Bagi Aqmal, yang nama nya es krim, hanya nama nya saja yang dia dengar, sedangkan rasanya setetes pun belum pernah.
Aqmal sedikit kikuk merasakan es krim untuk pertama kali nya, meskipun dia mencoba senatural mungkin, tetapi tetap tampak jika dia baru merasakan rasa es krim itu sekarang.
"Coba rasakan rasa strawberry ini, enak kok, coba 'aaaaa!" Lisa menyodorkan es krim ditangan nya ke mulut Aqmal. Aqmal memakan es krim itu sedikit.
"Enak kan?" tanya Lisa, "aku mau coba rasa coklat 'aaaaaa!" Lisa membuka mulut nya, ragu ragu Aqmal memasukan es krim milik nya ke mulut Lisa.
"Enak!" komentar dara itu, "eh kau tahu Mal, kata orang makan bekas mulut orang lain itu sama dengan ciuman secara tidak langsung!" derai tawa Lisa pecah.
Dalam ketidakmengertian nya, Aqmal hanya bisa bengong saja.
"Sudahlah jangan dipikirkan lagi, ayo kita kembali kesekolah!" Lisa mengajak Aqmal kembali ke lingkungan sekolah.
Didalam lingkungan tembok sekolah itu, Aqmal dan Lisa langsung ke tempat parkir.
Sebuah mobil Alphard hitam menanti dengan empat orang bodyguard yang tadi mengikuti ke toko.
"Darah Aqmal, sampai jumpa besok ya" ucap Lisa sambil masuk kedalam mobil nya.
Tanpa kata kata, Aqmal hanya melambaikan tangan nya saja.
Aqmal menaiki motor nya mengikuti mobil Lisa keluar.
Hari ini Aqmal berencana ingin kerumah Abang Mamat, tukang bangunan di kampung Teluk Nangka.
Kebetulan hari ini Abang Mamat ada Dirumah karena baru saja menyelesaikan pembangunan rumah seseorang di kota.
" Ada apa Mal?" tanya bang Mamat mempersilahkan Aqmal duduk di bangku teras.
"Mau tanya bang, kalau bikin rumah itu upah nya berapa ya bang?" tanya Aqmal.
"Tergantung Mal, luas nya berapa meter kubik, bahan nya gimana?" jawab bang Mamat.
"Yang kecil aja bang, sekira dua buah kamar tidur, dapur plus WC, lalu teras, bahan nya mungkin kualitas menengah, kalau terima kunci berapa, nanti bahan nya saya yang beli, maksud saya, uang saya cuman minta tolong Abang yang membelikan nya, gimana?" tanya Aqmal.
Bang Mamat adalah tukang yang sangat dikenal Aqmal , dahulu waktu ayah nya masih kuat, sering ikut bang Mamat kerja, orang nya jujur.
"Rumah dua kamar tidur, ukuran enam kali tujuh meter, teras enam meter jadi empat puluh delapan meter, dapur dua kali tujuh empat belas meter jadi enam puluh dua meter!" kata Bangsawan Mamat berpikir sejenak.
"Upahnya sekitar tiga puluh juta Mal, itu sama kamu saja, Abang sambil nolongin, bagai mana?" tanya bang Mamat.
"Oke bang, saya setuju saja, tolong yang rapi ya bang, besok boleh Abang pesan material nya, nanti tolong rincian harga meterial nya ya bang, biar Aqmal bisa nyiapin duit nya!" kata Aqmal.
"Oke mal, besok Abang pesan batu gunung tiga ret, pasir dua ret, batako seribu, nanti upah nya di cicil per minggu ya Mal, biar Abang bisa bayar anak buah" kata bang Mamat.
"Oke!, beres bang!" sahut Aqmal.
Setelah mencapai kesepakatan, Aqmal segera pulang ke pondok nya di belakang kampung Teluk Nangka.
Hari baru pukul sebelas saat Aqmal tiba di pondok nya.
Setelah menyimpan motor nya di dalam cincin ruang antar dimensi, Aqmal segera Menganti pakaian nya dengan baju kaos dan celana Levis pendek, setelah itu dia masuk ke Dunia dimensi Galatian milik nya.
Di tepi telaga ini Aqmal berjalan di atas hamparan pasir putih sepanjang ratusan meter itu.
Hamparan pasir putih itu berpadu dengan batu kerikil berwarna kuning emas beraneka ragam bentuk dan ukuran, dari yang sebesar kelingking, hingga yang sebesar telur angsa.
Aqmal kembali memungut kerikil bijih emas itu sebanyak empat buah sebesar jempol kaki.
Setelah itu, dia melepaskan seluruh pakaian nya dan turun berendam di telaga itu sambil berkultivasi.
Aqmal suka berkultivasi didalam air telaga, Disamping segar, air telaga itu mengandung Qi murni yang luar biasa pekat nya. Namun karena Dantian nya dua kali lebih besar dari milik orang lain, sehingga apa bila takaran untuk orang lain cukup untuk menaikan tingkat kultivasi nya, bagi Aqmal baru terisi separo nya saja.
Semakin banyak Qi murni yang masuk kedalam Dantian nya, semakin cepat pula Gen Naga sejati berkembang biak memenuhi segenap sumsum dan urat urat nya.
Kali ini karena merasa terlalu nyaman, Aqmal lupa waktu, saat tersadar, dia melihat jam di handphone nya, ternyata sudah pukul sepuluh malam.
Buru buru Aqmal kembali ke pondok nya, namun betapa tercengang nya dia saat melihat pondok nya tinggal hanya puing puing nya saja, di sana sini masih terlihat kepulan asap tipis. Untung semua buku buku nya dia bawa beserta pakaian seragam nya juga.
Karena tidak ada tempat nya tidur, Aqmal terpaksa kembali ke Dunia dimensi Galatian.
Dengan mengatur timer alarm berbunyi pukul enam pagi, Aqmal bergegas tidur di dalam Bio di samping altar batu kecil.
Saat alarm berbunyi, Aqmal bergegas mandi di telaga, berganti pakaian dengan seragam sekolah nya, lalu kembali ke pondok di Dunia luar.
Sesampai nya di luar, Aqmal segera mengeluarkan motor nya, melaju ke rumah bang Mamat, meminta pada pria itu, untuk membuatkan nya sebuah pondok kecil, karena pondok nya hangus terbakar.
Pukul tujuh, Aqmal segera kesekolah, mengikuti ujian Semester.
Seperti biasa nya, Aqmal selalu keluar terlebih dahulu dari yang lain nya.
Namun hari ini Aqmal tidak bersantai di tempat biasa nya, melainkan ijin kepada penjaga gerbang, ingin keluar sebentar, ada urusan.
Aqmal segera ke toko "Mas Aseng" tempat koh Aseng berjualan perhiasan Emas.
Aqmal sudah berjanji lewat handphone pada koh Aseng untuk bertemu, sehingga saat Aqmal tiba di toko, pria itu menyambut nya dengan senyum.
Koh Aseng mengajak Aqmal masuk ke ruang dalam langsung.
"Bagai mana bos muda,aku jual bijih emas lagi?" tanya koh Aseng pelan.
Aqmal hanya menganggukkan kepala nya saja, menyerahkan empat butir bijih emas seperti yang dia jual dulu.
Koh Aseng segera memproses seperti dahulu satu persatu, setelah selesai, barulah di timbang.
"Empat ratus tiga puluh gram Mal, bayar lewat transfer aja ya?" tawar koh Aseng.
Sekali lagi Aqmal menganggukkan kepala nya, menyetujui saran dari koh Aseng itu.
Tidak berapa lama, transaksi lewat E Banking pun selesai. Aqmal memeriksa saldo simpanan nya menjadi delapan ratus juta rupiah.
"Terimakasih ya koh, eh satu lagi koh, Aqmal mohon bila ada yang tanya dari mana uang yang Aqmal gunakan buat membangun rumah, tolong bilang saja bantuan dari koh Aseng, tolong ya koh!" pinta Aqmal.
Koh Aseng tertawa mendengar ucapan dari Aqmal itu, "jangan khawatir Mal, koh Aseng gembira mendengar uang nya kau gunakan dengan baik, oke jangan khawatir" sahut koh Aseng setuju.
Setelah transaksi selesai, Aqmal segera pulang ke sekolah, takut kalau kalau terlambat ikut ujian semesteran.
Ternyata sesampai nya disekolah, waktu ujian pertama belum berakhir, hanya ada beberapa orang saja yang sudah terlebih dahulu keluar, namun Eman belum juga terlihat batang hidung nya.
Sementara menunggu Eman keluar, Aqmal pergi ke belakang sekolah, tempat dia biasa nya mangkal.
Rupanya bunga kecantikan SMA Citra Mahardika itu sudah ada disana, melamun sambil melemparkan batu kerikil ke tengah kolam.
Sedikit ragu ragu, Aqmal duduk diujung bangku taman yang terbuat dari besi itu.
Dara bunga kecantikan sekolah SMA Citra Mahardika itu tidak menoleh kearah nya, nampak dara itu marah.
"Dari mana?" terdengar suara nya dengan nada dingin.
"Keluar kak!" jawab Aqmal singkat seperti biasa nya.
"Ngapain aja? Pacaran?" tanya dara itu dingin. Seperti seorang CEO yang sedang memarahi OB nya.
Aqmal tidak ingin menjawab pertanyaan dari dara itu, hingga dara itu menoleh kearah nya, "sini!" panggil nya.
Aqmal diam tidak bergeming.
"Sini!" ucap dara itu lebih nyaring lagi.
Mendengar itu, buru buru Aqmal mendekat, takut kalau kalau dara itu berteriak, bisa berabe urusan nya dengan dewan guru yang tidak menyukai nya.
...****************...