Pawang Mafia Impoten

"Arc, kau mau kemana? Aku sedari tadi menunggu mu di sini."

"Aku tidak menyuruhmu menunggu ku, karena memang tidak ada yang ditunggu. Dan kemana aku akan pegi juga bukan lah urusanmu."

Brisia hanya diam menyaksikan Archie dan Wilma saling bicara. Karena itu tidak ada urusannya dengan dirinya, Brisia pun memilih untuk berjalan keluar lebih dulu. Dia enggan sekali mendengar orang yang sedang ribut-ribut.

"Aaah sial, dokter ku sudah pergi lebih dulu. Sebaiknya kau pulang, mungkin aku tidak akan pulang malam ini. Ada banyak hal yang akan ku lakukan dengan dokter ku untuk penyembuhan ku. Jadi pulang lah."

Mulut Wilma menganga lebar saat melihat Archie mengabaikannya. Bagiamana tidak, dia yakin bahwa Archie akan menemuinya dan memaafkan. Ia yakin bahwa sikap acuh Archie tadi hanya gertakan semata.

Tapi sekarang apa, pria itu benar-benar meninggalkannya. Pria yang selama ini selalu berlari kepadanya saat ia panggil, pria yang selalu ada untuknya setiap ia membutuhkannya meskipun tengah sangat sibuk, pria yang mau melakukan apapun untuknya, kini pergi begitu saja bahkan sama sekali tidak menoleh ke belakang barang sedikit pun.

Nyuuuut

Dada Wilma berdenyut ngilu. Baru kali ini dia diabaikan oleh Archie yang selama ini selalu menomorsatukan nya. Ia tidak pernah menyangka bahwa rasanya ternyata sesakit ini.

"Arc, apa yang terjadi pada mu? Kenapa kau begini terhadap ku?"

Tes

Tanpa Wilma sadari air matanya keluar begitu saja. Air mata yang sebelumnya sama sekali tidak pernah keluar karena seorang Archie Keith Wallace karena dia selalu diratukan.

Mungkin ini yang dimaksud dengan arti pepatah 'Mulutmu Harimau mu', sesuatu yang membahayakan dimulai dari diri sendiri. Ucapan yang tidak seharusnya diucapkan nyatanya membuat semua hal yang awalnya tidak apa-apa kini menjadi berantakan.

"Arch, hanya karena aku berkata bahwa aku tidak ingin menikah dengan mu, kamu langsung berubah begini. Kamu langsung menggagalkan pernikahan kita yang sudah di depan mata dan bahkan kamu sekarang tidak menganggap keberadaan ku. Lalu, apa artinya kebersamaan kita selama ini?"

Wilma tergugu, air matanya terus saja mengalir. Baru sekarang ini Wilma merasa kan sebuah kehilangan.

Sungguh di luar nalar dia bicara demikian. Padahal yang sakit di sini adalah Archie tapi seolah dia yang merasa sakit dan ditinggalkan.

Sudah jelas selama ini dirinya yang tidak pernah menganggap Archie. Dia juga yang acuh tak acuh dengan perasaan Archie.

"Nona Wilma, saya antarkan Anda pulang?"

"Tidak, aku akan tetap di sini. Aku ingin menunggunya sampai pulang dan mau memaafkan ku."

"Tapi Nona, Anda bukannya tahu kalau apa yang jadi keputusan Tuan tidak akan pernah bisa digoyahkan dengan apapun dan siapapun."

Degh!

Wilma menggelengkan kepalanya. Dia jelas tidak tahu itu. Dia sama sekali tidak tahu hal itu dan dia baru tahu bahwa tidak ada satu hal dalam diri Archie yang dia ketahui.

Bagaimana tidak begitu, selama ini hanya Archie yang sibuk mengerti Wilma sedangkan Wilma sendiri hanya mengerti dirinya sendiri tanpa dia mencoba ingin mengeri Archie.

Bahkan jika ditanya apa makanan kesukaan Archie, pasti Wilma akan menjawab tidak tahu.

"Jika Nona tidak ingin pulang, ya sudah tidak apa-apa. Silakan berada di sini. Saya permisi dulu."

Stuart melenggang pergi, dia memang tidak mengikuti Archie karena Archie yang meminta. Tugasnya adalah mengawasi wilma.

Archie tahu bahwa Wilma pasti tidak akan menyerah begitu saja. Maka dari itu Stuart lah yang diminta untuk tetap tinggal di mansion.

Di tempat lain, saat ini Brisia benar-benar sedang menikmati acara-acara jalannya di Royal Mile. Tempat yang merupakan jantung kota tua Edinburgh. Royal Mile merupakan tempat penting dalam sejarah kerajaan Skotlandia,  yakni Kastil Edinburg dan Istana Holyrood, dan memiliki panjang total sekitar satu mil.

Entah sejak kapan Brisia menggandeng tangan Archie, tapi yang jelas mereka berdua sungguh menikmati acara jalan-jalan mereka itu. Menonton pertunjukan jalanan, makan dan minum di sebuah restoran dan banyak hal lagi hal lainnya yang dilakukan.

Bagi Archie, dia pun baru kali merasa kan seperti ini. Meksipun tinggal di negara ini, namun dia sendiri sangat jarang mengunjungi jalan itu untuk sekedar berjalan-jalan.

Ya semua itu karena Wilma tidak suka.Wanita itu tidak suka karena katanya berisik dan tidak nyaman. Namun setelah datang sendiri, semuanya tidak terasa buruk. Malah menyenangkan.

"Arc, melihat ekspresimu, sepertinya kamu jarang ke sini ya?"

"Bukan jarang, aku sendiri lupa apakah aku pernah ke sini atau belum?"

Brisia membuka mulutnya lebar-lebar mendengar Archie bicara demikian. Jelas-jelas pria itu adalah orang asli sini, tapi agaknya Archie tidak familiar dengan lokasi sekitar.

"Kenapa?" tanya Brisia singkat.

"Wilma tidak menyukainya,"jawab Archie singkat.

Brisia langsung menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti. Bisa Brisia pahami bahwa hidup Archie memang hanya berputar sekitar Brisia.

"Apa yang membuatmu memaklumi semua yang wanita itu lakukan Arch. Bahkan, jika mungkin dia mengatakan mau menikah dengan mu, kau akan melakukannya kan? dan kau akan mengabaikan semua yang pernah dia lakukan dengan banyak pria itu?"

Archie mengangguk, dan Brisia sama sekali tidak habis pikir dengan pria itu. Bagiamana bisa Archie menerima wanita yang sudah melakukan perbuatan bejat seperti itu untuk jadi istrinya. Yang mana perbuatan itu mungkin tidak akan berhenti setelah mereka menikah.

"Aku memang bodoh. Setelah kedua orang tua ku meninggal, aku hanya memiliki Wilma dan kedua orangtuanya. Wilma selalu menemaniku. Dia satu-satunya yang bisa mengerti aku dan juga mau menemaniku saat aku sendiri. Walaupun aku tahu kalau dia merasa sedikit terpaksa. Aku juga tahu kalau dia sebenarnya enggan dan hanya mengikuti kehendak Brodie dan Lindsay. Tapi aku acuh tak acuh akan hal itu. Aku tidak peduli asalkan dia selalu ada di sisi ku."

Fyuuuh

Brisia menghela nafasnya panjang. Brisia tahu bahwa Archie sangat kesepian. Entah itu dulu ataupun sekarang.

Pria sekecil itu harus merasakan kehilangan yang luar biasa ditambah dia juga tidak memiliki siapapun. Dan Wilma adalah satu-satunya orang yang ada di sisinya meskipun tidak tulus.

Tap

Brisia menggenggam tangan Archie, dia lalu menepuk tangan pria itu dengan pelan.

"Arc, mencari orang untuk bersandar itu memang tidak salah. Hanya saja kamu juga harus tahu orang seperti apa dia. Carilah orang yang tulus bukan orang yang modus atau banyak maunya. Kamu juga harus take and give, bukannya kamu terus yang memberi."

Archie tersenyum, kata-kata itu baru saja ia dengar. Bukan hanya kata-kata dari Brisia yang sekarang ini saja, semua kata-kata yang diucapkan oleh bibir mungil wanita itu sungguh baru pertama kali Archie dengar.

"Terimakasih Bri, kamu memang benar. Aku memang harus take and give. Dan aku harus mencari sandaran yang tepat. Brisia, maukah kau menjadi sandaranku?"

He???

TBC