Jangan dibaca jika tidak tertarik dengan jalan ceritanya!
Mia seorang gadis yatim piatu. Ia tinggal bersama dengan neneknya. Pada suatu hari tetangganya yang bernama Ibu Ecin hendak pensiun dari pekerjaannya karena sudah tua. Ia meminta Mia untuk menggantikannya menjadi juru masak di rumah Adrian.
Adrian seorang pengusaha muda. Orang tuanya sudah lama meninggal. Ia harus berjuang sendiri meneruskan perusahaan milik orang tua. Untuk mengatasi rasa stresnya Adrian sering mengunjungi pub dengan minum minuman keras dan berkencan dengan beberapa wanita.
Kehidupan Andrian menjadi terganggu setelah Mia menjadi juru masak di rumahnya. Bagaimana dengan cerita selanjutnya? Baca sampai selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Melamar
Pagi-pagi sekali setelah selesai sholat subuh rumah Adrian terdengar ramai. Di dapur Ibu Ecin sedang mengajari Odah dan Asih bekerja. Ibu Ecin mengajari Odah cara menggunakan peralatan yang ada di dapur. Cara menyalakan kompor, cara menggunakan oven ,cara menggunakan microwave serta peralatan lainnya. Ibu Ecin juga mengajarkan Asih cara menggunakan mesin cuci dan menggunakan vacuum cleaner. Lina membantu Asih membersihkan rumah.
Ibu Titin hendak membantu di dapur untuk menyiapkan sarapan namun dilarang oleh Ibu Ecin. Biar Odah yang membuat sarapan untuk semua orang. Terpaksa Ibu Titin hanya duduk di ruang keluarga. Mia duduk menemani Ibu Titin sambil memasukkan makanan yang berada di kaleng blek ke dalam toples.
Adrian keluar dari kamarnya, ia baru selesai sholat subuh. Ia duduk bergabung bersama Mia dan Ibu Titin. Adrian mengambil opak dari dalam kaleng blek lalu ia memakan opak.
“Tuan Adrian mau minum apa? Emak buatkan, ya,” kata Ibu Titin.
“Tidak usah, Mak! Biar pembantu baru yang membuatkan minum untuk saya,” kata Adrian.
“Emak mau minum apa? Nanti dibuatkan sama pembantu,” kata Adrian.
“Emak mau minum susu coklat,” jawab Ibu Titin.
“Mia, kamu mau minum apa?” tanya Adrian kepada Mia.
“Susu coklat,” jawab Mia.
“Sebentar, saya pesankan dulu.” Adrian berjalan menuju ke dapur. Ia minta dibuatkan minuman untuk dirinya sendiri, Ibu Titin dan Mia. Setelah itu ia kembali ke ruang tengah.
Adrian mengambil pisang sale dari dalam toples. Ia memakan pisang sale.
“Tuan Adrian, Emak mau tanya. Seandainya Mia sudah pulih kembali apakah dia tetap bekerja di sini atau diberhentikan?” tanya Ibu Titin.
Adrian yang sedang makan pisang sale langsung berhenti makan.
“Ada yang hendak saya bicarakan dengan Emak,” kata Adrian.
“Tuan mau bicara apa?” tanya Ibu Titin.
Tiba-tiba Odah datang membawa secangir kopi dan dua gelas susu coklat panas. Minuman itu ditaruh di atas meja.
“Terima kasih Ceu Odah,” ucap Mia. Odah kembali lagi ke dapur.
Adrian meminum kopinya.
“Begini, Mak. Saya hendak bertanggung jawab atas kejadian yang terjadi pada Mia,” kata Adrian.
“Maksud Tuan Adrian apa? Kan bukan Tuan Adrian yang melakukannya, mengapa Tuan Adrian yang harus bertanggung jawab?” tanya Ibu Titin.
“Karena saya yang menyuruh orang itu untuk menjaga rumah saya. Dia adalah salah security di pabrik saya. Salah satu penjaga rumah sedang sakit, jadi digantikan oleh orang itu. Saya percaya saja sewaktu dia ditempakan di rumah ini. Tidak tahunya ia punya niat jahat terhadap Mia,” jawab Adrian.
“Tuan tidak usah merasa bersalah. Dengan memberikan pengobatan kepada Mia, Emak sudah alhamdullilah,” kata Ibu Titin.
“Saya tetap akan bertanggung jawab. Saya akan menikahi Mia,” kata Adrian.
Ibu Titin dan Mia kaget mendengarnya mereka saling berpandangan satu sama lain.
“Maksud Tuan apa?” tanya Mia. Mia tidak habis pikir kenapa tiba-tiba Adrian meminangnya.
“Saya akan menjadikanmu sebagai istri saya. Istri yang sah di mata hukum dan agama,” jawab Adrian.
“Saya tidak mau dikasihani. Tuan memberikan pengobatan kepada saya dan menjebloskan orang itu ke penjara, itu sudah cukup bagi saya,” kata Mia.
Ibu Titin hanya diam memperhatikan Mia dan Adrian.
“Saya ingin melindungimu dari bahaya dan ancaman apapun. Hanya satu cara untuk melindungimu yaitu dengan menikahimu,” ujar Adrian. Ia berusaha untuk meyakinkan Mia.
“Saya tahu kalau saya bukanlah laki-laki yang baik. Kamu sudah pernah melihat kelakuan buruk saya seperti apa. Saya akan meninggalkan itu semua demi kamu, Mia,” kata Adrian dengan memelas.
“Tuan bisa hijrah tanpa harus menikahi saya,” kata Mia.
“Kenapa sulit sekali meyakinkan kamu?” tanya Adrian.
“Karena saya bingung kenapa Tuan tiba-tiba mengajak saya menikah,” jawab Mia.
“Mak, ijinkan saya menikahi Mia,” kata Adrian kepada Ibu Titin.
“Emak bagaimana Mia saja. Karena dia yang akan menjalaninya,” jawab Ibu Titin.
“Emak sudah menyetujui, tinggal kamu yang susah untuk diyakinkan,” kata Adrian.
“Beri saya alasan kenapa Tuan mau menikah dengan saya,” kata Mia.
Adrian menghela nafas.
“Mia, sayang kamu. Saya ingin melindingimu. Jika kamu menjadi istri saya, saya bisa dengan leluasa menjaga kamu. Itu saja,” kata Adrian.
“Kalau Tuan bertemu dengan perempuan lain yang Tuan suka, Tuan akan mencampakkan saya,” ujar Mia.
“Nggaklah! Kamu istri saya, untuk apa saya cari perempuan lagi?” jawab Adrian.
Mia menoleh ke Ibu Titin minta pendapat Ibu Titin.
“Begini Tuan Adrian. Kasih Mia waktu untuk sholat istikharah. Karena menikah itu bukanlah suatu yang bisa dianggap main-main. Menikah adalah hal yang serius dan harus dipikirkan matang-matang,” kata Ibu Titin.
“Iya, Mak. Saya mengerti. Saya akan kasih Mia waktu untuk sholat istikharah,” jawab Adrian.
“Jangan cuma Mia saja yang sholat. Tuan juga harus sholat istikharah! Agar suatu hari nanti tidak menyesal dengan keputusan yang telah Tuan buat,” kata Ibu Titin.
“Iya, Mak,” jawab Adrian.
Ibu Ecin datang ia menata makan di meja makan. Ia dibantu oleh Asih dan Lina.
“Tuan, sarapan sudah siap,” kata Ibu Ecin setelah selesai menata makanan. Lalu ia kembali ke dapur.
“Ayo kita sarapan dulu,” ajak Adrian.
Mereka beranjak menuju ke meja makan. Mia berjalan menuju ke dapur. Ibu Ecin, Odah, Asih dan Lina sedang makan di dapur.
“Bu Ecin, ayo makan di sini!” panggil Mia.
“Ibu makan di sini saja sama yang lain,” jawab Ibu Ecin.
Mia kembali ke ruang makan. Ia duduk di sebelah Ibu Titin.
“Mana Ibu Ecin?” tanya Ibu Titin.
“Makan di belakang dengan yang lain,” jawab Mia.
Mia mengambil nasi lalu dituangkan di atas piring. Ia mengambil pepes ikan, boros kunci dan sambel oncom lalu ia makan dengan lahap.
Adrian memperhatikan Mia yang sedang makan boros kunci dengan sambel oncom. Adrian mengambil boros kunci, ia memperhatikan bentuk boros kunci.
“Ini apa?” tanya Adrian.
“Itu temu kunci. Cobain deh, rasanya enak. Makannya pakai sambel oncom,” jawab Ibu Titin.
Adrian menuangkan sambel oncom ke atas piring lalu ia memakan boros kunci dengan sambel oncom.
“Bagaimana? Enak, kan?” tanya Ibu Titin.
“Rasanya unik tapi enak,” jawab Adrian.
“Ini pepes Emak yang masak?” tanya Adrian.
“Iya,” jawab Ibu Titin.
“Rasanya enak,” ujar Adrian.
“Kamu bisa masak pepes, nggak?” Adrian bertanya kepada Mia.
“Bisa,” jawab Mia.
“Kapan-kapan kamu masak pepes, ya!” kata Adrian.
“Insyaallah,” jawab Mia.
Mereka melanjutkan makan.
“Assalamualaikum.” Tiba-tiba Daniel sudah berada di ruang makan. Ia masuk melalui dapur.
“Waalaikumsalam,” jawab Adrian, Ibu Titin dan Mia.
Mia kaget melihat kedatangan Daniel yang tiba-tiba. Ia tidak sempat ngumpet. Terpaksa ia makan sambil menunduk.
“Eh, ada Mia,” kata Daniel melihat Mia sedang makan.
“Ngapain lu pagi-pagi ke sini?” tanya Adrian.
terus esok harinya baru pembukaan 5 terus baru diperiksa katanya jalan lahirnya Sempit dan akhirnya Operasi Cesar...🤔🤔🤔🤔
durenya Di Skip... biar yang baca pikirannya tidak Traveling kemana -mana..🤔🤔🤔...😄😄😄