Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Benih 05
"Apa yang kau lakukan hah! Kau mau membuat seisi ruangan ini mati! Pergi dari lab ku sekarang juga!"
Teriakan itu tidak hanya sekali di dengar para mahasiswa yang sekarang ini belajar di kelas milik salah satu profesor pada mata kuliah yang mereka ambil.
Namun, tetap saja setiap sang profesor berteriak maka mereka akan terkejut bukan main. Meskipun sebenarnya memang kesalahan ada pada mereka dan teriakan profesor itu benar adanya.
Dalam membuat formula atau obat atau apapun yang saat ini mereka lakukan, bahan kimia tidak bisa seenaknya dicampur karena akan memunculkan reaksi yang beragam. Yang paling fatal adalah timbulnya ledakan.
"Gila, dia memang gila."
"Benar tapi dia juga sangat cerdas. Masuk ke kelasnya itu ibarat apa ya, berdiri disisi jurang. Kalau kita berhasil sampai dengan selamat, itu terasa seperti mencapai hal yang luar biasa dan kepuasannya tidak bisa digambarkan. Tapi resikonya adalah jatuh yang mana akan sangat menyakitkan."
"Haah benar, kau benar sekali. Mahasiswa di luar sana semua iri terhadap kita yang bisa mendapatkan kelasnya."
Dua mahasiswa saling bicara membicarakan tentang profesor yang mengajar di kelas mereka. Seperti yang dikatakan, meskipun menakutkan namun kemampuannya tidak diragukan.
Baru 3 tahun mengajar di universitas tersebut namun pamornya langsung meningkat pesat. Reputasi baik sekaligus buruk di dapat olehnya.
Profesor Aiden De Vries, profesor dengan kecerdasan di atas rata-rata tapi gila. Gila di sini adalah dia sama sekali tidak peduli dengan orang lain. Dia hanya mengajar sesuai dengan job deskripsinya, dan menolak setiap pertemuan yang diadakan universitas. Dia juga tidak pernah mau bicara selain menyampaikan materi.
Maka dari itu dia dijuluki profesor gila. Usianya sekarang sudah 39 tahun namun perawakan yang gagah dan juga tampan membuat banyak wanita menaruh perhatian padanya. Mereka bahkan berusaha untuk mendekati meskipun Aiden dikenal dengan orang yang gila.
Tap tap tap
Aiden keluar dari lab nya. Dia lalu menuju ke ruang rektor berada.
Tok tok tok
"Ya silakan masuk, Oh Profesor Aiden, ada yang bisa saya bantu."
"Ini semua pekerjaan saya, besok adalah hari dimana saya akan meninggalkan negara ini."
"Tapi, saya kira Anda akan memperpanjang kontrak Anda. Selama ini Anda tidak pernah bertanya akan hal tersebut, jadi saya pikir Anda masih terus bertahan disini."
Fyuuuh
Aiden membuang nafasnya kasar. Dia adalah tipe manusia paling malas berurusan dengan manusia lain seperti ini. Maka dari itu saat mendatangi kontrak kerja 3 tahun, Aiden hanya membubuhkan tanda tangannya saja. Dia menyepakati segala hal yang ada di dalam surat kontrak itu tanpa mau membuatnya menjadi rumit.
"Saya pun diam karena saya setuju dan melakukan tugas saya. Intinya masa kerja saya sudah berakhir, jadi saya akan meninggalkan tempat ini."
Tanpa menunggu jawaban dari sang rektor, Aiden melenggang pergi begitu saja.
Rektor universitas tersebut juga tidak bisa melakukan apapun. Dia mendapat banyak keluhan dari pengajar yang lain terkait sifat Aiden yang buruk. Buruk di sini adalah Aiden tidak mau berbicara, tidak mengikuti pertemuan, enggan untuk mengikuti kegiatan dan hal-hal sejenisnya.
Akan tetapi rektor universitas tidak banyak bisa menegur Aiden. Pernah sesekali rektor itu melakukannya, tapi Aiden hanya diam dan tak berkata apa-apa.
Satu kelebihan yang dia miliki hanyalah kecerdasan dan kemampuan yang luar biasa pada bidangnya tersebut.
"Haah, semua merepotkan. Kenapa tidak ada yang menyenangkan dalam hidup ku setelah kamu pergi Gry. Sial, lagi-lagi aku mengingat mu. Lagi-lagi hanya dirimu yang aku ingat setiap aku merasa sepi. Padahal seharusnya aku membenci mu. Padahal seharusnya aku menyingkirkan mu dari hati dan pikiranmu. Kamu sudah jahat pada ku, kamu meninggalkan ku di saat aku sangat sayang dan cinta sama kamu."
Dugh!
Aiden menghantukkan keningnya pada setir kemudi. Dia saat ini telah meninggalkan universitas dan hendak kembali menuju ke apartemen yang sudah 3 tahun di tempatinya.
Ckiiit
Aiden memarkirkan mobilnya di depan gedung apartemen, dia mengambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Ini akan jadi hari terakhirnya di negara tersebut sebelum kembali ke negara asalnya.
"Apakah waktunya pulang ke tanah kelahiran yang aku tinggalkan sejak usia ku 5 tahun? Ya itu juga karena aku mengikuti kedua orang tua ku sih. Haah, meski tanah kelahiran bukan kah rasanya akan sangat asing. Tapi kalau tidak ke sana lalu aku harus kemana? Aku juga tak punya tujuan lain sekarang."
Aiden bicara sendiri sepanjang menaiki tangga. Ya dia enggan menggunakan lift karena di dalam lift pasti akan bertemu dengan banyak orang. Aiden tidak suka akan hal tersebut.
"Hai Prof, ketemu juga di sini. Apa mau makan malam bersama?"
"Tidak terimakasih."
"Oh ayolah, katanya Anda ingin pindah dari sini bukan, anggaplah ini adalah pesta perpisahan."
Aiden memejamkan matanya sejenak, dia kemudian menyetujui ajakan dari tetangga nya itu.
Seroang wanita usia awal 30 tahunan. Dia tinggal bersama dengan temannya yang usianya juga tak jauh berbeda. Mereka berdua sering sekali menggoda Aiden tapi tak pernah ditanggapinya.
Akan tetapi kali ini Aiden mencoba berbaik hati. Bukan, bukan itu sebenarnya. Aiden hanya ingin tahu apa yang akan dilakukan dua orang itu terhadapnya.
"Nah sebelah sini Prof, kami sudah menyiapkan berbagai macam-macam makanan untuk datang. Aah dan satu, kami menyiapkan ini untuk Anda juga."
Salah satu dari mereka mengeluarkan sebuah anggur. Aiden hanya mengangguk dan mengucapakan satu patah kata saja, terimakasih.
Aiden mulai membuka mulutnya dan memasukkan satu persatu makanan yang sudah disajikan. Tak lupa dia juga menenggak satu gelas penuh anggur yang dituangkan.
Dua wanita itu saling melempar senyum satu sama lain, sedangkan Aiden dia menyeringai.
"Obat perangsang, haah ini tidak mempan bagiku asal kalian tahu,"ucap Aiden dalam hatinya.
Memang benar, obat perangsang yang dijual bebas itu baginya tidak memiliki pengaruh yang besar. Mentok hanya terasa gerah saja. Semua itu karena Aiden hanya bereaksi dengan obat yang ia buat sendiri.
Selama ini, Aiden juga masih berusaha mengobati hipogonadisme nya. Ia mengembangkan obat nya sendiri namun belum banyak membuahkan hasil. Buktinya adalah sekarang ini, Aiden merasa tidak bereaksi dengan apa yang diberikan oleh dua wanita itu.
"Makanan dan anggurnya enak, terimakasih."
Ya?
Dua wanita itu saling pandang dengan pandangan yang bingung. Seharusnya sekarang pria itu langsung menyerang mereka, tapi ternyata tidak. Aiden bahkan dengan tenang melenggang pergi meninggalkan tempat tersebut.
"Dia, dia ini sebenarnya apa?"
"Entahlah, apa dia impoten? Atau malah dia tidak menyukai wanita? tapi aku tidak melihat adanya orang bertandang ke apartemen nya?"
"aah entahlah, percuma kita menyiapkan semua ini. Jika akhirnya tidak ada hasil sama sekali."
Aiden terkekeh geli. Apa yang dikatakan oleh dua wanita itu masih bisa didengar olehnya ketika sudah berada di luar.
"Ya, kalian tidak akan mendapatkan apapun dengan obat semacam itu, karena aku tidak bereaksi sama sekali. Haah, asalkan kalian tahu, aku pun juga ingin bisa merasakan. Tapi aku tidak mau melakukannya dengan sembarang wanita."
TBC
eh kok ada Brisia disini, Brisia apa Gryas kak? hehe
Arlo masih cadek jadi makin gemesin