Zee dan Zia adalah saudara kembar tak identik yang bersekolah di tempat berbeda. Zia, sang adik, bersekolah di asrama milik keluarganya, namun identitasnya sebagai pemilik asrama dirahasiakan. Sementara Zee, si kakak, bersekolah di sekolah internasional yang juga dikelola keluarganya.
Suatu hari, Zee menerima kabar bahwa Zia meninggal dunia setelah jatuh dari rooftop. Kabar itu menghancurkan dunianya. Namun, kematian Zia menyimpan misteri yang perlahan terungkap...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wajah Datar, Luka Dalam
Setelah pikirannya sedikit tenang, Zee keluar dari bilik toilet dengan wajah datar. Sisa kantuk masih terpahat di matanya yang memerah karna lelah. Ia bahkan sempat menguap kecil, berusaha terlihat tenang agar geng Scarlet Nova tidak curiga.
Tiga siswi itu—Lili, Klara, dan Olivia—yang masih berdiri di depan cermin, tampak terkejut saat melihat Zee muncul dari dalam bilik toilet. Mereka saling pandang.
"Apa dia dengar pembicaraan kita?" bisik Klara nyaris tak terdengar. Tapi Zee tetap bisa menangkapnya—meski tak menunjukkan reaksi apa-apa selain tatapan kosong sekilas.
"Zee..." sapa Lili, berusaha tetap terdengar ramah meski jelas terlihat ada ketegangan di balik suaranya.
Zee hanya menoleh sebentar, lalu berjalan pelan ke wastafel, mencuci wajahnya dengan gerakan malas.
"Lo ketiduran di toilet, Zee?" tanya Lili, berusaha mencairkan suasana, meski nada suaranya terdengar sedikit ragu.
Zee mengeringkan wajah dengan tisu sebelum menatap mereka tanpa ekspresi.
"Iya..." jawabnya datar. "Ini udah jam istirahat?"
"Belum, masih beberapa menit lagi," sahut Lili.
"Thanks." Zee membalas singkat, lalu melangkah keluar.
Saat Zee hampir keluar, suara Lili kembali memanggilnya.
"Zee, kenalan dulu, dong, sama temen-temen gue."
Zee berbalik pelan.
"Hai, gue Klara."
"Gue Olivia," sambung Olivia dengan senyum manis.
Zee menatap mereka satu per satu, lalu berkata singkat, "Gue Zee."
"Salam kenal, Zee. Semoga kita bisa berteman, ya. Oh iya, kita semua dari kelas XII B," ujar Lili, masih mempertahankan senyum sopannya.
Zee hanya mengangguk lagi, lalu meninggalkan mereka.
Begitu ia benar-benar pergi, Klara menarik napas lega.
"Huh... bener kata lo, Liv. Auranya tuh beda banget. Kayak dingin tapi... ngintimidasi.
"Gue juga. Waktu pertama ketemu dia, langsung kerasa dinginnya," timpal Olivia.
"Udahlah, guys. Semua orang punya sifat masing-masing," ucap Lili. "Yuk ke kelas... atau langsung ke kantin aja? Sebentar lagi juga istirahat."
"Kantin aja, lah. Ujung-ujungnya juga ke sana," jawab Olivia sambil nyengir.
"Iya, gue juga lapar banget. Cacing gue udah protes nih," keluh Klara sambil mengusap perutnya.
"Ya udah, kita ke kantin aja."
•••
Zee melangkah pelan. Tatapannya kosong, ekspresi datarnya nyaris tak berubah sejak dari bilik tadi.Ucapan geng Scarlet Nova tadi masih berputar di kepalanya, seolah terukir dalam.
Benarkah... Zia seperti itu? Seperti yang mereka gambarkan.
Tapi suara Lili... terdengar terlalu yakin untuk sekedar gosip.
Siapa sepupunya? Apa dia juga salah satu dari orang yang selama ini Zee curigai.
Zee mengerutkan kening, tapi tak membiarkan pikirannya tenggelam terlalu dalam. Beberapa murid yang lewat buru-buru mengalihkan pandangan atau berpura-pura mengutak-atik ponsel.
Sesampainya di depan kelas, bel berbunyi—tanda waktu istirahat dimulai.
"Bagaimana kondisi kamu, Zee?" tanya Miss Sarah yang baru keluar dari kelas.
Zee hanya menatap Miss sarah sekilas, lalu menggeleng pelan.
Ia tak sedang berbohong. Memang, ia tidak sedang baik-baik saja.
Miss Sarah menepuk pundaknya dengan lembut."Kalau kamu merasa nggak enak badan, gak usah dipaksain, ya... Miss bisa izinkan kamu istirahat di asrama."
"Aku masih bisa tahan," jawab Zee dengan nada dingin.
Miss Sarah menghela napas.
"Baiklah. Miss hargai keputusan kamu. Tapi kalau nanti kamu merasa nggak sanggup, jangan paksa diri, ya. Kesehatan kamu lebih penting."
Zee hanya mengangguk sebagai balasan. Miss Sarah pun berlalu.
Zee masuk ke kelas, terlihat sedikit lebih tenang dari sebelumnya.
"Zee!" seru Viola sambil menghampiri dengan wajah cemas.
Zee menghentikan langkahnya dan menoleh datar. "Ada apa?"
"Kita ke kantin. Lo gak boleh nolak. Lo butuh energi, Zee," ucap Viola tegas.
Zee mengangguk pelan. Ia memang lapar—pagi tadi ia lupa sarapan.
Viola langsung tersenyum lega, lalu spontan menggandeng tangan Zee.
"Ciee... ada yang di kasih air mineral sam Rey. Nih!" goda Viola, tapi seperti biasa, respon dari Zee hanya diam tanpa reaksi.
•••
Sesampai di kantin, mereka mendepati tempat itu sudah penuh sesak. Murid-murid sibuk dengan makanan dan tawa obrolan mereka, menciptakan riuh tawa yang menggema ke segala arah.
"Gak ada bangku kosong sama sekali..." gumam Viola sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin yang padat.
"Zee..."