Apakah pengasuh hanya berlaku untuk bayi dan anak-anak?
Ariana, gadis berusia 22 tahun di janjikan upah cukup besar hanya untuk mengasuh putra dari seorang duda kaya raya.
Kenakalannya sudah tak bisa di tolerir, namun sang ayah yakin jika Ariana mampu mengubah sifat anak remajanya itu.
Akankah Ariana berhasil menaklukkan anak remaja itu? Atau justru timbul konflik yang rumit di antara mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa ini Triple date?
”Weh, kembaran outfit nih ceritanya?” Ledek Rio yang melihat Arkana dan Ariana berjalan menghampirinya. Sementara itu, Rio sedang duduk bersama seorang gadis cantik bertubuh agak berisi dan berkulit kuning langsat.
”Si Dimas mana sih, kok dia gak kelihatan?” Tanya Arkana yang tak melihat satu lagi sahabatnya. Tiba-tiba pemuda itu muncul sembari merangkul seorang gadis yang terlihat seumuran dengan mereka.
”Mana bos duitnya, nih si Sesil udah nagih terus katanya gue bohong,” ucap Dimas yang menagih janji pada Arkana. Dengan mudah Arkana memberikan dua lembar uang seratus ribu pada temannya.
”Nah, kalau kaya gini kan enak. Nih buat loe selembar,” Dimas pun memberikan uang pada Sesil yang tentunya langsung di sambar oleh gadis itu.
”Cari lokasi deh mau dimana? Gimana kalau kita ke rumah hantu?” Saran Sesil yang langsung di iyakan oleh yang lainnya. Ariana masih bingung dengan yang terjadi, sedangkan Arkana malah menggenggam tangannya dengan erat.
”Gue pegang tangan loe biar gak kesasar, jangan berpikiran yang lain. Gue juga gak suka sama cewek yang lebih tua,” Arkana segera klarifikasi, takut jika si pengasuh salah paham terhadapnya.
”Iya, syukur deh kalau kaya gitu.”
Ketiga pasangan itu pun masuk ke dalam rumah hantu, atmosfer di dalam ruangan cukup menyeramkan. Namun para cosplayer hantu belum cukup membuat takut mereka berenam.
Tiba-tiba Sesil menarik tubuh Dimas dan mencium bibirnya, tentu saja Ariana terkejut melihat kelakuan anak-anak sekolah ini. Arkana yang peka langsung menutup mata Ariana dengan telapak tangannya yang besar.
”Ngapain sih loe kaya gitu, ga ada malu apa?” Kesal Arkana yang tak menyangka pada perbuatan Sesil dan Dimas.
”Gue juga gak tahu, nih si Sesil tiba-tiba aja narik gue ke pelukannya. Main sosor aja kaya soang,” Dimas segera mengelap lip tint yang menempel di bibirnya akibat dari liarnya perbuatan Sesil.
”Ya kan loe bayar seratus, jadi gue kasih servis itu. Makanya gue ajak ke rumah hantu biar gak ada yang lihat kecuali kalian,” ucap Sesil tak tahu malu.
Arkana tak mau lagi mendengar mereka, segera dia memimpin untuk keluar dari wahana rumah hantu tersebut.
Mereka berenam pun keluar, Arkana meminta pada temannya untuk berpencar saja. Sementara itu Dimas dan Sesil pergi menaiki bianglala, sedangkan Rio dan Lintang memilih menaiki komidi putar.
”Loe mau naik apa?” Tanya Arkana yang kebingungan memilih wahana, Ariana pun ingin menaiki bianglala yang sama dengan Dimas dan Sesil.
”Yaudah,” dengan wajah sinisnya Arkana tetap menggandeng tangan Ariana dan mengajaknya masuk ke dalam bianglala yang cukup menyeramkan.
Saat bianglala itu mulai berputar, terasa sedikit getaran yang membuat Ariana menggenggam kuat tangan majikannya. Dia ternyata takut, namun setidaknya merasakan pertama kalinya naik ke wahana tersebut.
”Ini pertama kali buat loe?”
Ariana menganggukan kepalanya, rasanya begitu malu di umurnya sekarang baru pertama kali datang ke pasar malam.
”Ternyata loe penakut juga,” ledek Arkana sambil menatap sinis pengasuhnya. Ariana yang kesal pun melepaskan genggamannya, mencoba untuk berani dan tak di ledek oleh majikannya.
Dari seberang, terlihat Dimas dan Sesil yang melanjutkan aktivitas yang mereka lakukan di rumah hantu tadi. Ariana benar-benar tak menyangka harus menyaksikan pemandangan seperti ini.
...~~~...
”Mau naik apa lagi?” Tawar Arkana yang belum mau pulang, sudah beberapa wahana yang mereka naiki dan masuki. Ariana yang sebenarnya sudah lelah ingin sekali mengajaknya pulang, dia pun melihat jam di ponselnya yang menunjukan pukul sepuluh malam.
”Saya mau pulang, kita kan sudah naik banyak wahana,” pinta Ariana yang sudah lelah.
”Gak asyik loe, naik sekali lagi deh. Tuh kora-kora, belum coba juga kan?”
Ariana pun sedikit tertarik melihat wahana itu, lalu mengiyakan ajakan dari majikannya.
Sementara itu Arga merasa khawatir karena putra dan pengasuhnya belum pulang. Dia mencoba menghubungi Arkana, namun tak ada jawaban. Sama seperti Ariana juga yang tak memberi jawaban.
Sedangkan orang yang sedang dia khawatirkan, tengah menjerit karena merasakan tubuhnya terombang ambing oleh wahana yang berbentuk perahu itu. Kepalanya berputar, membuat Ariana ingin mengeluarkan isi perutnya. Gadis itu menggenggam erat lengan Arkana dan berusaha menutup mata agar kepalanya tak merasa berputar.
”Aku mau muntah. Hoek—”
Ariana mengeluarkan isi perutnya setelah turun dari wahana itu. Tubuhnya tremor dan kepalanya berputar hebat. Arkana pun tak ingin terkena masalah, segera dia menghubungi kedua temannya untuk pulang lebih awal.
Mereka berdua pun sampai di tempat parkir, segera Arkana memakaikan helm pada pengasuhnya. Ariana pun segera naik ke motor majikannya, dengan keadaan yang masih lemas.
Sepanjang jalan, Arkana terus mengkhawatirkan Ariana yang bertubuh lemas. Takut jika gadis itu terjatuh dari motor sportnya.
”Peluk dong biar gak jatuh,” titah Arkana yang segera di turuti gadis itu. Dengan segera Ariana memeluk majikannya dengan erat. Namun, ada hal yang membuat Arkana tak fokus karena pelukan dari pengasuhnya.
”Kenapa rasanya geli kaya gini,” gumamnya yang tengah merasakan sesuatu yang aneh di punggungnya.
Arkana mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, dia merasa takut gadis di belakangnya jatuh jika mengebut.
Sampai di rumah, Ariana segera turun dengan langkahnya yang gontai. Arkana mencoba untuk menggandengnya, namun gadis itu menolaknya. Arkana tak memaksa dan segera pergi ke kamarnya, sementara Ariana memilih untuk duduk sebentar di meja makan.
Arga yang baru keluar dari ruang kerja, melihat Ariana yang keadaan sedang tak karuan. Gadis itu terus menutupi wajahnya yang masih ingin mengeluarkan isi perutnya.
”Ariana, kamu baik-baik saja kan?”
Melihat wajah pelayannya pucat, tentu saja Arga begitu khawatir. Pria itu langsung membuatkan teh manis hangat untuk gadis itu.
”Saya ingat mamanya Arkana saat hamil selalu muntah-muntah, dan biasanya teh manis ini akan meringankan sedikit rasa mual.”
Ariana begitu canggung menerima perhatian sebesar ini dari sang majikan. Apalagi mendapat pelayanan seperti yang dia lakukan pada sang mantan istri, tentunya membuat gadis itu menganggap jika Arga tertarik padanya.
”Lain kali kalau Arkana mengajak ke tempat seperti itu harus kamu tolak, walaupun dia majikanmu. Kamu harus mementingkan keadaanmu,” ucap Arga sambil menatap Ariana. Gadis itu pun meminum teh manis buatan majikannya, rasanya hangat, manis, dan benar-benar efektif mengurangi rasa mualnya.
”Ini sangat enak dan nyaman, Terima kasih Tuan Arga. Tapi kedepannya anda tak perlu lagi melakukan hal ini pada pelayan seperti saya," ucap Ariana dengan wajah canggungnya.
”Saya tak bisa menjamin hal ini, karena bisa saja perhatian yang bisa saya berikan lebih dari ini!”