Berawal disalahpahami hendak mengakhiri hidup, kehidupan Greenindia Simon berubah layaknya Rollercoaster. Malam harinya ia masih menikmati embusan angin di sebuah tebing, menikmati hamparan bintang, siangnya dia tiba-tiba menjadi istri seorang pria asing yang baru dikenalnya.
"Daripada mengakhiri hidupmu, lebih baik kau menjadi istriku."
"Kau gila? Aku hanya sedang liburan, bukan sedang mencari suami."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kunay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Terakhir
Saat Green bangun pagi-pagi sekali, dia sudah tidak melihat keberadaan Rex di apartemennya. Semalam, saat dirinya pulang Rex belum kembali dan sekarang saat dirinya bangun pria itu sudah pergi. Tentu saja Green tidak peduli sama sekali.
Mengabaikan keberadaan Rex. Green menuju lemari pendingin di dapur dan mengambil air mineral dingin di dalamnya dan meneguknya. Ia sudah rapi dengan pakaian olah raganya.
Pagi ini, Green berniat berolah raga. Sudah lama sekali setelah terakhir kali dirinya berolah raga, keliling taman sudah cukup.
Keluar dari apartemennya, hari masih gelap, suasananya juga masih sedikit sepi. Bahkan Tomi belum membuka tokonya.
Begitu sampai di taman, ada beberapa orang yang juga sedang berlari. Green berlari sekitar satu jam sebelum akhirnya dia kembali.
Begitu sampai di lobi apartemen, awalnya Green berniat untuk membeli sarapan tetapi petugas keamanan terlebih dahulu memanggilnya.
“Nona Green dari lantai tiga, kan?”
Green berbalik dan melihat ke arah yang memanggilnya.
“Ya,” jawab Green dengan tersenyum ramah.
“Nona, semalam ada yang mencari Anda.”
“Siapa?”
“Saya tidak tahu, dia hanya mengatakan ada urusan dengan Anda. Karena saya tahu semalam Anda tidak ada di apartemen, saya hanya mengatakan kalau Anda tidak ada.”
Semalam, Green memang kembali ke apartemennya sekitar pukul sebelas malam setelah menyelesaikan pekerjaan paruh waktunya.
“Ciri-cirinya bagaimana, Pak?”
Petugas keamanan itu sedikit berpikir sebelum menjawab. “Dia tinggi sekitar 180cm, kulitnya aga kecokelatan, rambutnya hitam rapi kaya pengawal orang kaya gitu dan mengenakan pakaian serba hitam.”
Green memikirkan seseorang yang dia kenal, mencocokkan dengan ciri-ciri yang dikatakan oleh petugas keamanan tersebut. Sekeras apa pun dirinya berpikir, tidak ada satu pun orang yang cocok.
“Apakah dia tidak mengatakan apa pun lagi?”
“Awalnya, dia bersikeras ingin menunggu Anda, Nona, tapi sampai jam sepuluh malam Anda tidak kembali juga, dia akhirnya pergi setelah mendapatkan telepon.” Petugas keamanan itu mengambil sesuatu dari mejanya dan menyerahkannya pada Green. “Dia menyerahkan ini untuk disampaikan.”
Green menerimanya dan memperhatikan. Itu adalah sebuah undangan. Begitu membaca tulisan yang tercetak dengan tinta emas di bagian depannya ekspresi wajahnya berubah kelam.
Green mencengkeram kartu undangan tersebut. Semakin dia membacanya seperti ada sesuatu yang mencengkeram dadanya dengan sangat kuat.
Petugas keamanan yang masih berdiri di hadapannya pun ikut merasakan perubahan suasana hati gadis di hadapannya.
“Nona, apakah ada sesuatu?”
Petugas keamanan itu cukup akrab dengan Green karena dia sering mendapatkan makanan darinya saat jaga malam.
Green kembali tersadar dan menyembunyikan undangan tersebut di belakang tubuhnya. “Tidak ada apa-apa, Pak. Saya masuk dulu.”
Green yang awalnya berniat untuk membeli sarapan di toko milik Tomi mengurungkan niatnya dan bergegas kembali ke apartemen.
Hal pertama yang dilakukan Green begitu sampai di apartemennya adalah berjalan ke dapur dan membuang undangan itu ke dalam tong sampah tanpa membaca semua yang tertulis di dalamnya. Dia hanya berpikir bahwa undangan itu pasti dikirim oleh kakak keduanya.
...
Blackwood Panthouse View.
Sesungguhnya, semalam Rex tidak kembali ke apartemen Green. Selain dirinya masih kesal pada wanita itu, dia juga harus menyelesaikan rapat sampai jam dua malam. Jadi, dia memutuskan kembali ke panthouse miliknya yang berada di kawasan elit, di pusat kota.
Awalnya, dia enggan untuk mengajukan kerja sama dengan A.R.N Global Group, perusahaan milik keluarga Anderson tapi setelah perundingan panjang dengan para pemegang saham dan para petinggi, akhirnya semua diputuskan untuk melakukannya.
Selain hal itu, pagi ini Rex juga harus kembali ke mansion lama untuk bertemu dengan neneknya untuk melaporkan hasil rapat semalam dan mungkin—kelanjutan soal perjodohan antara dirinya dan juga nona muda Anderson.
Pukul tujuh pagi, Rex baru saja bangun saat melihat Antonio masuk ke dalam apartemennya membawa bungkusan untuk sarapannya.
“Selamat pagi, Tuan,” sapanya saat melihat majikannya baru saja keluar dari kamar. “Sarapan untuk Anda.”
Rex hanya membalas dengan anggukan, lalu duduk di meja makan dan meraih bungkusan yang dibawa asistennya.
“Apakah dia mencariku?” tanya Rex pada Antonio yang sedang mengisi gelas dengan air hangat.
Antonio tahu siapa yang dimaksud. “Tidak ada, Tuan.”
Apa yang diharapkan dari Nona Green? Dia saja terganggu dengan keberadaan Anda.
Akan tetapi, Antonio tidak mungkin mengatakan itu secara langsung pada tuannya kalau tidak mungkin dia akan dilepa dari sana.
Rex terdengar mendengkus tapi tidak mengatakan apa-apa lagi dan memakan sarapannya. Setelah itu dia kembali ke kamarnya untuk bersiap pergi ke rumah neneknya.
Mobil yang ditumpangi Rex memasuki gerbang tinggi berwarna hitam dengan inisial C besar di tengah-tengah gerbang untuk keluarga Carson
Begitu masuk ke dalam mansion, Rex langsung disambut oleh wanita paruh baya yang mengenakan seagam kepala pelayan.
“Selamat pagi, Tuan Muda. Nyonya sudah menunggu di ruang baca.”
Rex mengangguk sebagai jawaban, dia segera bergegas ke ruang baca neneknya dan melihat wanita tua itu sedang menikmati tehnya dan sebuah buku di tangan.
“Selamat pagi, Nek.” Rex menghampiri dan mengecup pipi sang nenek sebelum ia duduk di sampingnya.
“Dasar anak nakal! Apakah nenekmu ini harus memohon dulu padamu hanya untuk bertemu?”
Rex langsung mendapatkan pukulan di belakang kepalanya.
“Aduh, Nek, sakit.”
“Kau memang pantas mendapatkannya.” Nenek tua tersebut sangat kesal tapi sorot matanya tidak dapat berbohong dia sangat merindukan cucu satu-satunya ini.
“Iya, iya, aku mengerti,” katanya. “Aku sudah membahas mengenai kerja sama dengan keluarga Anderson dan aku setuju dan sedang menyiapkan proposal untuk mereka.”
“Baguslah.” Nenek Carson terlihat sedikit berpikir sebelum melanjutkan. “Menurutmu, apakah Nyonya Anderson mengadakan jamuan makan ini juga untuk memperkenalkan putri bungsunya? Dia juga berada di luar negeri.”
Rex terdiam, dia tahu ke mana arah pembicaraan neneknya akan berakhir.
“Entahlah, aku juga tidak tahu.”
“Terlalu mewah kalau hanya untuk memperkenalkan cucunya yang mungkin baru berusia sekitar 4 tahun dengan mengadakan jamuan besar. Nenek mendengar, mereka mengundang banyak orang untuk acara tersebut.”
“Bukannya sudah jelas, ya, mereka juga ingin membuka kesempatan kerja sama?”
“Entahlah, mereka itu memang terlihat mudah didekati tapi nyatanya bahkan tidak pernah ada yang tahu bagaimana keluarga Anderson.”
Rex tertawa mendengar ucapan sang nenek. “Kalau sudah tahu seperti itu, lalu kenapa nenek sangat ingin menjodohkanku dengan putri misterius mereka?”
Nenek Carson menghela napas pelan sebelum menyesap habis tehnya dan meletakkan cangkir tehnya lalu menghadap ke arah sang cucu yang duduk di sebelahnya.
“Rex, apakah kau tahu? Sebelum Tuan Anderson meninggal dia sempat menemui nenek untuk membicarakan sesuatu. Kau tahu apa yang dikatakan olehnya?”
Rex mengangkat sebelah alisnya. “Tentang perjodohan itu?”
Nenek Carson menggeleng pelan. “Tidak. Dia awalnya bertanya padaku. Apakah cucuku adalah pria yang baik? Tentu saja nenek mengatakan cucuku adalah orang yang baik karena aku membesarkannya dengan sangat baik.”
Ada kebanggaan yang tidak dapat disembunyikan saat mengatakan itu. Bagaimana pun, setelah kedua anaknya meninggalkan Rex, dia selalu berusaha menjaganya dengan baik, memastikan anak itu tidak kekurangan sedikit pun kasih sayang meski orang tuanya sudah tidak ada.
Rex yang mendengar ucapan neneknya juga setuju. Dia menggenggam tangan keriput sang nenek dengan penuh kasih.
“Setelah itu, Tuan Anderson berkata. ‘Aku memiliki segala kemewahan yang dibutuhkan putriku, kupikir itu sudah cukup membuatnya bahagia dan bisa hidup dengan penuh warna. Namun, kenyataannya dia selalu hidup di sudut paling gelap yang tidak bisa kubayangkan. Itu semua karena kesalahan kami sebagai orang tua’,” kenang nenek Carson kembali membayang saat dia sedang berbicara dengan Tuan Anderson.
“Setelahnya, dia bertanya pada nenek, ‘Cucumu hidup dengan limpahan kasih sayangmu. Apakah dia bisa memberikan sedikit warna hidupnya untuk putriku? Aku tidak bisa terus membiarkannya duduk di sudut yang gelap’.”
malam pertama Rex jadi merawat greenidia....
semangat trs Thor