Rania Kirana seorang penjual cilok berprinsip dari kontrakan sederhana, terpaksa menerima tawaran pernikahan kontrak dari Abimana Sanjaya seorang CEO S.T.G. Group yang dingin dan sangat logis.
Syarat Rania hanya satu jaminan perawatan ibunya yang sakit.
Abimana, yang ingin menghindari pernikahan yang diatur keluarganya dan ancaman bisnis, menjadikan Rania 'istri kontrak' dengan batasan ketat, terutama Pasal 7 yaitu tidak ada hubungan fisik atau emosional.
Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!!
FOLLOW ME :
IG : Lala_Syalala13
FB : Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PKCD BAB 24_Tidak Akan Pernah Lupa Diri
Rania menarik napas, ini adalah saatnya ia menggunakan kekuatan integritasnya.
"Bu Wati, suami saya adalah orang paling terhormat yang pernah saya temui. Kami menikah secara sah, ibu saya dirawat dengan baik oleh Abi. Abi menghargai saya karena saya jujur, saya tahu anda datang ke sini untuk menguji apakah saya akan membagi harta saya atau apakah saya bisa diancam," kata Rania suaranya tenang dan tajam.
"Saya hanya ingin mengingatkan Ibu Wati, saya adalah orang yang menolak uang Abi, saya menyumbangkan satu-satunya aset berharga saya untuk amal, saya tidak akan pernah menyerah pada ancaman atau godaan uang," lanjut Rania.
Abimana yang terkesan dengan ketenangan Rania menambahkan,
"Saya tahu anda berasal dari lingkungan yang sama dengan istri saya, saya sangat menghormati itu tapi jika anda mencoba menyebarkan gosip atau ancaman palsu, saya akan menuntut anda atas pencemaran nama baik istri saya. Kami sudah menikah sah, dan kami sangat bahagia. anda tidak punya bukti untuk membantah itu."
Bu Wati terdiam, ia melihat aura kekuasaan Abimana dan ia melihat tatapan tajam Rania.
Ia menyadari ia telah membuat kesalahan besar, dia tidak menemukan Rania yang lemah dia menemukan seorang Nyonya Sanjaya yang kuat.
"Maaf tuan, saya tidak bermaksud apa-apa. Saya hanya... merindukan Rania," ucap Bu Wati suaranya mengecil.
"Anda bisa kembali bu Wati dan sampaikan kepada semua tetangga bahwa saya, Rania Kirana Sanjaya aman dan bahagia. Sampaikan juga bahwa kejujuran adalah modal terbesar saya." kata Rania mengakhiri pertemuan itu.
Bu Wati diantar keluar oleh Rendra, dia pergi dengan tangan kosong, tetapi dengan cerita yang akan ia bawa kembali, cerita yang kini akan menjadi benteng pertahanan Rania.
Bu Wati tanpa sengaja menjadi saksi yang menguatkan sandiwara Abimana dan Rania.
Setelah Bu Wati pergi Abimana tersenyum lega.
"Luar biasa Rania kamu menggunakan kejujuran kamu sebagai senjata anti-gosip. Rencana yang sempurna." ucap Abimana dengan bangga.
Rania menghela napas kelelahan emosi.
"Aku hanya takut Abi, aku takut rahasia ini akan menghancurkan kita." ucap Rania penuh dengan kekhawatiran nya.
Abimana berjalan mendekat dan menyentuh pipi Rania, sentuhan itu tidak dingin, tetapi penuh rasa terima kasih.
"Rahasia hanya berbahaya jika yang memegang rahasia adalah musuh. Kita adalah sekutu, Rania dan aku semakin percaya pada kamu dan pada prinsip kamu," kata Abimana.
"Dan aku semakin tidak mengerti batasan kita," bisik Rania matanya menatap Abimana.
Abimana menarik tangannya, kembali ke jarak yang aman.
"Batasan itu ada, tapi kita sedang bekerja dan pekerjaan ini menuntut kita menjadi lebih dekat Rania, agar orang lain tidak melihat celah di antara kita." ujar Abimana dan di angguki oleh Rania.
Abimana tidak memberi tahu Rania, bahwa celah itu kini sudah tidak ia rasakan.
Ia merasa sangat nyaman dengan keberadaan Rania dan ia takut, ia takut sandiwara ini akan segera menjadi kenyataan, kenyataan yang tidak pernah ia rencanakan.
Bu Wati tiba kembali di kontrakan petak Karet Kuningan pada malam hari, wajahnya masih pucat, dipenuhi rasa malu dan kekalahan.
Ia langsung menjadi pusat perhatian para tetangga, termasuk Bu Juju dan Pak RT mengerumuninya.
Mereka semua menunggu cerita tentang Rania si penjual cilok yang kini menjadi Nyonya Sanjaya.
Bu Wati yang biasanya penuh semangat dalam bergosip kali ini tampak diam dan ketakutan entah karena apa.
"Bu Wati! Bagaimana? Kamu ketemu Rania? Dia beneran kaya? Suaminya CEO dingin itu?" desak Bu Juju tidak sabar.
Bu Wati menarik napas panjang dan berusaha mengumpulkan kembali wibawanya yang runtuh.
"Kaya? Jelas kaya! Itu bukan rumah tapi itu Istana Kaca di atas awan! Lantainya saja mengkilap seperti berlian! Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri, di Jakarta Pusat sana!" seru Bu Wati suaranya naik beralih dari ketakutan menjadi dramatis.
"Terus... terus? Rania ketemu kamu, bagaimana dia?" tanya Pak RT.
"Dia? Dia sudah berubah, tapi... tidak berubah," Bu Wati bingung.
"Dia berpakaian seperti Putri Raja, tapi matanya tetap mata Rania yang galak, saya lihat dia dan suaminya mesra sekali, pegangan tangan terus! Si tuan Abimana itu mencintai Rania setengah mati, dia sangat membela istrinya." ucapnya.
Bu Wati kemudian menceritakan bagaimana Abimana mengancamnya dengan tuntutan hukum jika ia menyebarkan gosip dan yang paling mengejutkan, ia menceritakan tentang sumbangan tanah Rania.
"Rania menyumbangkan tanah warisan bapaknya untuk bangun sekolah! Dia bilang itu bukan dari uang suaminya, tapi dari keringatnya sendiri! Siapa yang berani berbuat seperti itu kalau bukan karena cinta sejati dan tulus?" teriak Bu Wati.
"Saya awalnya mau mencari kejelekannya, tapi saya justru melihat betapa terhormatnya Rania! Dia sekarang sudah naik kasta, tidak bisa diganggu gugat!" lanjutnya.
Cerita Bu Wati meskipun dibumbui drama dan cemburu, justru menguatkan citra Rania.
Para tetangga yang sebelumnya skeptis kini mulai percaya bahwa pernikahan ini adalah cinta sejati dan bukan sekadar permainan uang.
Rania, si Bunga Padi, berhasil meyakinkan lingkungan lamanya bahwa ia tetap berintegritas.
Bang Jaelani yang duduk di warung kopinya, mendengar semua gosip itu dari jauh.
Ia tersenyum kecil, ia tahu Rania tidak akan pernah menjual dirinya, ia bangga karena Rania berhasil mempertahankan prinsipnya bahkan di sarang kekayaan.
"Saya sudah bilang Rania itu anak jujur, dia tidak akan pernah lupa diri." ujar Bang Jaelani kepada pelanggannya.
Di penthouse Abimana tengah mempersiapkan perayaan ulang tahunnya yang ke-35.
Acara ini akan menjadi penutup dari rangkaian gimmick yang mereka buat dan harus menjadi yang paling mengesankan.
Ny. Widiastuti meminta Rania untuk turun tangan dalam merencanakan pesta itu, sebuah tanda penerimaan yang besar.
"Rania aku minta kamu yang mengurus daftar tamu dan menu makanan untuk pesta ku," ujar Abimana.
"Mama ingin melihat selera mu." lanjutnya.
Rania yang kini sudah terbiasa dengan etiket, mengerutkan dahi saat melihat daftar menu fine dining yang disiapkan katering elit.
"Abi ini terlalu formal, ini pesta ulang tahun bukan jamuan bisnis, kenapa kita tidak memasukkan unsur yang lebih personal? Sesuatu yang membumi?" saran Rania.
Abimana menatapnya, penasaran. "Seperti apa?" tanya Abimana.
"Aku ingin ada makanan tradisional yang disajikan dengan cara elegan, mungkin... Cilok mewah Abi. Cilok yang disajikan dengan saus keju gourmet atau saus kacang truffle. Itu akan menunjukkan bahwa kamu menghargai asal-usul istri mu dan itu adalah pernyataan yang kuat," usul Rania.
Abimana terdiam ide itu absurd, tetapi sangat menarik, itu adalah sentuhan Rania yang menggabungkan kesederhanaan dengan kemewahan.
"Lakukan Rania, aku ingin 'Cilok Abimana' menjadi signature dish di pesta ku," putus Abimana tersenyum kecil.
.
.
Cerita Belum Selesai.....
dia guru terbaik dalam kehidupan.
ayak ayak wae...
di tunggu updatenya