Bagaimana rasanya tinggal seatap dengan mantan istri, tapi dengan status yang berbeda?
Sisa trauma pengkhianatan sang Istri membawa Bara bertemu Rea, gadis yang menurutnya sangat manis dalam hal apapun. Namun, Bara harus kembali menelan kekesalan saat mamanya bersikeras kembali menjodohkannya?
SEASON 2
Pengkhianatan Galen di malam sebelum pernikahan membuat Alesya Damara Alnav trauma. Video 19 detik membuat geger dan menghantam habis cintanya, hingga seorang duda menawarkan diri menjadi pengantin pengganti Galen untuk Alesya.
Akankah pernikahan mereka bahagia? Bagaimana cara Abberico Reivander mengobati luka hati seorang Alesya? sedang sifat sama-sama dingin membuat keduanya tersekat jarak meski raga berdampingan.
Happy Reading💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Deg!
Rea mengepalkan tangannya untuk maju menerobos kerumunan. Benar saja, foto-fotonya sudah menempel di mading kampus hingga membuat dirinya menjadi bahan bullyan. Emosi seketika meluap, lalu dengan cepat ia merampas foto-fotonya dan pergi dari tempat itu.
"Hahaaha, gak punya muka kan dia?" celetuk wanita yang sempat menyindir Rea tadi. Dia adalah salah satu dari sekian wanita yang pernah dekat dengan Danis.
Rea meremas foto-foto itu dengan kesal. Langkahnya semakin cepat untuk mencari dimana Danis berada.
"Dans!" teriak Rea membuat Danis yang sedang nongkrong di koridor bersama teman-temannya seketika menoleh.
***
Andaikan kau tau rasa sayangku, melebihi rasa sakit hati ini~
Danis_
"Rea?" gumam Danis terkejut saat melihat Rea menghampirinya dengan wajah emosi. Namun, Danis berusaha meyakinkan diri bahwa inilah saat yang tepat untuknya meminta maaf perihal ucapannya kemarin.
"Re, aku minta..." Danis belum sempat melanjutkan kata-katanya dan Rea sudah melemparinya dengan brutal.
"Nggak cukup kamu hina aku kemarin? Aku punya salah apa Dans sama kamu? Sekarang kamu bikin satu kampus heboh karena fotoku dan Mas Bara?" cerca Rea dengan emosi.
"Apa maksudnya Re?" tanya Danis, ia memungut kumpulan kertas yang ternyata adalah foto kemudian melihatnya.
"Re, ini bukan aku."
"Bukan kamu? terus siapa? paparazi?" kesal Rea.
"Oke aku minta maaf karena kemarin ngomong gak enak soal kamu, nyakitin kamu. Tapi ini serius bukan aku. Aku juga minta maaf pernah kurang ajar sama kamu, tapi Re..."
"Nggak usah mengelak, hubungan kita itu udah berakhir. Aku mau sama siapapun itu urusanku, kamu sama sekali nggak ada hak apapun. Jadi, tolong kamu jangan bertindak kekanakan."
Plak!
Danis reflek menampar Rea karena ia merasa tak melakukan apapun perihal berita yang ada di kampus. Ia bahkan tak tahu apa-apa andai Rea tidak datang dan mencercanya.
"Dans kamu..." Rea tersentak memegangi pipinya yang memanas akibat tamparan Danis, ia terkejut saat Danis dengan berapi menamparnya.
"Ah, sorry. Re aku nggak bermaksud nampar kamu." Danis menyesal, mengepalkan tangan dan mengibaskannya ke sembarang arah karena gemetar. Kini, imagenya di mata Rea semakin hancur.
Danis ambruk, dia bersujud di hadapan Rea.
"Aku minta maaf Re, ampuni kesalahanku. Aku tahu aku salah, tapi itu bukan ulahku." aku Danis dengan wajah menunduk.
"Kamu breng sek, Dans!" maki Rea.
Suasana menjadi riuh terlebih Danis masih bersujud ambruk di hadapan Rea.
Amy dan Amel dengan langkah tergesa datang dan sama terkejutnya melihat Danis.
"Re, itu kenapa bisa..." Amy menggantung ucapannya.
Rea memalingkan wajah berusaha untuk menahan bulir bening yang ingin jatuh ke pipinya. Entah, kesialan apa hingga ia harus terus menerus dipermainkan oleh laki-laki di hadapannya saat ini.
"Aku kasih kesempatan kamu buat jujur yang terakhir kali. Dans, apa kamu yang menyebar foto-fotoku dan membuat rumor itu?" tanya Rea dengan nada ketegasan meski terdengar sesak di setiap kalimatnya.
"Re..." Amel mengusap-usap bahu Rea berharap sahabatnya itu lebih baik.
"Aku jujur, bukan aku! Apa aku sepecundang itu di matamu? Aku memang marah, aku memang breng sek. Tapi, aku sama sekali tak berniat merusak nama baikmu. Bukankah, jika aku yang melakukannya justru akan membuat kamu semakin membenciku? Rea, aku minta maaf untuk semua hal yang sudah berlalu."
"Bukan kamu..." Lirih Rea dan Danis mengangguk.
"Aku minta maaf," ucap Danis seraya memegang jemari Rea dengan wajah menunduk.
"Bangun, kamu bisa bicara dengan berdiri." Emosi Rea mereda. Danis bangun dan berdiri tepat di hadapan gadis itu lalu reflek tangannya mengusap bulir bening yang tanpa sengaja menetes di pipi mulus Rea.
"Aku akan menghukum siapapun yang melakukannya padamu." janji Danis.
Rea hanya mengangguk pasrah dan mencoba melepaskan genggaman tangan Danis.
"Ayo Re?" ajak Amy dan Amel menggandeng Rea.
Setelah Rea pergi, Danis menatap ke arah teman-temannya.
"Kalian cari tahu siapa yang menyebarkan foto-foto Rea." titah Danis.
"Oke, Dans!"
"Tidak ada yang boleh menyakiti Rea selain diriku. Kalian para sampah, selalu merepotkan dan menghalangi rencanaku!" batin Danis seraya mengepalkan tangannya.
**
Selesai kelas, Rea memutuskan langsung pulang. Namun, Amel dan Amy berencana pergi ke toko buku sementara Rea sedang tidak mood untuk ikut.
"Hati-hati di jalan, Re." Amy dan Amel melambaikan tangan.
Rea tersenyum, kemudian membalas kedua sahabatnya dengan hal yang sama.
"Mau pulang bareng?" tawar Danis menyamai langkah Rea dengan motornya.
"Nggak, kamu duluan aja." tolak Rea, ia masih merasa ngeri kalau-kalau Danis melakukan hal me sum lagi padanya. Kejadian malam itu membawa dampak sendiri bagi Rea ketika berdekatan dengan Danis.
"Ya sudah. Aku nggak akan maksa, hati-hati di jalan, Re."
"Ya, Dans!"
***
Rea hendak memesan taksi online, tapi sebuah klakson mobil membuyarkan lamunannya.
"Hei, ladies! Masuk." teriak Kanaya yang membuka jendela mobilnya.
"Kay?"
Kanaya hanya tersenyum, "masuk, aku kangen banget sama kamu Re! nanti aku ceritain kisah-kisah novel."
"Kau ini, selalu menyindirku!" desis Rea dengan cemberut akan tetapi dengan tangan meraih handle pintu mobil kemudian masuk.
"Re, kemana kau selama ini? Apa kamu nggak tahu kalau Mas Revan nyariin kamu?" tanya Kanaya.
"Tau, udah ketemu kok."
"Hm, bagus deh. Aku kira kamu digondol wewe, atau digondol Danis." cibir Kanaya.
"Apaan sih, aku udah nggak sama Danis kali, Kay."
"Syukurlah, berarti aku masih ada kesempatan haha." canda Kanaya.
"Eh, ke rumah aku yuk? kamu belum pernah main ke rumahku kan?"
"Aku nggak enak ih, aku sama kamu kan..." Rea menggantung ucapannya.
"Kan apa? mau bilang beda? lah, kita juga sama cewek, sama bisa kuliah, otak juga pinteran kamu, tapi kamu selalu bilang kita ini beda. Re, aku nggak pernah nyari temen memandang materi atau fisik, selagi aku klik sama kamu yaudah sih, kenapa kamu ribet." celoteh Kanaya membuat Rea seketika diam.
"Iya iya sih. Yaudah deh," ujar Rea.
"Nah gitu dong, kita kan temen. Lagian, di rumahku nggak ada siapa-siapa kok, Mama sama Papa sibuk di LN." aku Kanaya.
"Kamu sendirian?" tanya Rea.
"Tentu saja tidak! Ada pak satpam, bibi, sama tukang kebun. Ada saudara mamaku juga, tapi rumahnya sebelahan." jelas Kanaya.
"Kay, perasaanku nggak enak nih." gumam Rea.
"Yey, bilang aja kamu laper, bunyi perut kamu nggak bisa bohong!"
"Hahaha, peka aja kamu."
Begitulah Rea, hidupnya dikelilingi keberuntungan dan kesialan di waktu yang sama.
Mobil Kanaya memasuki gerbang rumah mewahnya.
"Jangan sungkan, kita masuk dan anggap aja rumah sendiri." Kanaya mengulas senyum. Namun, tidak dengan Rea yang merasa sangat canggung meski Kanaya adalah teman baiknya.
"Okke." singkat Rea.
"Aku tuh sebenarnya udah lama pengen ngajak kamu kesini, tapi kamu selalu nolak. Mana tiba-tiba kemarin kamu ngilang, kemana? Kamu harus cerita sama aku, enak aja cuma Amy sama Amel yang kamu ceritain." omel Kanaya.
"Hahaha, udah kayak pacar posesif kamu tuh, Kay! Aku nggak kemana-mana, emang pengen cuti aja."
Oh, ya. Sebelum makan, aku punya sesuatu buat kamu Re." Kanaya membuka lemari besarnya, lalu mengambil dua paperbag.
"Buat my sweet bestie," ucap Kanaya menyodorkan dua paperbag yang membuat mata Rea membulat sempurna.
"Kay, ini mahal lho. Ya ampun," ucap Rea menutup bibirnya dengan telapak tangan saking terkejutnya.
Kanaya memberinya dua dress cantik yang harganya mungkin setara dengan ponsel barunya.
"Itu nggak seberapa dibanding apa yang sudah kamu lakuin." Kanaya tersenyum penuh arti.
Pke alesan krn di sayang ibunya bara, trs pa korelasinya? Dasar laki2 lemah yah gini..
Yah lampiasin lah ke binik kamu atau selingkuh an nya kok mlh ke orang lain..