NovelToon NovelToon
My Future Husband

My Future Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda / Tamat
Popularitas:9.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Gulla

Arkan Bagaskara seorang duda yang dijodohkan dengan seorang mahasiswanya yang hobi membuat masalah dikelasnya. Arkan merasa diumurnya yang cukup matang menjalin hubungan dengan Febriana Indriana adalah hal yang sulit, dia ingin hubungan yang serius bukan seperti anak remaja yang baru jatuh cinta. Apalagi sifat kekanak-kanakan dan memberontak yang Febri miliki membuat kepalanya sakit. Tapi mau bagaimana lagi keluarganya memiliki hutang budi dengan keluarga Febri dan mau tak mau Arkan harus menikahi Febri. Namun apakah semua berjalan Lancar disaat Febri jatuh Cinta dengan pria yang lebih muda darinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14

Arkan menyipitkan matanya melihat Febri menangis di depan mobilnya. Ia melangkahkan kakinya menghampiri gadis itu. Ini kali pertama bagi Arkan melihat gadis cerewet itu menangis. Biasanya gadis itu selalu membuat kehebohan hingga kepalanya sakit.

"Kamu kenapa?" tanya Arkan.

Febri menghentikan tangisnya mendapati Arkan di hadapannya. Tanpa pikir panjang ia memeluk pria itu. Kemudian melanjutkan tangisnya yang tertunda. Arkan langsung mengernyit bingung melihat tingkah aneh Febri. Kepalanya melihat ke sekeliling, mereka masih berada di dalam area Kampus. Ia tidak ingin jika ada yang berpikiran macam-macam tentang mereka. Sebelum ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Arkan membawa gadis itu masuk ke dalam mobil untunglah gadis itu menurut dan tidak menolak.

Arkan menyalakan mesin mobil, diliriknya Febri dari sudut matanya. Gadis itu masih menangis entahlah apa penyebabnya. Pasti ada suatu hal buruk yang menimpa gadis itu.

Mobil Arkan membelah jalan raya selama perjalanan tidak ada satupun suara yang keluar kecuali suara isak tangis Febri. Ia bingung, bagaimana cara menghentikan seorang wanita yang sedang menangis? Arkan mendesah pantas saja istrinya dulu meninggalkannya, ia terlalu kaku menjadi seorang laki-laki.

Bahkan ia tidak tahu, bagaimana bersikap manis dengan seorang wanita? Arkan menggelengkan kepalanya, berada di dekat Febri membuatnya ingin melakukan hal yang tidak pernah ia lakukan dengan perempuan manapun. Kehadirannya membawa warna di hidupnya yang hitam putih. Mobilnya berhenti ketika sampai di sebuah pantai, bunyi deburan ombak terdengar jelas di telinganya.

"Ayo turun," ajak Arkan.

Febri menurut, langkah kakinya mengikuti Arkan yang membawanya menyusuri bibir pantai.

"Jadi ceritakan kenapa kamu menangis?" Arkan membalikkan badan, tangannya memegang bahu Febri. Gadis itu mengigit bibir gugup, ia ragu untuk menceritakannya, tapi berada di dekat pria itu dirinya merasa terlindungi.

"Febri di jodohkan pak hiks, hiks, hiks......"

"Febrikan belum mau menikah, apalagi yang dijodohkan dengan Febri seorang duda, dia pasti udah tua, berperut buncit, punya kumis hiks hiks.....Febri ngak mau menikah dengan dia..." Febri mencurahkan isi hatinya sambil menangis bahkan tak tahu malu mengelap airmatanya di kemeja Arkan. Untung saja Arkan tidak bisa melihat karena tubuhnya yang kecil.

Arkan menarik sudut bibirnya mendengar itu, ia menduga Febri belum tahu jika pria yang dijodohkan adalah dirinya. Ia hanya sedikit tersinggung ketika Febri meledek orang yang dijodohkannya, itu sama saja seperti menghinanya. Arkan menarik napas, sepertinya ia harus menyediakan pasokan oksigen yang banyak untuk berhadapan dengan gadis ini.

"Trus apa masalahnya?" Tanya Arkan datar. Matanya mengamati wajah sendu Febri yang makin sedih mendengar responnya, bola mata itu mengeluarkan airmata dan dilanjutkan dengan tangisan yang lebih mirip jeritan yang memekakan telingan Arkan, astaga dia salah memilih lawan.

"HIKS...HIKS.... PAK ARKAN JAHAT, FEBRI BENCI....."

"Tenang Febri, saya minta maaf, kamu mau apa sekarang pasti akan saya turuti?" tiba-tiba tangis Febri terhenti, ia menatap Arkan penuh harap. Mulut terkutuk, Arkan mengumpat melihat wajah berbinar Febri yang merencanakan sesuatu.

"Kenapa ngak bapak saja yang dijodohkan dengan Febri? walaupun bapak udah tua dan duda, tapi Febri mau sama bapak." Arkan mendesis mendengar ucapan polos Febri astaga gadis ini apa tidak bisa menjaga mulutnya Arkan membayangkan hidupnya jika harus hidup bersama Febri selama-lamanya, bayangan kartun Squidward yang merasa tersiksa harus bersama spongbob selama-lama-lamnya melintas dipikirannya.

"Shit!!" Arkan mengumpat membayangan itu.

"Pak Arkan," tegur Febri ketika ia mendengar umpatan Arkan, Arkan menatap Febri tidak suka.

"Pak Febri minta tolong!"

"Setelah menghina saya kamu masih berani minta tolong."

"Ih bapak nyebelin," Sekarang Arkan tahu kenapa wanita selalu benar dan laki-laki selalu salah.

"Hem, kamu mau minta tolong apa?"

"Febri cuma mau minta tolong, tolong bawa Febri pergi pak. Selamatkan Febri, Febri ingin Lari dari kehidupan yang berat ini." Arkan termenung, gadis ini benar-benar bodoh, mau dia bawa kabur sama aja ujung-ujungnya Febri akan ia nikahi. Arkan menatap matahari yang sebentar lagi terbenam, merasa tidak direspon Febri ikut menatap Matahari terbenam itu.

Entah kenapa hatinya merasa tenang, apalagi hembusan angin yang menerpa wajahnya. Ia merasa sangat nyaman, ia kembali menatap Arkan, dilihatnya wajah tampan itu. Pipinya terasa panas, ia menyukai kebersamaan mereka.

Arkan menatap tangan Febri ragu, ia ingin menggenggam tangan itu. Ia juga tahu Febri dari tadi melirik dirinya. Tapi melihat hari yang sudah mulai gelap dan matahari yang hampir tenggelam membuatnya ingin melakukan sesuatu. Digenggamnya tangan Febri tiba-tiba, jantungnya berdebar hanya melakukan itu, begitupun Febri ia merasa sengatan listrik ketika tangan Arkan menggenggamnya.

Kemudian Febri merasa tubuhnya di tarik ternyata pria itu membawanya berlari di sudut pinggir pantai menyusuri pantai ini. Wajah Arkan yang biasanya tidak pernah tersenyum, sekarang pria itu tersenyum begitu lebar kepadanya Febri ikut tersenyum melihat itu. Mereka terus berlari hingga lelah. Lalu Febri merasa tubuhnya di peluk erat di bawah langit gemintang.

"Karena kamu meminta saya membawamu untuk lari, maka saya membawamu pergi Febri, dan jangan sekali-kali kamu pergi dari genggaman saya. Karena saya tidak akan mengijinkannya sekalipun," Jantung Febri berdebar mendengar itu.

Febri membuka matanya dari tidurnya. Ia langsung menengok langit-langit kamarnya, matanya mencari jam dinding di kamarnya masih jam 2 pagi. Febri menghela napas masih terlalu pagi untuk bangun. Mimpinya begitu aneh, nafasnya tersenggal. Kenapa ia bisa bermimpi meminta Arkan untuk menikahinya?

Febri menggeleng keras, itu tidak boleh terjadi. Ia sangat membenci pria tua itu. Semoga saja itu hanya mimpi, ia tidak bisa membayangkan jika ia benar-benar menikah dengan Arkan.

Febri mendesah, mungkin karena akhir-akhir ini ia sering bersama Arkan. Sampai-sampai ia harus memimpikan pria itu. Kenapa tidak mimpi Kak Dikau saja? kenapa harus Arkan? Besok ia harus bertemu Arkan dan membuat perhitungan. Ia harus melakukan cara apapun agar ponselnya kembali. Febri bertekad dengan sepenuh hati, ia tidak boleh membiarkan hidupnya terus-terusan di atur Arkan yang nyatanya bukan siapa-siapa di dalam hidupnya.

Febri menutup matanya dan kembali tidur sebelum melewati hari yang panjang besok.

****

Arkan menutup Al-qur'annya, setelah membacanya ia tiduran di kasur. Bangun pagi dan sholat tahajud adalah kebiasaannya sejak kecil yang sampai hari ini yang sulit dihilangkan. Pikirannya sedang kalut saat ini. Arkan merasa sikapnya kemarin seperti anak kecil, kenapa sejak bersama Febri dia menjadi susah untuk mengendalikan dirinya? Arkan menghela napas, tidak ada cara lain untuk mengakhiri semua ini.

"Haruskah menggunakan cara itu?" guman Arkan.

Matanya menatap langit-langit, entah kenapa egonya memaksanya untuk memiliki Febri secepatnya. Ia tidak suka melihat orang lain mendekati Febri bahkan mendapat perhatian lebih dari Febri. Terlebih akhir-akhir ini Dikau semakin gencar mendekati Febri. Arkan tidak buta akan hal itu, ia bisa melihat seberapa besar Dikau menaruh hati Febri dan sialnya Febri seakan member harapan pada Dikau. Arkan menghela napas kasar. Sepertinya tidak ada cara lain. Sebelum semuanya terlambat, mungkin cara ini adalah cara yang tepat untuk membuat dirinya bisa memiliki Febri sepenuhnya.

"Aku harus melakukan itu, sepertinya." Arkan menghembuskannapas panjang

1
Indrayani setiadi
kapan nikahnya Al sama celse
Nana Niez
ini cerita yg beda kah? kok saya g paham ya tb2 ada nama tokoh utama berganti
mbak i
Rangga,,,kasihan deh loe,,sukurin
Telik sandi Megantara
ini mencela ata menyela kakak?
mohon maaf kak author cantik
wgulla_: iya typo hehe
total 1 replies
mbak i
ya ampun alwan🤣🤣malah gelut
Telik sandi Megantara
rasanya aku pernah baca novel ini, tapi lupaaa. diulang lagi biar gak penasara
Telik sandi Megantara: sama²
total 2 replies
gulla daisy
Bagus sekali
Damiri
bagussss
Damiri
semangat
Komang Diani
Luar biasa
Nana Niez
lhaaa cm segitu aja?????? astaghfirullah,,
Nana Niez
karakter febri dri muda smp tua g ada akhlak
Nana Niez
hehehehe, g suka karakter febri,, semena mena bangett
Nana Niez
kok mKin kesini makin kacau karakter febri nya
Nana Niez
Luar biasa
Nana Niez
Lumayan
Lenny Tumbol
Luar biasa
Trisna
dosen frek
Trisna
ehem...
batuk nih dudanya meresahkan
George Lovink
Setiap baca noveltoon yang saya dpati selalu perjodohon...apa semua pilihan editor cuihh...cerita modelan jaman Siti Nurbaya...jaman Moderen cerita kadaluarsa wkwkwkkkk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!