DILARANG KERAS PLAGIARISME!
Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 - SELAMAT DATANG
Aruni pun membuka pelan pintu rumah itu.
Namun... Satu langkah kaki Aruni masuk... Secara samar terdengar di telinga Aruni... Ada suara menyapanya dengan lembut dari dalam...
"AKHIRNYA KAU PULANG... CUCUKU..."
Aruni sempat tertegun sebentar di ambang pintu depan rumah. Menghalangi Bella dan Caca yang hendak masuk.
"Duh, ngapain berhenti di sini sih? Gue mau masuk juga kan..." Ucap Caca di belakang Aruni.
"Aaah... Buruan masuuuk..." tambah Bella sambil mendorong Aruni ke dalam.
Dan ketika mereka sudah berada di dalamnya, Bella dan Caca terkesima dengan isi rumah yang terasa luas, nyaman, dan sangat otentik suasana zaman dulu. Aruni yang memang pernah ke rumah ini, tampak biasa saja. Dan ia pun sudah segan untuk memikirkan bisikan barusan, dimana hanya dirinya sendiri yang mendengarnya.
Aruni berjalan di depan, menyalakan seluruh lampu yang ada di lantai satu, diikuti Caca dan Bella di belakangnya.
Tepat di sebelah kanan dari pintu depan, ada ruang tamu yang cukup luas, dilengkapi beberapa perabotan seperti beberapa kursi tamu, meja, ada juga lemari pajangan untuk hiasan, dan ada juga vas bunga plastik agak besar di sudutnya.
Aruni menunjukkan juga ruangan di sebelah kiri dari pintu depan, ada area bersekat kayu, itu adalah ruang baca almarhum Ayahnya dulu, dilengkapi kursi, meja baca, dan lemari ukuran sedang penuh berisi buku. Mayoritas adalah buku bisnis properti. Bella dan Caca hanya menganggukkan kepala sambil terus memperhatikan.
Tepat di bagian tengah, berhadapan langsung dengan pintu depan, ada tangga kayu jati menuju ke lantai dua. Di bawah sebelah kanannya adalah dapur memasak, lengkap dengan seluruh perabotan memasaknya. Dan di bawah sebelah kiri adalah ruang makan keluarga, pun lengkap dengan seluruh perabotannya.
"Waaah... Gila... Keren banget Ar..." Caca merasa takjub melihat lantai satu yang cukup luas dan tertata sangat rapi. Begitu pun dengan Bella, sedari tadi sambil mengamati, ia memegang beberapa barang di setiap ruangan itu.
"Bell, lo orang kota, kok norak banget sih?" ucap Caca yang melihat tingkah sahabatnya itu yang agak memalukan baginya.
"Yeeeh... Kenapa sih? Suka-suka gue dong, lagian gue kan baru pertama kali dateng ke rumah ini Ca. Wajar dong gue kepo isinya." jawab Bella agak ketus.
Aruni yang melihat dua sahabatnya itu hanya tertawa tipis sambil menggelengkan kepalanya.
"Di lantai satu ini gak ada toiletnya Ar?" tanya Bella kemudian.
"Ada kok, itu, tepat di samping dapur." Aruni menunjuk ke arah yang dimaksud. Bella pun mengangguk.
"Yuk ah, kita ke lantai atas!" ajak Aruni sambil mulai menaiki tangga kayu jati menuju ke lantai dua, diikuti oleh dua sahabatnya itu. Dan Caca memegang pagar tangga dengan rasa heran.
"Ar, ini rumah bersih banget deh, tangan gue aja gak ada debu pas pegang tangganya." ucap Caca sambil melihat telapak tangannya.
"Ya bersih laaah... Emang kaya kamar lo, berantakan kayak kapal pecah!" canda Bella di belakangnya. Caca menoleh sambil memutar dua bola matanya.
Kini mereka tiba di lantai dua, ada dua arah, ke kanan dan ke kiri. Lalu Aruni menyalakan sakelar lampu utama untuk seluruh lorong lantai dua.
"Nah, di sini ada lima ruangan. Ke kanan dua kamar, ke kiri juga dua kamar. Masing-masing kamar ada kok kamar mandinya. Tapi tanpa toilet ya. Kalo toilet ada di lantai bawah tadi." jelas Aruni kepada dua sahabatnya.
"Terus, di ujung sana, ada balkon yang arah viewnya langsung ke belakang rumah, lo berdua bisa liat langsung pemandangan hutan dan lembah. Kalo pagi sama sore hari, dijamin lo berdua betah deh di sana." tambah Aruni, sambil menunjuk ke ujung sebelah kanan, ke arah balkon. Bella dan Caca mengangguk.
"Terus, kamar kita mau barengan apa pisah nih?" tanya Caca.
"Enaknya gimana nih? Mau barengan satu kamar atau sendiri-sendiri?" Aruni melemparkan pertanyaan.
"Enaknya kita barengan aja gak sih?" jawab Caca.
"Diiih... Lo udah gede Ca! Masa mau tidur barengan?" timpal Bella.
"Emang lo mau sendiri aja kamarnya Bell?" tanya Aruni.
"Iya Ar, kalo tidur barengan, gue ngeri digrepe-grepe si Caca!" jawab Bella. Disusul Caca menatap Bella dengan ekspresi jijik. "Aiiihhh... Siapa juga yang mau grepe-grepe lo? Gue normal bestie! Sorry..." timpal Caca.
Aruni tertawa ringan dibuatnya. "Hahahaha... Dasar... Ya udah, kamar kita sendiri-sendiri aja ya. Gue sama Caca di sebelah kanan, dan Bella di sebelah kiri, kamar pertama dari tangga. Oke?"
"Sip lah! Mana kunci kamarnya Ar?" tanya Bella. Sepertinya dia sudah tak sabar ingin mandi.
"Setiap kamar, kuncinya ada kok di pintunya masing-masing, lo tinggal buka aja." jawab Aruni.
"Oh... Oke deh... Gue duluan masuk kamar ya, mau mandi nih, udah gatel badan gue." Bella berjalan menuju kamarnya. Lalu masuk.
"Ya udah Ca, gue juga mau mandi nih, duluan ya..." Aruni akhirnya masuk juga ke dalam kamarnya yang pertama dari tangga. Dan kamar Caca ada di ujung, langsung bersebelahan dengan balkon.
Caca berjalan menuju ke kamarnya. Membuka kunci pintunya. Namun sebelum masuk, pandangannya teralihkan ke sebuah objek di balkon itu.
Caca berjalan perlahan menuju balkon, dan langsung terasa, suasananya memang sangat asri dan sejuk cenderung dingin malam ini, karena balkonnya adalah area terbuka.
Dirinya mulai mendekati objek itu, sebuah objek seperti papan yang ditutupi oleh kain berwarna hitam. Saat ia ingin menarik kain penutupnya, ternyata di sekeliling keempat sisinya seperti di paku. Akhirnya Caca meninggalkan objek itu dan kembali menuju ke kamarnya.
Tapi, sebelum ia masuk ke dalam kamar, ia seperti melihat sesuatu di ujung matanya. Ia tak berani menoleh langsung. Tubuhnya agak merinding. Perlahan, ia menoleh ke sebelah kanan. Seperti sesosok kepala yang keluar dari dalam kamar.
"Aaahhh!!!"
Caca berteriak sambil menutup matanya. Namun saat ia perlahan membuka tangan yang menutupi matanya. Ia kesal. Ternyata itu adalah Bella yang hanya mengeluarkan kepalanya saja dari balik pintu kamarnya. Cukup membuat Caca merasa hampir copot jantungnya. Dan Bella hanya cengar-cengir melihat Caca sempat terkaget karena kejahilannya.
"Dasar cewek gilaaa!" ucap Caca sambil menatap kesal ke arah Bella. Lalu ia masuk ke dalam kamarnya. Dan Bella pun kembali masuk dan menutup pintu kamarnya pula.
Sementara itu dalam kamar Aruni, ia yang merebahkan tubuh di kasurnya, hanya senyum-senyum ringan mendengar Caca yang dijahili oleh Bella. Dirinya merasa senang karena bisa membawa dua sahabatnya itu berlibur ke tempat yang sesuai. Dan dirinya pun merasa senang, karena setelah 15 tahun lamanya, ia bisa kembali mengunjungi rumah Kakek dan Neneknya itu.
Meskipun rumah ini sudah direnovasi total oleh almarhum Ayahnya, menjadi lebih modern konsepnya, namun Aruni masih tetap ingat cukup detail kondisi rumah Kakek dan Neneknya yang dahulu. Masih terbuat dari bilik bambu seluruh dindingnya, beralaskan tanah di sebagian besar area dalam rumah, dapur yang masih tradisional menggunakan tungku bakar kayu, dan beberapa detail kecil lainnya.
Dan...
Tak terasa, Aruni pun tertidur...