Arion Smith & Arsen Zionathan dua keturan dari Erlan Smith dan Maureen. Meskipun keduanya kakak beradik tetapi kehidupan mereka tidaklah sama.
Arion yang mewarisi sifat lembut dari ibunya menjadikannya disukai oleh banyak orang, dan otak cerdasnya membuat semua orang kagum. Bahkan di usia muda namanya sudah dikenal oleh kalangan pembisnis. membanggakan keluarga besar Smith.
Sampai mereka lupa jika masih ada Arsen yang juga perlu mereka perhatian, karena kurang mendapatkan perhatian dan merasa tersisihkan, Arsen memilih jalannya sendiri, diam-diam dia menjadi ketua dari salah satu organisasi yang melawan ayahnya sendiri.
Arion selalu lebih unggul dari Arsen, dalam hal percintaan pun Arsen selalu kalah, bahkan gadis yang dia cintai harus menjadi milik sang kakak.
Sakit hati dan kekecewaannya membuat Arsen terus menentang keluarganya, hanya untuk mendapatkan perhatian.
**
Kelanjutan dari Istri Buta Tuan Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Sebuah pigura besar di ruang tengah mansion Celine dan Gerald terjatuh, membuat kedua orang tua itu tersentak kaget, begitu juga dengan beberapa pengawal.
“Arsen!!" Teriak Celine merasa terjadi sesuatu pada cucu kesayangannya. Pigura yang terjatuh adalah foto Arsen kecil yang mengikuti gaya sang Opa meniup ujung pistolnya.
Gerald memeluk istrinya, mengusap lembut punggung Celine yang gemetar hebat. dia juga merasa cemas, pasti terjadi sesuatu pada Arsen.
“Gerald, Arsen.. " Isak Celine
“Arsen baik-baik saja, pigura itu terjatuh karena pengaitnya terlepas." Sela Gerald mencoba berpikir positif, sampai salah satu anak buahnya datang.
“Tuan, Nyonya.." Serunya, Celine menoleh dan melebarkan matanya.
“Apa yang terjadi? Arsen.. cucuku.. "
“Maafkan kami Nyonya, kami gagal melindungi Tuan muda dan.. " Pengawal yang memang ditugaskan untuk memantau Arsen itu menceritakan semua yang terjadi.
Dia berhasil lolos dari anak buah Gabriel dan beberapa rekannya tewas ditempat. Pengawal itu juga mengatakan tentang kondisi Arsen, tidak lupa melaporkan kejadian yang menimpa Bianca.
“Gabriel!!" Desis Gerald. tidak habis pikir dengan pria itu. Sampai kapan mereka akan membenci Arsen dan Erlan kenapa begitu bodoh sampai lepas kendali.
**
Nico membawa Arsen ke rumah sakit khusus klan mereka. dia sangat menyesal mengikuti rencana konyol sahabatnya itu.
Sepanjang lorong rumah sakit para anak buahnya menundukkan kepala mereka sebagai tanda penghormatan pada sang Tuan.
“Jangan menangis, Arsen akan baik-baik saja." Ucap Nico mengusap kepala Lexi.
“Aku tidak takut apapun, aku hanya takut kamu dan Arsen meninggalkan ku." Jawabnya.
“Tidak akan ada yang meninggalkanmu, aku dan Arsen akan tetap menjagamu selamanya." Ucap Nico meskipun dia sendiri tidak yakin jika Arsen akan selamat, Erlan menyerang vital Arsen dan memukulnya bertubi-tubi.
“Kenapa dia tidak melawan, dia bisa dengan mudah membunuh pria tua itu" Ujar Lexi, dia beberapa kali melihat Arsen memberikan peluang untuk Erlan menyerang balik.
Nico menghela nafas panjang, dia marah dengan tindakan Arsen, akan tetapi dia juga tidak bisa menyalahkan sahabatnya itu.
“Mungkin Arsen lelah dan membiarkan keluarganya merasa puas sudah menghajarnya." Nico merangkul pundak Lexi dan menepuknya pelan.
“Kenapa kita terlahir menjadi anak yang tidak di inginkan? apa salah kita?" Gumam Lexi pelan.
Nico tersenyum tipis. “Takdir, ya takdir kita memang seperti ini, tidak diinginkan dan selalu disalahkan. Arsen hanya memberikan kepuasan, setelah ini dia akan menjadi dirinya sendiri."
“Aku membenci pria tua itu."
“Iya, kita membencinya." Jawab Nico.
“Aku ingin membunuhnya"
“Kamu harus meminta izin terlebih dulu pada Arsen, hanya dia yang boleh menyentuh keluarganya"
Sementara didalam ruangan tiga dokter kepercayaan klan The Silent Reapers tengah berjuang menyelamatkan Arsen, pria muda itu dalam keadaan kritis.
Dua peluru yang bersarang di dada kirinya mengandung racun.
“Dok, detak jantung Tuan....!!" Seru salah satu perawat tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.
“Tuan, bertahanlah!!" Ucap sang dokter lalu menekan-nekan dada Arsen.
Para dokter itu melakukan beberapa cara untuk membuat detak jantung itu kembali sampai beberapa menit kemudian.
Tiga Dokter itu menundukkan kepalanya. “Waktu kematian Tuan, pukul 5.23" Ujar sang Dokter dengan nada lemah.
Mereka melepaskan semua alat medis yang menempel di tubuh Arsen. Tiga dokter itu membuka maskernya mengusap tetesan cairan bening yang menetes, selama bekerja di klan Arsen, mereka selalu mendapatkan perlakuan baik.
Diluar ruangan Lexi menautkan kedua tangannya. Sementara Nico sedang menerima panggilan telepon dari Celine.
📞: Maaf Nyonya, Dokter belum keluar dan memberikan informasi apapun, mereka sedang melakukan operasi.
📞: ...
📞: Iya, ada dua luka tembak, kita mendapatkan serangan kedua ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit.
📞: ...
📞: Baik, saya akan mengabari Anda jika sudah mendapatkan kabar tentang Arsen.
Panggilan berakhir, Nico menghela nafas, dia membawa langkahnya mendekat kearah Lexi.
“Kalian periksa kembali Arsen ku!!" Teriak Lexi menarik kerah kemeja sang Dokter.
Pemuda itu tidak terima dengan kabar yang disampaikan oleh sang Dokter. dia menganggap semua hanya lelucon.
“Lexi!! hentikan.. Ada apa?" Nico menarik lengan Lexi.
Pemuda itu mundur satu langkah, tidak lama kemudian dia terkekeh, air matanya sudah membasahi pipi mulusnya.
“Nico, bunuh mereka semua, mereka tidak becus merawat Arsen kita, mereka membuat Arsen tiada!!" Teriaknya di akhir kalimat.
Nico menggelengkan kepala. “Arsen baik-baik saja kan?" Tanya Nico menoleh kearah sang dokter, mereka semua menunduk dan hal itu membuat emosinya meledak.
“Jawab Sialan!!"
“Maafkan kami Tuan, kami gagal menyelamatkan Tuan Arsen, peluru itu mengandung racun, terlebih Tuan mengalami penyumbatan pernafasan." Jawab sang Dokter dengan hati-hati..
Nico memejamkan matanya dengan kedua tangan mengepal erat. Kakinya terasa lemas. Lexi menerobos masuk mengusir para perawat yang hendak menutup tubuh Arsen dengan kain.
Menatap wajah pucat itu membuatnya tersenyum getir.
“Sialan!!..kenapa kamu meninggalkanku siapa yang akan mengurus ku? siapa yang akan membelaku ketika Nico menyiksaku? bangunlah Arsen, aku sangat membutuhkanmu" Ucapnya terasa sakit di tenggorokannya.
Lexi terus bicara sendiri sembari menatap wajah pucat Arsen. Sementara Nico, pemuda itu tidak sanggup berjalan dan hanya terduduk lemas bersandar pada dinding. Menyembunyikan wajahnya di lipatan kedua kalinya.
Bahunya bergetar hebat, ini kedua kalinya dia menangis, pertama ketika Mommy nya meninggal dan di buang oleh Ayahnya sendiri dan kedua kalinya karena Arsen.
Nico teringat pertama kali bertemu dengan Arsen, Saat itu Nico meminta pertolongan karena sang adik yang tengah demam tinggi dan hampir saja tidak selamat.
Nico memohon untuk menyelamatkan adiknya dan dia berjanji akan membayarnya dengan nyawanya sendiri, dia rela menjadi budak untuk Arsen, akan tetapi Arsen kecil malah memintanya untuk menjadi sahabat dan keluarganya.
Nico yang sudah tidak memiliki siapapun kecuali Lexi adiknya itu,. Menyetujui permintaan Arsen, banyak hal yang sudah mereka lalui bersama, meskipun sangat menyebalkan, Arsen sangat menyayangi mereka berdua.
**
Bugh
Bugh
Gerald memeberikan bogeman keras pada Erlan dan Gabriel. Tatapan mata pria tua itu semakin tajam. Mereka seakan melihat Gerald ketika muda dulu, menggebu-gebu.
Mereka juga tidak pernah menyangka jika Gerald akan datang kerumah sakit, setelah bertahun-tahun mereka baru bertemu kembali, namun dengan keadaan yang semakin keruh.
“Opa..ap.. "
“DIAM KAMU SIALAN!!" Bentak Gerald dengan tangan yang menunjuk ke arah Brianna.
Perempuan itu langsung mundur karena takut, Edgar hanya diam, dia masih penasaran dengan kedatangan Tuan besar itu.
“Gabriel, kamu ingin mendapatkan julukan apa lagi setelah dewa pembunuh?" Tanya Gerald menatap sang putra.
“Dia sudah tidak ingin mendapatkan gelar apapun lagi Dad, dia hanya membuktikan jika dirinya mampu membunuh keturunannya sendiri dan Arsen kita yang memiliki nasib sial itu." Timpal Noah.
Mendengar itu mereka semua menoleh. “Apa maksud uncle?" Tanya Erlan.
Noah menaikan sebelah alisnya dengan kedua tangan terlipat diatas dada.
“Bukannya kalian menginginkan kematian Arsen? Dan keinginan itu sudah terwujud, kalian sendiri yang membunuhnya." Jawab Noah menarik sudut bibirnya.
Semua mata melebar sempurna. “Gak mungkin!!" Teriak Arion yang sejak tadi diam.
bukannya banyak punya anak buah dan bisa dengan mudah cari informasi? yang ada nanti Erlan, Gabriel dan seluruh keluarga akan menyesal, karena sudah negatif thinking sama Arsen.