Kumpulan Cerita Pendek Horor
Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.
Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.
Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.
Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Bayangan Hitam di Rumah
"Videonya mau kaya gimana?" tanya Rifa pada dua temannya.
Ia harus memikirkan konsep video untuk ujian praktik seni budaya. Ia bekerja sama dengan kedua temannya, Ayu dan Devi. Mereka akan memilih membuat video yang menurut mereka lebih mudah untuk dikerjakan.
Ashilah yang berada di ruangan hanya menatap ketiga temannya ingin tau. Saat ini ia membantu ketiga temannya untuk mengambil video. Dirinya memilih praktik menari tradisional untuk ujian seni budayanya.
Saat ini ketiga temannya datang ke rumahnya untuk mengambil video di sini. Ia dengan senang hati membantu mereka, asalkan dirinya tidak masuk ke dalam video yang dibuat. Ia terlalu lemah untuk akting, sehingga ia lebih memilih untuk menari daripada akting.
Saat ini mereka berempat duduk di ruang keluarga yang terlihat tampak sepi. Keempatnya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ayu sibuk menonton acara di televisi yang menyala, Devi memainkan ponselnya, Ashilah sibuk memakan cemilan yang ada di meja, dan Rifa yang sibuk mencari konsep video di ponselnya.
Rifa menghela napas lelah saat ia belum mendapatkan alur video yang tepat, "mau gimana ini videonya?" tanyanya lagi pada Ayu dan juga Devi.
"Gue ngikut aja Rif, gue juga bingung," balas Devi seraya meringis pelan merasa tidak enak karena ia tidak memahami apa yang harus mereka lakukan.
Rifa berdecak sebal mendengar perkataan Devi, "jangan ngikut-ngikut aja, ini ujian praktik kita. Kalau gak jadi videonya, kita gak bakal dapet nilai," balasnya.
"Gue juga buntu banget," ucap Ayu yang sedari tadi diam.
Rifa menghela napas lelah saat kedua temannya tidak membantunya sama sekali, "ayo dong, jangan gue aja yang mikir."
"Gue bagian ngevideoin kalian ya guys," ucap Ashilah mengingatkan.
"Lo kenapa sih gak mau bikin video sama kita?" tanya Devi ingin tau.
"Gue mendingan nari daripada harus akting," jawab Ashilah sekenanya.
"Emang kenapa?" tanya Devi lagi.
"Kalau gue ikutan, tugas kalian gak akan selesai. Bakal ketawa mulu gue kalau akting," ujar Ashilah lagi.
"Lo jadinya nari apa Shil? Tradisional atau modern?" tanya Rifa yang sedari tadi menyimak.
"Tradisional," jawab Ashilah singkat.
"Nari apa?"
"Nandak Betawi," jawab Ashilah memberikan.
"Apa tuh?" tanya Devi seraya mengerutkan dahinya bingung.
Ayu langsung menoleh ke arah Ashilah yang masih setia memakan cemilannya, "itu nari tradisional yang waktu kita ujian praktik kelas sembilan bukan sih Shil?"
"Hm." Ashilah menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Kok lo tau sih Yu?" tanya Devi seraya menoleh ke arah Ayu dengan rasa penasaran tinggi.
Rifa menghela napas pelan mendengar pertanyaan Devi, "mereka satu SMP," jawabnya memberitahu.
"Oh." Devi menganggukkan kepalanya mengerti mendengar jawaban yang Rifa berikan.
"Jadi alur video kita gimana guys?" tanya Rifa untuk kesekian kalinya.
"Oh gue tau." Ayu menjentikkan jarinya saat satu ide muncul di otaknya, "kita bisa ambil alur yang bahas soal fandom salah satu grup."
"Maksudnya?" tanya Rifa masih tidak mengerti perkataan Ayu.
"Gini... Lo, gue, sama Devi kan suka One Direction. Nah kita pakai tema itu aja, jadi gue sama Rifa udah saling kenal. Terus nanti ketemu sama Devi di suatu tempat. Nantinya Devi nimbrung obrolan gue sama Rifa karena kita yang suka 1D."
Rifa dan Devi terdiam dengan pikiran masing-masing. Mereka mencoba untuk mencerna ide yang baru saja Ayu kemukakan.
"Kayanya gue udah mulai paham ide dari Ayu deh," ucap Rifa saat ia sudah mulai memahami maksud dari ide temannya itu.
"Nah." Ayu menjentikkan jarinya senang saat Rifa sudah mulai memahami idenya, "gimana?"
Rifa menganggukkan kepalanya pelan, setuju dengan ide yang Ayi berikan, "boleh."
"Gimana sih Rif maksudnya? Gue masih belum paham banget," ucap Devi yang masih belum memahami apa yang Ayu maksud.
Rifa mulai menjelaskan secara pelan ide yang Ayu berikan. Sesekali ia menjelaskan ulang agar Devi mengerti apa yang akan mereka lakukan.
Devi yang mendengar penjelasan Rifa hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Ia sudah mulai memahami maksud dari temannya itu. Otaknya sudah mulai membayangkan alur dan apa aja yang akan mereka lakukan nantinya.
"Gimana?" tanya Rifa mencoba memastikan.
Devi menganggukkan kepalanya setuju, "boleh, itu aja. Daripada pusing mikirin alur lain," balasnya.
"Jadi mulai kapan videonya?" tanya Ashilah seraya menatap Rifa, Ayu, dan juga Devi secara bergantian.
"Nanti, tunggu adem sedikit. Panas banget," ucap Rifa seraya menatap ke arah luar jendela rumah Ashilah.
Devi dan Ayu menganggukkan kepalanya setuju dengan perkataan Rifa. Hari ini memang sangat panas, dan mereka terlalu malas untuk berada di luar.
"Mending kalian Sholat dulu," ucap Rifa pada ketiga temannya.
"Lagi gak sholat," ucap Ashilah dengan santai.
Rifa menoleh ke arah kedua temannya yang lain, "sana sholat dulu."
"Lo sendiri?" tanya Devi pada Rifa.
"Sama kaya Ashilah," jawab Rifa memberitahukan.
"Mana Shil kamar mandinya?" tanya Devi yang sudah beranjak bersama Ayu.
"Lurus belok kanan," jawab Ashilah seraya menunjuk ke arah ruang makan yang tersambung dengan dapur dan kamar mandi.
Devi dan Ayu langsung beranjak ke arah kamar mandi yang berada di area Sedangkan Ashilah mengambil dua mukenah dari dalam lemari untuk bisa digunakan oleh kedua temannya. Ia menaruh dua mukenah yang sudah diambilnya pada meja berukuran sedang dekat tempat khusus keluarganya beribadah.
"Shil," panggil Rifa saat mengingat sesuatu.
"Hm?" Ashilah menoleh ke arah Rifa yang memanggilnya.
"Gue baru tau kalau lo bisa nari," ucap Rifa memberitahukan kebingungannya.
Ashilah terdiam mencoba mengingat ia yang pernah dimasukkan ke dalam sanggar, "gue juga baru tau kalau gue bisa nari, walaupun gak jago banget. Dulu waktu TK, gue pernah ikut sanggar nari. Dari situ mulai suka nari, tapi yang gak suka banget sih," jawabnya menjelaskan.
"Pernah menang nari gak?" tanya Rifa ingin tau.
"Pernah," jawab Ashilah singkat.
"Juara?"
Ashilah terdiam dengan pikiran yang terus mencoba mengingat saat ia masih aktif ikut lomba menari, "juara dua."
Rifa menganggukkan kepalanya mengerti mendengar jawaban yang Ashilah berikan. Ia menoleh ke arah ruang makan saat kedua temannya melangkah mendekat ke arah ruang keluarga. Ia menunjuk ke arah dua mukena yang berada di atas meja.
"Iya."
"Shil," panggil Rifa lagi.
"Hm?"
"Gue izin ke kamar mandi ya," ucap Rifa seraya beranjak dari tempatnya.
Ashilah menganggukkan kepalanya dengan pelan, "iya udah sana."
Mendengar balasan Ashilah, Rifa langsung melangkah dengan cepat menuju kamar mandi. Panggilan alamnya sudah tidak bisa ditahan kembali.
Wushh....
Rifa menoleh ke arah dapur yang berhadapan langsung dengan kamar mandi. Ia merasa jika tadi ada seseorang yang melewatinya.
Merasa tidak ada siapapun, ia langsung masuk ke dalam kamar mandi. Ia mengedikkan bahunya tak acuh dengan perasaannya saat ini.
Rifa menghela napas lega saat ia selesai menuntaskan panggilan alamnya. Ia membersihkan dirinya dan juga kamar mandi agar tidak kotor. Ia merapihkan pakaiannya yang sedikit berantakan karena berjongkok.
Wushhh....
Rifa terdiam saat merasakan seseorang melewatinya dari arah dapur. Ia terdiam dengan tatapan yang terus mengarah ke arah dapur yang terlihat tampak gelap.
"Ashilah," panggil Rifa dengan kencang.
Ashilah yang baru saja masuk ke dalam dapur langsung menoleh ke arah temannya, "apa?"
Rifa menunjuk ke arah bagian ujung ruangan dekat kompor, "di sana ada jalan lagi gak?"
Ashilah mengerutkan keningnya dengan bingung, "maksudnya?"
"Gue tadi ngeliat orang, tapi gak jelas. Kaya bayangan hitam, lewat di depan gue. Terus dia jalan ke arah sana," ujar Rifa memberitahu seraya menunjuk ke arah ujung dapur dekat kompor.
Ashilah mengerutkan keningnya dengan bingung mendengar perkataan Rifa. Ia menoleh sekilas ke arah ujung dapur yang ditunjuk oleh temannya itu, "di sana gak ada jalan atau pintu ke area belakang rumah. Itu tembok kosong," ujarnya memberitahu.
"Tapi tadi ada yang lewat, dia kapan ke arah sana," balas Rifa yang masih tetap kekeh dengan apa yang ia lihat.
"Gak ada apa-apa Rifa," balas Ashilah dengan bingung.
"Kenapa?" tanya Ayu seraya melangkah mendekat ke arah kedua temannya.
Devi menoleh ke sekitar dapur yang tampak sepi, "gak ada apa-apa. Gue sama Ayu tadi lama di sini juga gak ada apa-apa," ujarnya memberitahu.
Ashilah menghela napas lelah, "ya emang gak ada apa-apa, kayanya Rifa salah liat," balasnya.
Ayu menganggukkan kepalanya setuju dengan perkataan Ashilah, "bener tuh."
Rifa menghela napas kesal saat ketiga temannya tidak mempercayai apa yang ia lihat, "ya udahlah, terserah kalian," kesalnya.
"Ya udah yuk balik lagi ke ruang depan," ucap Ashilah mengajak ketiga temannya untuk kembali ke ruang keluarga.
Rifa mengikuti langkah ketiga temannya dalam diam. Ia masih memikirkan apa yang dilihatnya setelah ia keluar dari dalam kamar mandi. Ia yakin jika dirinya tidak salah liat, bayangan hitam itu terlihat sangat jelas di matanya.
Ia mengerjapkan matanya beberapa kali saat merasa sesuatu berada di belakangnya. Ia menoleh sedikit untuk bisa mengintip area belakangnya saat ini. Ia terdiam saat ekor matanya menangkap sesuatu berwarna hitam sedang berdiri di depan wastafel dapur.
Tubuhnya tiba-tiba tidak bisa digerakkan saat melihat bayangan hitam itu melangkah mendekat ke arahnya. Ia mencoba sekuat tenaga untuk bisa berpindah tempat saat bayangan hitam itu ingin menabraknya.
"SHIL!!" teriak Rifa saat ia merasa jika bayangan hitam itu hilang di perbatasan ruang keluarga dan juga ruang makan.
"Apa?" tanya Ashilah seraya menghampiri Rifa yang tampak ketakutan.
"Tadi ada yang lewat," ucap Rifa seraya menatap ketiga temannya dengan takut.
"Siapa?" tanya Ashilah dengan rasa penasaran tinggi.
"Bayangan hitam tadi, bayangan hitam yang gue lihat setelah keluar dari kamar mandi," jawab Rifa memberitahu dengan suara gemetar.
Ashilah menatap Rifa dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia menoleh ke sekitar rumahnya, memastikan jika apa yang temannya ucapkan itu benar.
Ia memang tidak pernah melihat bayangan hitam yang diceritakan oleh Rifa. Tapi setiap hari ketika ia sedang sendirian di rumah, ia selalu merasa jika dirinya diperhatikan.
Namun itu bukan masalah besar baginya selama ini. Tapi mendengar apa yang Rifa katakan, mungkin akan menjadi masalah besar karena saat ini ia tau jika di rumahnya ada sesuatu yang mengganggu.
•••