NovelToon NovelToon
Di Nikahi Duda Anak 1

Di Nikahi Duda Anak 1

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Beda Usia / Pengasuh
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Sabrina Rasmah

Kirana Larasati, gadis yang baru saja lulus SMA, harus menghadapi kenyataan pahit. Adiknya menderita sakit kanker, namun masalah ekonomi membuat adiknya terpaksa dirawat di rumah sendiri. Kirana ingin bekerja dan membantu orang tuanya. Suatu hari, tetangganya bernama Lilis menawarkannya pekerjaan sebagai pengasuh anak.
Kirana bertemu dengan Bastian Rajendra, seorang duda yang memiliki satu anak perempuan bernama Freya Launa.
Awalnya, Kirana hanya berniat bekerja untuk mendapatkan uang demi pengobatan adiknya. Namun, kedekatan Kirana dengan Freya, serta tanggung jawabnya yang besar, membuat Bastian mengambil keputusan tak terduga. Bastian menawarkan sebuah pernikahan kontrak dengan janji akan menanggung seluruh biaya pengobatan adiknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Sabrina Rasmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dari Tukang Ronda Jadi Istri Terhormat"

Setelah selesai dengan urusan cincin, mereka melanjutkan perjalanan mereka di mal. Kirana masih merasa sedikit linglung dengan semua kemewahan di sekelilingnya, terutama setelah melihat harga cincin yang baru saja dibeli Bastian.

Bastian kemudian membawa Kirana ke sebuah butik pakaian yang terlihat sangat mewah. Pintu kaca besar menampilkan manekin-manekin dengan pakaian yang elegan dan berkelas.

"Mas, ini toko baju mahal semua," bisik Kirana, merasa agak ragu untuk masuk. "Pakaian saya tidak cocok dengan tempat ini."

Bastian hanya tersenyum tipis. "Jangan khawatir. Kita akan mencari pakaian yang sesuai untukmu."

Di dalam butik, seorang staf penjualan dengan ramah menyambut mereka. Bastian menjelaskan bahwa mereka mencari beberapa pakaian untuk Kirana.

"Kita butuh beberapa pilihan untuk acara formal dan juga pakaian sehari-hari yang nyaman," kata Bastian.

Kirana mengikuti staf penjualan ke ruang ganti. Ia mencoba berbagai macam pakaian, dari gaun hingga blus dan rok. Beberapa pakaian terasa asing baginya, tetapi ada juga yang membuatnya merasa lebih percaya diri.

Bastian duduk menunggu di luar ruang ganti, memberikan komentar singkat namun membantu setiap kali Kirana keluar untuk menunjukkan pakaian yang berbeda. Dia tampak memperhatikan detail dan memastikan pakaian itu cocok dengan Kirana.

Setelah memilih beberapa set pakaian, mereka menuju kasir. Kirana merasa sedikit canggung dengan banyaknya tas belanjaan, tetapi Bastian tampaknya tidak keberatan.

"Masih ada satu tempat lagi yang ingin saya kunjungi," kata Bastian.

"Ke mana lagi, Mas?" tanya Kirana, merasa sedikit lelah setelah seharian berbelanja.

"Kita akan pergi ke salon sebentar," jawab Bastian. "Agar kamu merasa lebih segar."

Kirana hanya bisa menghela napas panjang, mengekor di belakang punggung lebar Bastian yang berjalan dengan penuh wibawa. Langkah kakinya mulai terasa berat, namun mulutnya tidak berhenti berkomat-kamit pelan.

"Gila, gue mau direnovasi kayak rumah subsidi apa gimana? Padahal gue aja udah cantik alami begini, ngapain coba ke salon segala? Ngabisin duit aja si Mas Kelinci ini!" batin Kirana dongkol sambil mengerucutkan bibirnya. "Mana belanjaan udah segunung, kalau dijual lagi bisa buat beli sawah se-kecamatan di desa!"

Bastian menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah salon eksklusif dengan interior bernuansa emas dan putih. Tanpa berkata-kata, ia menarik lembut tangan Kirana agar masuk ke dalam. Wangi aromaterapi yang mewah langsung menyambut indra penciuman mereka.

"Pak Bastian! Selamat datang," sapa seorang hair stylist pria dengan penampilan sangat modis. "Wah, siapa ini? New project?"

"Istri saya," jawab Bastian singkat, padat, dan jelas, membuat Kirana tersedak ludahnya sendiri.

"I-istri? Bukannya tadi calon?" gumam Kirana pelan, wajahnya kembali memanas.

Bastian menatap Kirana dari pantulan cermin besar di depan mereka. "Ubah penampilannya tanpa menghilangkan kesan mudanya. Saya ingin dia terlihat seperti wanita terhormat, bukan seperti anak kecil yang baru selesai ronda."

Kirana melotot lewat cermin. "Heh, Mas! Ronda apaan? Tadi katanya adik, sekarang istri, terus dikatain tukang ronda! Mas maunya apa sih?!"

Bastian hanya memberikan kode dengan tangannya agar para staf segera bekerja. Dalam sekejap, tubuh Kirana sudah dikerubungi oleh tiga orang sekaligus. Ada yang mencuci rambutnya, ada yang mulai membersihkan kuku-kukunya, dan ada yang menyiapkan perlengkapan facial.

Dua jam berlalu dengan penuh siksaan bagi Kirana yang tidak terbiasa duduk diam. Baginya, dipijat dan dipakaikan berbagai macam masker terasa seperti sedang dipoles menjadi pajangan lemari. Namun, saat semuanya selesai dan Kirana diminta berdiri untuk berganti pakaian dengan salah satu dress yang baru dibeli tadi, suasana mendadak sunyi.

Kirana keluar dari ruang ganti dengan gaun berwarna sage green yang pas di tubuh mungilnya. Rambut panjangnya yang biasanya hanya dikuncir kuda kini terurai indah dengan gelombang natural di bagian bawah. Wajahnya yang polos hanya diberi riasan tipis, menonjolkan mata bulat dan bibir merah alaminya.

Bastian yang sedang membaca majalah bisnis di sofa tunggu, perlahan menurunkan majalahnya. Pandangannya terpaku pada sosok gadis di depannya. Ada jeda beberapa detik di mana Bastian hanya diam, jakunnya naik turun saat ia menelan ludah.

"Gimana, Mas? Udah mirip orang kaya belum? Atau masih kelihatan kayak tukang bakso?" tanya Kirana dengan nada sombong yang dibuat-buat, mencoba menutupi rasa gugupnya ditatap seperti itu.

Bastian berdehem, berusaha mengembalikan ekspresi datarnya meskipun matanya tidak bisa berbohong. "Lumayan. Setidaknya sekarang orang-orang tidak akan memanggil polisi karena mengira saya menculik anak orang."

"Dih! Bilang aja cantik susah bener!" gerutu Kirana.

Bastian berdiri, melangkah mendekat, lalu merapikan anak rambut Kirana dengan gerakan yang sangat lembut. "Ayo pulang. Saya sudah lapar."

Kirana tertegun. Sentuhan tangan Bastian yang dingin namun lembut di keningnya membuat perutnya terasa seperti diaduk-aduk. "Makan di mana? Jangan bilang makan di restoran yang sendoknya ada lima macem ya Mas, saya pusing!"

Bastian terkekeh kecil—sebuah suara yang jarang didengar Kirana—dan itu membuat Kirana sadar bahwa 'renovasi' ini bukan hanya mengubah penampilannya, tapi sepertinya mulai mengoyak pertahanannya untuk tetap benci pada bosnya yang menyebalkan itu.

1
Sri Wahyuni Abuzar
kenapa siih harus ada kata² umpatan B2
di bab sblm nya jg gitu aku masih diem..eeh ini ketemu lg..kesel sm majikan boleh² aja tp g mesti ngebatin dengan kata² kotor.
Nur Sabrina Rasmah
bener bener posesif banget ya , mas Bastian ke Kirana🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!