NovelToon NovelToon
Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pengantin Pengganti
Popularitas:37.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Arum Mustika Ratu menikah bukan karena cinta, melainkan demi melunasi hutang budi.
Reghan Argantara, pewaris kaya yang dulu sempurna, kini duduk di kursi roda dan dicap impoten setelah kecelakaan. Baginya, Arum hanyalah wanita yang menjual diri demi uang. Bagi Arum, pernikahan ini adalah jalan untuk menebus masa lalu.

Reghan punya masa lalu yang buruk tentang cinta, akankah, dia bisa bertahan bersama Arum untuk menemukan cinta yang baru? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

06. Rasa cemburu itu muncul sendiri tanpa diminta.

Setelah insiden di meja makan itu, suasana rumah besar keluarga Argantara berubah senyap. Para pelayan berjalan hati-hati, tak berani bersuara sedikit pun. Suara pecahan piring dan gelas yang tadi menggema kini sudah lenyap, tapi ketegangan di udara masih terasa menggantung seperti kabut yang tak mau pergi.

Arum menggenggam gagang kursi roda Reghan dengan hati-hati, membawanya ke arah taman belakang sesuai permintaan Oma Hartati yang ingin suasana menjadi lebih tenang. Di sana, sinar matahari menembus celah dedaunan, jatuh di rambut Arum yang berantakan, membuat wajah pucatnya tampak sedikit lebih hangat.

“Ayahmu tidak seharusnya mengatakan hal itu,” gumam Oma Hartati dengan suara pelan namun penuh amarah yang ditahan. “Dia lupa siapa yang membesarkan perusahaan itu sejak awal.”

Reghan hanya diam, matanya kosong menatap kolam kecil di depan taman. Urat di pelipisnya masih menegang, rahangnya mengeras menahan emosi yang belum reda.

“Dia tahu aku masih bisa berpikir jernih,” suaranya rendah, parau, tapi penuh bara yang terpendam. “Tapi dia tetap memilih Elion, anak dari perempuan itu.”

Arum yang berdiri di belakang kursi rodanya menunduk. Ia tahu Reghan sedang marah, tapi dalam setiap nada bicaranya, Arum juga mendengar luka. Luka yang lebih dalam dari sekadar kehilangan jabatan, itu tentang kepercayaan dan harga diri yang dirampas oleh orang yang seharusnya melindunginya.

Oma Hartati menepuk pelan bahu cucunya. “Sudahlah, Re. Mereka hanya menunggu kau menyerah. Jangan berikan itu pada mereka.”

Reghan mendengus pelan. “Mereka sudah merebut segalanya, Oma.

"Bahkan harga diriku.”

Suara Reghan nyaris seperti bisikan, tapi cukup untuk membuat dada Arum ikut mengencang. Ia menatap punggung pria itu yang tegap namun tampak rapuh di bawah cahaya pagi.

Oma Hartati menghela napas panjang. “Harga dirimu tidak bisa direbut siapa pun, Reghan. Kau hanya perlu berdiri lagi … meskipun dengan cara yang berbeda.”

Reghan menoleh perlahan, matanya tajam tapi sayu. “Berdiri? Bahkan berjalan pun aku belum tentu bisa, Oma.”

Kata-kata itu meluncur dengan getir. Untuk pertama kalinya, Arum melihat sisi rapuh dari sosok yang selama ini selalu terlihat dingin dan tak tersentuh.

Oma Hartati hanya menatap cucunya lama. “Kalau begitu, berdirilah di sini...” ia menepuk dada Reghan perlahan, “bukan dengan kaki, tapi dengan hati dan kepala.”

Seketika, suasana hening kembali. Hanya suara air mancur kecil yang terdengar samar dari kejauhan. Arum, yang sejak tadi menunduk, akhirnya berani bersuara. “Tuan … jika boleh saya bicara, mungkin...”

“Tinggalkan aku sebentar,” potong Reghan datar tanpa menatapnya. Nada suaranya tak meninggi, tapi cukup membuat Arum terdiam. Ia hanya menunduk lebih dalam, lalu mundur beberapa langkah. Namun sebelum benar-benar menjauh, ia mendengar suara lirih Reghan nyaris seperti gumaman pada diri sendiri.

“Aku tidak akan membiarkan mereka menang. Tidak Elion, tidak Maya, dan tidak Alena.”

Kalimat itu menggantung di udara, berat dan penuh dendam yang mulai tumbuh. Arum berdiri di balik pepohonan, menatap sosok Reghan yang kini membisu di bawah sinar matahari. Ia bisa melihat dari kejauhan bagaimana tangan pria itu menggenggam sandaran kursi rodanya erat-erat, seolah berusaha menahan sesuatu yang jauh lebih menyakitkan daripada luka fisik.

Sementara dari sisi lain taman, dua sosok tampak berjalan pelan Alena dan Elion. Mereka berdiri di antara semak mawar, berbicara dengan suara rendah. Arum sempat melihat Alena menyentuh tangan Elion, gerakan lembut yang terlalu intim untuk dua orang yang seharusnya sekadar ipar. Arum belum tahu apa hubungan di antara mereka berdua.

Tatapan mata Alena sesekali mengarah ke Reghan di kejauhan. Senyum samar terbit di bibirnya, senyum yang tak bisa ditafsirkan antara iba atau kemenangan.

Elion pamit dengan tergesa, jas hitamnya berayun ringan ketika melangkah menuju mobil di halaman depan. Beberapa pelayan menunduk memberi hormat, sementara Alena hanya melambaikan tangan sekilas sebelum kembali memutar tubuhnya ke arah taman belakang menuju ke arah Reghan.

Reghan masih di tempat tadi, duduk diam di kursi rodanya, dengan pandangan menerawang pada permukaan kolam yang tenang. Ia tampak tidak terusik oleh kepergian Elion, atau mungkin justru terlalu sibuk menahan sesuatu di dalam dadanya.

Langkah Alena terdengar lembut, tapi cukup untuk membuat Arum yang masih berdiri tak jauh dari sana menoleh. Gaun putih gading Alena berayun pelan, suaranya lembut tapi bergetar.

“Reghan…” panggilnya, ragu tapi tetap berusaha tegas. Reghan tak menoleh, dia hanya mengembuskan napas pelan, lalu menjawab dengan nada dingin namun sopan. “Ada perlu apa, Alena?”

Suara itu membuat udara di sekitar mereka menegang. Arum, yang memegang nampan berisi teh untuk Oma Hartati, menahan langkahnya tanpa sadar.

Alena tersenyum samar, mencoba menutupi sesuatu di balik sorot matanya. “Tidak, aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Setelah tadi di meja makan…”

“Baik-baik saja?” potong Reghan pelan, tapi nada suaranya nyaris seperti ejekan halus. “Kau terlalu khawatir pada seseorang yang sudah tidak penting lagi dalam hidupmu.”

Alena terdiam sejenak, tapi bukannya pergi, ia justru mendekat. Perlahan ia berjongkok di depan kursi roda Reghan, menatapnya dari bawah. Tatapan yang dulu mungkin berarti cinta, kini terasa seperti sisa luka yang belum kering.

“Aku tidak pernah bilang kau tidak penting, Reghan,” ucapnya lirih. “Aku hanya … tak punya pilihan waktu itu.”

Reghan akhirnya menoleh, pandangan matanya tajam, tapi kosong. “Pilihan selalu ada, Alena. Kau hanya memilih yang menguntungkan.”

Sunyi, hanya suara burung-burung kecil yang terdengar di antara daun. Arum berdiri kaku di balik pilar taman, dada kecilnya sesak entah kenapa. Ia bahkan tak mengerti apa yang ia rasakan perih. Tapi ada juga sesuatu yang lain yang bergetar halus di dadanya saat melihat tangan Alena perlahan menyentuh jemari Reghan. Dan anehnya, Reghan tidak menepis.

Arum menunduk cepat, tak ingin melihat lebih jauh. Tapi bisikan pelayan di dekatnya membuat langkahnya kembali tertahan.

“Kasihan sekali Tuan Reghan, ya,” bisik salah satu pelayan wanita.

“Kalau saja kecelakaan itu tidak terjadi, mungkin sekarang beliau yang jadi suami Nona Alena, bukan Tuan Elion.”

Yang lain menimpali lirih, “Benar, mereka dulu sudah tunangan, bahkan cincin pernikahan kabarnya sudah dipesan. Tapi takdir berkata lain…”

"Jangan bicara terlalu keras. Takutnya Nyonya Maya dengar kita bisa dalam masalah sebelum pesta pernikahan berlangsung,"

Arum terpaku, tangannya gemetar ringan, dada terasa semakin sesak. Semua kepingan mulai tersambung tatapan Alena, sikap dingin Reghan, dan amarah tersembunyi yang terasa sejak ia pertama kali tiba di rumah itu.

'Jadi ... mereka dulu adalah sepasang kekasih.'

Dan jika bukan karena kecelakaan itu, mungkin merekalah yang akan duduk berdampingan di meja makan tadi bukan Reghan dengan kursi roda, bukan Elion dengan senyum kemenangan.

Arum menelan ludah pelan, berusaha menenangkan diri, tapi perasaan itu tetap mengalir seperti air yang tak bisa dibendung, yaitu rasa cemburu. Ia memalingkan wajah, menatap taman yang diterpa cahaya. Entah sejak kapan, keberadaan Reghan tak lagi sekadar tugas baginya.

1
Ariany Sudjana
semoga ada pendonor lain yang ketemu dan pas juga sumsum tulang belakang dengan Revano. kalau sampai Revano punya adik lagi, kebayang hancurnya Arum, trauma semakin sulit sembuh
sryharty
ka kasih jalan lain lah
udah jangan bersinggungan lagi dengan reghan,
walaupun Revan anak reghan kayanya terlalu sakit kalo Arum dan reghan harus bertemu lagi,,takut banget nanti keluarga reghan mengusik Arum lagi,,
Asyatun 1
lanjut
Kar Genjreng
luka batin Arum sangat dalam,,,, walaupun reghan berniat baik tulus iklas dan siap menerima risiko apa pun. ,,,tapi hati dan raga Rumi masih sangat sakit berlipat bahkan,,ya butuh proses,,
siti maesaroh
semoga ada jln lain buat sembuhin revan,, biar bisa hidup brsma arum
siti maesaroh
basi dg omongsnmu han g bs dipecat dr dulu mau melindungi arum nyatanya nihil, skrg bilang gitu jg alah omong ksong
siti maesaroh
kamu kn emang tolol han ,,makanya arum dh g prcya lg sejak saat itu
siti maesaroh
g usah tanya apa yg dilalui arum han mata.km buta kali udah tahu pasti susah hidup tanpa kluarga,punya suami pun pekok kyak km
siti maesaroh
g usah sok peduli km han tk tonjok mulut mu ntar , km bilang orang tua macam apa ninggalin anaknya diruang inap, lahh km suami macam apa biarin istrinya dituduh tanpa bukti dn dicambuk, dsar bjingan km han
siti maesaroh
ihh ngapain lg ktemu penjahat yg memberi putusan hukuman pd mamamu revan g suka bngt aku
siti maesaroh
pokoknya jgn mau klo.diajak belikan ya rum, km udah trlalu hancur untuk kmbli ke reghan, setan itu reghan ksih keputusan untuk hukum kn waktu itu😢
siti maesaroh
smoga dpt donor tp bukn dr klurga nya
siti maesaroh
ingin ku 6unuh itu reghan mnjgkelkn
siti maesaroh
baguslah prgi dr km ,bebas dr siksaan yg kau putuskan untuk mncambuknya ,dasar tolol km han tolol tolol tolol
siti maesaroh
persetan dg km han, g membiarkan arum pergi tp mlh menyiksa arum apa itu namanya, dasar tolol blo on ya km han
siti maesaroh
dasar pembodohan aturan.ini sbgai suami juga bodoh dn tolol.reghan, arum jg ngapain mau kmbli lg sm deg gan udah bner dia pergi, dadar munafik km reghan ktanya mau mencintai arum tp mudanya hnya msa lalu km sj yg kau pikirkn, banci km reghan
siti maesaroh
knp km mlh bohong rum bilang ja emng km ktemu sm elion waktu ambil.air minum gitu , suka bngt deh bohong bohong heran
siti maesaroh
jgan kasih cinta ke reghsn arum biarkan dia berjuang dulu enak ja lngsg dimaafkan
Asyatun 1
lanjut
siti maesaroh
pinter km tu udah g usah mbghdpi reghan lg rum, biar kn reghsn ,sibuk dg mslhnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!