Enam bulan lalu Ariella Al Sharif, putri Eren dan Shaera Al Sharif, patah hati setelah sahabat sepupunya ditolak oleh ayahnya. Sebagai putri penguasa kerajaan Oman, Ariella tidak bisa membantah keputusan ayahnya. Sekarang Ariella ingin berlibur setelah dirinya disibukkan urusan kerajaan ke Solo, heritage buyutnya. Ariella sengaja menjadi backpacker, dengan naik kendaraan umum. Saat dirinya naik kereta api dari Jakarta ke Solo, Ariella duduk bersama dengan Akarsana. Pria cupu itu hendak ke Yogyakarta, untuk nyekar eyangnya. Keduanya saling mengobrol dan entah bagaimana, mereka jalan-jalan keliling Semarang, Solo, Magelang dan Yogyakarta. Keduanya pun saling tertarik hingga akhirnya mereka harus berpisah.
Sebulan setelah itu, Ariella bertemu lagi dengan Akarsana tapi dengan status yang berbeda.
8th Generation of Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Restauran Herdiani
"Jadi anda pangeran Akarsana of Morocco dan satu level dengan Ella, Aidan, Malik, Melvin ...." Wira menatap Akarsana. "Nama kamu antik."
"Memang apa artinya mas?" tanya Mandasari.
"Dalam bahasa Jawa, Akarsana berarti orang yang menarik. Kamu lihat sendiri kan, Sana orangnya menarik, terlepas dia juga kebetulan pangeran," jawab Wira kalem.
"Tunggu ... Kamu nggak belok kan?" Mandasari menyipitkan matanya.
"Belok kemana? Sein kanan belok kiri?" balas Wira.
Akarsana menoleh ke arah Ariella. "Mereka tidak apa-apa?"
"Sudah biasa." Ariella tersenyum ke arah Akarsana. "Mereka dikenal the Sableng's Couple."
"Really?" Akarsana tertawa kecil.
"Kamu tidak akan tahu bagaimana kacaunya keluarga kami jika kumpul semua. Kamu tahu sendiri kan keluarga Timur Tengah gimana? Itu baru seperdelapannya."
Akarsana melongo.
"Kalian kalau mau ngomong mesra jangan pakai bahasa Arab dong. Kita cuma tahu Habibi doang," protes Mandasari.
Akarsana dan Ariella hanya nyengir.
Suara ponsel Mandasari berbunyi dan ibu cantik itu mengangkatnya. "Assalamualaikum ibu ... Anak-anak sudah selesai? Baik. Kita jemput. Eh Bu, numpang maem ya. Adikku yang datang dari Timur Tengah lagi ada di Solo."
Wira hanya menggelengkan kepalanya. "Numpang maem pula."
***
Restauran Milik Herdiani di Slamet Riyadi
"Mamaaaaa!"
Akarsana melihat sepasang anak kembar sekitar sepuluh tahun, menghambur ke Mandasari. Terlihat yang perempuan mirip dengan Mandasari, sementara yang laki-laki mirip Wira. Benar-benar adil.
"Siapa yang dari Timur Tengah?" tanya Herdiani yang berjalan di belakang cucunya.
"Ini Bu, Ella bukan Elsa Frozen meskipun mirip. Ella, ini ibu mertuaku, ibu Herdiani," senyum Mandasari.
"Oh nak Ella. Kalau ini ibu tahu. Cantiknya macam peri! Apa kabar nak Ella," senyum Herdiani dan Ariella pun Salim ke pengusaha restauran itu.
"Alhamdulillah baik, Bu. Ibu sehat?" balas Ariella sambil cipika cipiki dan memeluk Herdiani.
"Sehat dong. Apalagi anak, mantu dan cucu di satu kota. Makin seru kan?" Herdiani mengalihkan pandangannya ke Arkasana.
"Mas Ganteng ini siapa nak Ella? Pacarnya?" tanya Herdiani.
"Bukan Bu. Ini teman jalan-jalan, namanya Akarsana," jawab Ariella.
"Namanya bagus seperti orangnya," puji Herdiani.
"Dia pangeran dari Maroko," celetuk Wira.
Herdiani melongo. "EEEEHHHHHH?"
***
"Tante Ella, beneran macam Elsa deh!" ucap Naela.
"Sayangnya Tante tidak bisa mengeluarkan es dari tangan." Ariella membuka tutup tangannya. "Tapi sepertinya bakalan horor kalau benaran keluar es. Bisa beku kita semua."
Naela cekikikan sementara Narendra hanya menggeleng.
"Ela eh ... Maaf Tante, soalnya Naela panggilannya juga Ela," ucap Narendra.
"Nggak papa, Rendra. Gimana?"
"Ela, kalau Tante Ella keluarin es ... Benar horor. Karena tidak mungkin, El."
"Tante Ella, itu Oom Sana pacarnya Tante ?" tanya Naela.
"Bukan. Memang kenapa?"
"Pantes lho berdua. Aku senang lihatnya," cengir Naela.
"Ya Ampun, El, nggak gitu ah!" senyum Ariella dengan wajah tersipu.
"Tante telinganya merah! Kata mama kalau telinganya merah itu tandanya malu ...." Naela tertawa gemas sama tantenya.
Ariella hanya tertawa kikuk.
***
"Jadi ini restauran keluarga kamu mas Wira. Tempatnya strategis dan ramai juga," puji Akarsana saat melihat restauran keluarga Gardapati.
"Alhamdulillah kami punya lahan disini dan bisa dimanfaatkan," jawab Wira.
"Bagaimana kehidupan menjadi tentara dan ayah dua anak serta istri yang ...."
"Cantik dan Membagongkan?" senyum Wira.
"Yeah."
"Roller coaster dan penuh warna. Aku sangat bahagia, Sana. Jika memang kamu dan Ella ada cerita ke depannya, pintaku satu. Kita sebagai menantu, harus bersabar dengan kebiasaan menistakan nama kita. Mau sebagus apapun nama kita, pasti akan dipanggil nama burik dan entah kenapa, kita malah ingat yang itu."
Akarsana mengangguk. "Aku sudah diberikan warning oleh Ella."
"Aku tidak tahu kalian kebetulan saja bertemu atau memang direncanakan ...."
"Kami memang kebetulan bertemu, Mas Wira," potong Akarsana.
"Maklum, aku anggota Kopassus dan Ella adalah adikku. Dia baru saja patah hati dan aku tidak mau Ella mengambil keputusan yang salah!" lanjut Wira dengan aura kakak lelakinya.
Akarsana tertawa kecil. "Tenang mas Wira, aku punya adik perempuan jadi kita sama saja jiwa pelindungnya auto keluar jika berhubungan dengan ibu dan adik perempuan. Benar begitu?"
Wira mengangguk. "Touché."
Sebuah mobil masuk ke halaman dan berhenti di parkir khusus karyawan. Tak lama turun seorang pria bule ganteng bersama dengan wanita Jawa dan dua anaknya.
"Wiro Sableng! Tumben sore sudah ada disini!" senyum pria itu dengan santainya.
Akarsana menoleh ke Wira. "Wiro Sableng?"
"Don't ask." Wira tersenyum ke arah pria itu. "Apa kabarmu Kadal?"
Akarsana hanya bisa tertawa kecil. Oh ya ampun ....
Keduanya saling berpelukan lalu Iin bersalaman dengan Wira sementara dua anak kembarnya Salim.
"Kadal .. Eh Oscar, Iin, perkenalkan ini Akarsana, teman jalan-jalan Ariella."
"Mbak Ariella? Yang mana ya mas?" tanya Iin. "Maklum, saudaranya mbak Sari kan banyak."
"Oh Ariella itu yang putri dari Oman. Kamu akan tahu kalau ketemu."
Iin mengangguk.
"Oom Wira, Rendra dan Ela ada kan?" tanya Bryna.
"Ada di dalam. Sana main deh!" jawab Wira.
"Aku bawa anak-anak dulu," ucap Iin sambil mendorong kedua anaknya.
"Anak kamu juga kembar mas Oscar?" tanya Akarsana.
"Iya. Namanya Barnes dan Bryna. Cuma beda beberapa bulan dengan Naela dan Narendra," jawab Oscar bangga.
***
Barnes dan Bryna Terkejut saat melihat Ariella.
"Whoah ... Cantik banget!" puji Barnes.
"Tante Ella kan memang princess!" ucap Naela dengan gaya sombong.
"Ela, tidak boleh begitu," tegur Ariella. "Ini siapa ya?"
"Mbak Ella. Ingat aku? Iin istrinya mas Oscar."
"Kadal yang itu?"
***
"Ela bantu nyambel?" tanya Mandasari saat berada di dapur bersama Herdiani.
"Iya. Wis benar-benar anakmu yang sangat prigel dan serius kalau sudah masak," senyum Herdiani.
Arti kata prigel dalam bahasa Jawa adalah cakap, terampil, atau mahir. Kata ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan baik, cekatan, dan cekatan.
"Sekolahnya juga bagus sih bikin program membantu orang tua. Tapi kenapa harus di restauran ibu ya?" gumam Mandasari.
"Ibu juga tanya soal itu ke Rendra dan Ela. Tahu jawabannya? Kalau lapar tinggal makan jadi cacing-cacing bahagia."
Mandasari menepuk jidatnya. "Ampun deh anakku!"
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️
Mngkn kl sm akar phon,mreka mau ngsih ksmptan....