NovelToon NovelToon
DA'S LITTLE FAMILY IN JEJU

DA'S LITTLE FAMILY IN JEJU

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Cintapertama / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: rahmad faujan

Di sebuah pulau kecil di Jeju, Lee Seo Han menjalani kehidupannya yang sunyi. Ditinggal kedua orang tuanya sejak remaja, ia terbiasa bergulat dengan kesendirian dan kerasnya kehidupan. Bekerja serabutan sejak SMA, ia berjuang menyelesaikan pendidikannya sendirian, dengan hanya ditemani Jae Hyun, sahabatnya yang cerewet namun setia.

Namun musim panas itu membawa kejutan: Kim Sae Ryeon, cahaya yang menyinari kegelapan hidupnya. Perlahan tapi pasti, Seo Han membuka hatinya untuk merasakan kebahagiaan yang selama ini ia hindari. Bersama Sae Ryeon, ia belajar bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan, tapi juga tentang mencintai dan dicintai.

Tapi takdir berkata lain. Di puncak kebahagiaannya, Seo Han didiagnosis mengidap ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), penyakit langka yang secara perlahan akan melumpuhkan tubuhnya. Di hadapan masa depan yang tak menentu dan ketakutan menjadi beban, Seo Han membuat keputusan paling menyakitkan: mengorbankan cintanya untuk melindungi orang tersayang

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahmad faujan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TUNGGU AKU DI SEOUL

Pagi itu, udara di desa terasa lembut—tidak terik menyengat seperti biasanya, melainkan hangat yang menyenangkan. Seorang pemuda bernama Jae Hyun berjalan kaki dengan langkah ringan, senyum lebarnya terpancar jelas di wajahnya. Ada aura kebahagiaan yang sulit disembunyikan.

​Jae Hyun menuju rumah sahabatnya, Seo Han, membawakan bekal: satu kantong plastik berisi Sup Biji Tahu Hangat yang sengaja ia buat untuk sarapan mereka berdua.

​Ia berjalan dengan riang, melambaikan tangan dan menyapa ramah para warga yang sedang memulai aktivitas.

​Setibanya di depan rumah Seo Han, ia membuka pintu gerbang dan melangkah masuk. Namun, saat tangannya mencoba menggeser pintu utama, ia menyadari pintu itu terkunci rapat.

​"Seo Han, kamu di dalam?" panggilnya sambil mengetuk-ngetuk. "Yaa, Seo Han, kamu belum bangun juga?"

​Tidak ada sahutan. Perasaan gembira Jae Hyun mulai digantikan oleh rasa heran. Ia segera bergerak memutar, mengintip melalui jendela kamar, tetapi kasur itu kosong.

​Kepanikan menyerang. Ia segera menelpon Seo Han, tetapi panggilannya tidak diangkat.

​"YAAA! Kamu di mana sih?! Kenapa kamu tidak angkat teleponku?!" gumamnya frustrasi, ponselnya bergetar nyaring di tangan. Ia mencoba menghubungi Seo Ryeon, sahabat mereka yang lain, tetapi telepon Seo Ryeon juga bernasib sama.

​"Astaga, kalian berdua ini kenapa?!"

​Tanpa membuang waktu, Jae Hyun segera berlari keluar dari gerbang. Jarak ke rumah Seo Ryeon memang tak terlalu jauh. Ia berlari kencang di jalanan desa yang kini terasa mencekam, kantong berisi Sup Biji Tahu Hangat masih ia genggam erat. Kekhawatiran yang ia rasakan mengalahkan rasa lelah di kakinya. Ia hanya perlu tahu di mana sahabat-sahabatnya berada.

...----------------...

​Di saat yang sama, jauh dari kepanikan Jae Hyun, sebuah taksi berhenti tepat di depan pintu keberangkatan Bandara Internasional Jeju.

​Suara riuh orang bergerak cepat, gemuruh roda koper yang bergesekan dengan lantai, dan pengumuman yang sayup-sayup terdengar di speaker, menjadi irama khas bandara di pagi hari. Seo Han memejamkan mata sesaat, membiarkan kebisingan itu menenggelamkan suara dalam kepalanya.

​"Mas, sudah sampai," kata sopir taksi, melihat Seo Han terbangun dari tidurnya yang gelisah.

​Seo Han segera membayar ongkos taksi. "Terima kasih, Pak," katanya singkat, sambil menggendong tas ranselnya yang terasa ringan di pundak.

​Wajahnya tampak pucat dan lelah, tetapi matanya memancarkan tekad yang bulat dan tak tergoyahkan. Ia melangkah masuk ke terminal, membiarkan kebisingan dan keramaian bandara menelan semua kecemasan yang ia rasakan.

​Ia berhenti sejenak di dekat kolom pilar besar yang agak sepi. Ia mengambil ponsel di saku hoodie-nya, melihat sepuluh panggilan tak terjawab dari Jae Hyun. Hatinya mencelos. Ia membayangkan wajah marah Jae Hyun dan merasa perih.

​Aku tahu ini pengecut. Aku tahu dia pasti marah besar. Tapi aku tidak bisa menunda ini lagi. Kalau aku bilang, dia pasti akan mencoba menghentikanku.

​Ia segera mengetik pesan. Kali ini, ia menulisnya dengan lebih jujur:

​[Pesan ke Jae Hyun]

​Han: Hyun, please jangan marah. aku beneran sudah di bandara sekarang, mau terbang ke Seoul. Aku minta maaf seribu kali karena tidak bilang apa-apa, tapi kalau aku bilang, kamu pasti bakal nyuruh aku batalin. Aku harus pergi, Hyun. Ini tentang Ayah, tentang masalah yang selama ini gue pendam. Biarin gue selesain ini sendirian dulu, ya. Nanti kalau sudah beres, gue janji bakal angkat teleponmu. Tolong mengerti, Hyun. Please.

​Ia mengirim pesan itu, melampirkan foto selfie di depan papan nama bandara sebagai bukti tak terbantahkan agar Jae Hyun tidak berpikir ini hanya lelucon.

​Seo Han berdiri tegak, memaksakan dirinya untuk melupakan sejenak rasa pusing yang mulai merayap di pelipisnya. Ia tidak bisa menunjukkan kelemahan di sini. Ia bergegas menuju papan informasi keberangkatan elektronik. Setelah menemukan penerbangan Jeju Air tujuannya ke Seoul (Gimpo), ia berjalan menuju konter check-in. Aroma kopi yang pekat dan parfum yang mahal berbaur dengan udara AC bandara yang dingin.

​Saat mengantre, ia melihat pantulan dirinya di kaca dinding. Matanya terlihat kosong, seperti seseorang yang baru saja melakukan keputusan paling berat dalam hidupnya. Ia meraih boarding pass dan identitasnya, merasakan kertas itu dingin di tangannya yang berkeringat.

​Setelah proses check-in selesai, ia menarik napas lega. Satu langkah lagi. Selanjutnya, ia berjalan menuju pemeriksaan keamanan. Bunyi bip yang nyaring terdengar saat ia melewatinya. Petugas memintanya mengulang, dan ia harus mengeluarkan ponsel barunya dari saku. Penundaan kecil ini terasa seperti cobaan besar.

​Setelah berhasil melewati keamanan, ia melihat jam di boarding pass-nya; waktu boarding sudah sangat dekat. Ia mempercepat langkahnya, tetapi ia memutuskan untuk berhenti sebentar di area bebas bea. Bukan untuk membeli apa-apa, melainkan untuk mengambil napas panjang dan mempersiapkan mental.

​Ia duduk di kursi yang kosong, melihat ke luar jendela. Pesawat-pesawat take-off dan landing di landasan yang jauh. Ia merasa seperti pesawat itu—siap untuk pergi, tetapi terpisah dari bumi yang ia cintai.

​🔊 "Panggilan terakhir untuk penumpang tujuan Seoul, Gimpo, harap segera menuju Gerbang Nomor B5. Gerbang akan ditutup dalam lima menit.”

​Suara pengumuman itu memotong lamunannya. Waktu habis. Seo Han melihat nomor gerbang di boarding pass-nya, Gerbang B5. Ia bangkit, mengencangkan tali ranselnya. Ia berlari kecil, menjadi salah satu penumpang terakhir yang bergegas menuju jet bridge, meninggalkan segala ketidakpastian di pulau Jeju.

...----------------...

​Jae Hyun yang sedang berlari kencang di jalan desa tiba-tiba berhenti karena ponselnya bergetar nyaring. Ia mengatur napasnya yang terengah-engah.

​Ia membuka pesan itu dan melihat foto Seo Han di depan Bandara Jeju.

​Jae Hyun membaca pesan Seo Han yang kini terasa menusuk. Kemarahan yang timbul bukan lagi kemarahan kecil, melainkan luka pengkhianatan.

​"Menyelesaikan sendirian?! Setelah semua janji kita?! Please? Apa gunanya please kalau kamu sudah kabur?!"

​Jae Hyun meremas kantong plastik berisi sarapan itu dan melemparkannya dengan kuat ke pinggir jalan. Sup Biji Tahu Hangat itu tumpah, tercecer. Aroma hangatnya langsung berbenturan dengan udara pagi yang menyenangkan.

​"Sia-sia gue masak! kamu kenapa sih, Han?! kamu pikir aku ini siapa?!" teriak Jae Hyun, suaranya tercekat. Ia bukan hanya marah; ia sangat kecewa. Ia merasa ditinggalkan, dibuang, seolah persahabatan mereka tidak cukup penting untuk dijadikan alasan menunda atau setidaknya jujur.

​Kemarahannya perlahan mereda. Napasnya kembali teratur. Ia mengusap wajahnya kasar. Sebuah pemikiran yang lebih logis muncul, meskipun pahit: “Masalah Ayah. Selalu saja Ayah. Kalau dia benar-benar harus pergi, ya sudahlah. Lebih cepat masalah ini selesai, lebih cepat dia kembali.”

​Ia berputar balik, tidak jadi melanjutkan larinya ke rumah Seo Ryeon. Ia tahu, sekarang ia harus berurusan dengan satu-satunya orang yang mungkin tahu segalanya: Ayah Seo Han.

1
Anonymous
kamu jahat
Anonymous
tidakkk😭
Anonymous
serius kamu jahat banget sih le seo han tidak boleh mati😭
Anonymous
woo jin kamu ga salah 😭
Hanik Andayani
wah odeng kesukaan aku apalagi toppoki 😃
Wida_Ast Jcy
kejar kejaran donk ya ceritanya ini🤭🤭🤭
Dee
Dari awal ceritanya sudah menarik kak. Cuma aku agak kesulitan ngapalin nama-namanya... buatku susah diingat, hehe... Suka ketukar mana yang cowok dan ceweknya 😅
checangel_
Seo Han, maafkan Authormu ya 😭😭
rahmad faujan: aku aja nangiss kasih mati dia😭
total 1 replies
Chimpanzini Banananini
aku pernah naik roller coaster. tapi emang sih, klo emng takut, mata kita seakan gabisa dibuat melek jirr/Sob//Sob/
Chimpanzini Banananini
main roller coaster sambil memegang kamera? apa ga jatuh tuh?
Vᴇᴇ
suka bgt makan kimchi, walau awal makan rasanya kek asem, gurih manis, tp rill enak bgt cuuyyy
Mingyu gf😘
Han ngumpat aja bilang shibbal gitu🤣
Mingyu gf😘: mwhehehe🤣🤣🤣
total 2 replies
Mingyu gf😘
Penakut🤣
Irfan Sofyan
di sini banyak yang keren kak🤭
Irfan Sofyan
aku juga gitu kak, karena keluarga lagi kumpul aku selalu pergi nyari tempat yg bisa menyendiri, sambil merokok🤭
☕︎⃝❥ᗰᗴᑎGᗩᖇᗴ(╯°□°)╯︵ ┻━┻
Di paksa main loler Koster. aku gak pernah naik sih, tapi kelihatannya seru🤣
iqbal nasution
refleks hebat
iqbal nasution
lezat juga ya
bela
siapa taruh bawang disini😭
bela
😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!