Pengkhianatan yang dilakukan oleh tunangan dan kakak kandungnya membuat Rada mengambil keputusan untuk meninggalkan New York dan kembali ke Indonesia.
Pernikahan yang gagal membuat Rada menutup hati dan tidak ingin jatuh cinta lagi, tapi pertemuan dengan Gavin membuatnya belajar arti cinta sejati.
Saat Gavin menginginkan sesuatu, tidak ada yang bisa menolaknya termasuk keinginan untuk menikahi Rada. Ia tahu hati Rada sudah beku, tetapi Gavin punya segala cara untuk menarik wanita itu ke sisinya.
✯
Cerita ini murni ide penulis, kesamaan nama tokoh dan tempat hanyalah karangan penulis dan tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Jakarta, Indonesia.
Wanita cantik berpakaian modis itu menyeret kopernya keluar bandara, langkahnya tegas dan anggun menuju mobil Lamborghini yang terparkir tepat di depan pintu masuk.
"Hai Rada," seorang wanita cantik yang berada dibelakang kemudi menyapanya dengan suaranya yang khas, cempreng.
"Alia, sudah lama." Rada masuk ke dalam mobil, memberi pelukan singkat pada sahabat satu bangsanya.
Alia Destina, sudah lama bersahabat dengan Rada. Alia adalah desainer ternama di Indonesia, bahkan karyanya terkenal hingga keluar negeri.
"Ya, memang sudah lama kita nggak ketemu. Terakhir kapan ya?" Alia nampak berpikir sambil melajukan mobilnya.
"Dua tahun lalu,"
"Dua tahun lalu,"
Keduanya menjawab secara bersamaan menciptakan tawa renyah dalam mobil itu.
Dua tahun lalu Rada pulang ke Indonesia bersama El, dia dengan bangga memamerkan hubungannya bersama El yang berhasil bertahan. sampai sejauh itu.
Sekarang hubungan itu sudah kandas, Rada tidak lagi menangis, hanya saja dia agak menyesal dulu pernah memberi pria itu kesempatan masuk ke dalam hidupnya.
Andaikan dia tidak terlalu percaya pada El, waktunya tidak akan terbuang begitu saja selama tujuh tahun lebih.
"Kamu kenapa?" Tanya Alia melirik Rada dan melihat wajahnya berubah sendu.
Rada menggeleng.
Alia tidak lagi bertanya karena sudah tahu penyebab sang sahabat murung. Gagalnya pernikahan Rada adalah berita paling tidak di sangka oleh Alia.
Alia tahu betapa kuatnya hubungan Rada dan El, semua kenalan mereka bahkan yakin keduanya akan berlabuh di pelaminan.
"Bagaimana dengan apartemen Black Orchid, apakah kamu berhasil mendapatkan salah satu unit untukku?" Tanya Rada mengalihkan topik pembicaraan.
Black Orchid apartemen mewah yang paling di cari di jakarta, akan sulit mendapatkan satu unit saja disana.
Sebenarnya apa yang membuat apartemen itu sangat di minati padahal biaya sewanya sangat mahal?
Gavin Reviano Agler tinggal disana, sang pemilik apartemen dan juga CEO perusahaan game terbesar di asia. Gavin dikabarkan tidak pernah dekat dengan perempuan manapun, karena itu banyak yang ingin tinggal di Balck Orchid. Alasannya sederhana yaitu untuk mengejar Gavin dan menaklukkan pria itu.
"Kamu beruntung, pemiliknya dengan murah hati mau menyewakan salah satu unit apartemennya yang selama ini tidak pernah di sewakan." Kata Alia dengan menggebu-gebu.
Rada mengernyit bingung, kenapa Alia sangat heboh?
"Ya, itu bagus. Tapi apakah itu pencapaian luar biasa sehingga membuatmu mengeluarkan suara yang sangat bersemangat." Rada meledek Alia dengan tawa serak. Rada sudah lama hidup bergelimang harta, dia tidak menemukan satupun keistimewaan dari Black Orchid selain keamanannya yang sangat baik.
Rada memilih apartemen itu karena memiliki tingkat keamanan yang tinggi, jika pun tidak bisa disana, Rada masih memiliki beberapa pilihan yang tidak kalah bagus.
"Karena pemiliknya yang tampan tinggal disana, kamu punya banyak waktu untuk menarik perhatiannya." Kata Alia tersenyum malu-malu sambil membayangkan wajah seseorang.
"Aku tidak punya keinginan seperti itu," Rada menggeleng tegas, ia tidak punya banyak energi untuk menarik perhatian seorang pria lalu kembali menjatuhkan hatinya. Tujuh tahun rasanya sudah cukup menyia-nyiakan waktunya yang berharga.
Alia memarkirkan mobilnya di parkiran Black Orchid, Rada membuka pintu dengan hati-hati. Berdiri diluar mobil Rada tidak berhenti berdecak kagum.
Bangunan ini amat sesuai dengan seleranya.
"Ayo! Unit untukmu ada di lantai dua."
Rada mengikuti Alia sambil memperhatikan sekelilingnya yang baru pertama kali dia lihat. Dibandingkan dengan New York kehidupan disini tidak terlalu bebas, mungkin karena budayanya .
...☆☆☆...
Kantor pusat Apexion, Jakarta Selatan.
Dalam ruangan super bersih di lantai sepuluh perusahaan Apexion, satu orang pria dengan wajah di pahat duduk di kursi kerjanya dengan tumpukan berkas diatas meja.
Pada bagian depan meja tersebut tertulis dengan huruf kapital bahwa meja itu milik CEO Apexion company, orang nomor satu di perusahaan game raksasa itu.
Gavin Reviano Agler.
Putra kedua dari konglomerat Agler, selain tittle keluarga hebat yang tersemat di belakang namanya, ada banyak hal menarik tentang pria itu yang membuat para wanita tertarik.
Pria tiga puluh tiga tahun yang masih lajang, tidak pernah terlihat menjalin hubungan dengan wanita manapun sehingga menyebabkan banyak rumor aneh tentang dirinya.
Sering disebut-sebut sebagai gay karena lebih sering berkumpul bersama para pria. Ada juga gosip yang mengatakan dia impoten sehingga membuat Gavin malas menjalin hubungan dengan wanita.
Meskipun banyak rumor aneh tentang dirinya, akan tetap ada barisan panjang wanita yang mengantri untuknya. Alasannya jelas, Gavin kaya dan tampan, dia juga berasal dari keluarga kaya yang kekayaannya cukup untuk tujuh turunan.
Meski begitu, Gavin tetaplah Gavin yang menolak siapapun wanita yang mendekatinya. Dibandingkan menjalin hubungan dengan seorang wanita, Gavin lebih memilih menyibukkan diri dalam pekerjaan.
Tok...tok...tok...
Suara ketukan pada pintu tidak membuat aktivitasnya terhenti.
"Masuk." Suaranya berat dan penuh wibawa, sangat sempurna dikombinasikan dengan wajah tampan tanpa senyumnya.
"Nona muda keluarga Argaya sudah kembali, pak." Lapor Alex, asisten pribadi Gavin.
Kali ini Gavin menghentikan kegiatannya membaca dan memberi coretan tanda tangan di berkas. Dia mengangkat sedikit kacamata tebal yang membingkai netra elangnya.
"Mereka memiliki dua nona muda, yang mana yang sedang kamu bicarakan?"
"Nona Nerada Athalia, pak."
Gavin tampak terganggu untuk beberapa saat, ada segaris senyum tipis menghiasi wajahnya.
"Lanjutkan," Gavin hanya sedikit terganggu kemudian kembali berkutat dengan berkas-berkas penting yang harus di tandatangani.
"Dia sudah diarahkan ke apartemen Black Orchid, seperti yang pernah anda perintahkan. Saya memberinya unit di lantai dua yang sudah lama kosong." Alex melanjutkan dengan sedikit getar dalam suaranya, dia hanya agak khawatir salah bertindak.
Gavin meletakkan pena begitu saja dan menutup kembali berkas yang baru dibuka. Pria itu berdiri sambil memasang jas mahal di tubuh atletisnya. "Kita kesana sekarang."
Alex menghembuskan nafas lega, syukurlah dia tidak salah bertindak.
"Lalu bagaimana dengan berkas dan kontrak kerjasama yang perlu ditandatangani?" Tanya Alex meringis melihat tumpukan berkas yang tidak berkurang di meja kerja Gavin setiap kali dia datang.
"Biarkan saja." Sahut Gavin acuh tak acuh, kemudian dalam beberapa langkah panjang dia sudah berada diluar ruangan. Alex buru-buru menyusul, tidak ingin menerima kemarahan Gavin karena terlalu lambat.
...✯✯✯...