NovelToon NovelToon
Cinta Mulia

Cinta Mulia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Pernikahan Kilat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mulia adalah seorang wanita sukses dalam karir bekerja di sebuah perusahaan swasta milik sahabatnya, Satria. Mulia diam-diam menaruh hati pada Satria namun sayang ia tak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Tiba-tiba Mulia mengetahui bahwa ia sudah dijodohkan dengan Ikhsan, pria yang juga teman saat SMA-nya dulu. Kartika, ibu dari Ikhsan sudah membantu membiayai biaya pengobatan Dewi, ibu dari Mulia hingga Mulia merasa berutang budi dan setuju untuk menerima perjodohan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Persekutuan Baru

Semenjak kepergian Dewi, dunia Mulia Anggraeni terasa kehilangan warnanya. Setiap pagi, ia melakukan ritual yang sama: mendatangi pemakaman. Ia berjalan perlahan, membawa buket bunga sedap malam kesukaan ibunya. Gundukan tanah merah itu, yang kini dihiasi nisan sederhana, adalah satu-satunya tempat ia merasa dekat dengan ibunya.

Ia akan duduk di samping makam, menyentuh nisan dingin itu seolah bisa merasakan kehangatan tangan sang ibu. Air mata tak lagi tumpah deras, berganti dengan kesedihan yang mencekik dan kemarahan yang membatu di dada.

"Bu... aku merindukanmu," bisik Mulia. Suaranya terdengar serak dan nyaris tak terdengar. "Kenapa Ibu meninggalkanku secepat ini?"

Ia menceritakan semua yang terjadi seolah ibunya masih bisa mendengarnya. Tentang Ikhsan, tentang perjodohan yang ia setujui, dan tentang janji balas dendam yang ia ucapkan di hari pemakaman.

"Aku akan melakukannya, Bu. Aku akan membuat mereka membayar. Aku akan membuat Bu Hanim menyesal telah menyentuhmu," ucap Mulia, tatapannya kini berubah tajam, jauh dari sorot mata lembut yang dulu ia miliki.

Di balik rimbunnya pohon kamboja tua, sekitar lima puluh meter dari makam Dewi, sebuah mobil SUV mewah berwarna gelap terparkir. Di dalamnya, Bu Hanim duduk, mengenakan kacamata hitam besar yang menyembunyikan matanya yang lelah dan penuh dendam. Ia tidak datang untuk berduka, ia datang untuk memastikan.

"Lihat dia, Dinda," bisik Bu Hanim dingin, menunjuk ke arah Mulia.

Dinda, yang duduk di kursi penumpang, menatap Mulia dengan rasa takut yang bercampur kebencian. "Dia terlihat menyedihkan, Ma. Kita sudah menang."

"Menang? Belum!" bentak Bu Hanim, suaranya tajam. Ia menepis tangan Dinda yang mencoba menenangkannya. "Dia belum hancur sepenuhnya. Dia masih berdiri. Dia masih punya calon suami kaya. Dan yang paling penting, dia masih bernapas!"

****

Bu Hanim mengepalkan tangannya. Pikirannya dipenuhi gambaran kamar hotel Pak Wibowo dan tatapan sinis para wartawan. Ia menyalahkan Mulia atas kehancuran rumah tangganya, atas penembakan Ikhsan, bahkan atas kegagalan rencana yang brutal.

"Dia harus tahu, rasa sakit kehilangan itu tidak hanya berhenti saat pemakaman," ucap Bu Hanim, matanya menyipit saat melihat Mulia mencium nisan ibunya. "Aku akan terus menghantuinya. Aku akan pastikan dia tidak akan pernah mendapatkan kedamaian."

"Tapi Ikhsan sudah melaporkan kita ke polisi, Ma. Kita bisa dipenjara," Dinda mengingatkan, suaranya gemetar.

"Polisi? Polisi tidak akan pernah bisa menyentuhku," Bu Hanim tertawa getir. "Suamiku punya banyak koneksi. Dan yang penting, tidak ada bukti kalau aku yang menembak Ikhsan. Aku akan menyingkirkan semua saksi yang melihatku hari itu. Dan soal ibunya, siapa yang akan percaya? Aku hanya suster yang salah masuk kamar, kan?"

Kekejian Bu Hanim kini mencapai puncaknya. Ia sudah tidak lagi peduli pada hukum atau moral. Dendam telah membuatnya gila.

"Mulia... kamu pikir dengan bersedih, kamu akan mendapatkan simpati? Tidak!" Bu Hanim bergumam. "Aku akan pastikan Ikhsan juga meninggalkannya. Aku akan membuat Mulia kehilangan segalanya. Aku akan membuat dia memohon untuk mati!"

Dinda menatap ibunya, merasa takut sekaligus terkesima pada kegilaan sang ibu. "Lalu, apa rencana kita sekarang, Ma?"

Bu Hanim tersenyum licik. Ia mengeluarkan ponselnya. "Aku akan menyerang dari dalam. Ikhsan berpikir dia bisa melindunginya? Kita lihat saja. Setiap orang punya kelemahan, dan kelemahan Ikhsan adalah... ibunya, Kartika."

"Kartika?"

"Ya. Kartika adalah wanita yang sangat menjaga nama baik dan kehormatan keluarga. Dia tidak akan pernah mau menerima Mulia jika dia tahu apa yang akan aku lakukan selanjutnya. Aku akan memutarbalikkan fakta, Dinda. Aku akan membuat Kartika percaya bahwa Mulia adalah sumber masalah yang akan menghancurkan Ikhsan," jelas Bu Hanim, merancang skema baru yang lebih keji.

Bu Hanim menatap Mulia sekali lagi, yang kini bangkit berdiri, menyeka air matanya. Meskipun Mulia terlihat rapuh, ada kekuatan baru yang tersembunyi di matanya. Kekuatan yang lahir dari kesedihan.

"Nikmati kesedihanmu selagi kamu bisa, Mulia," bisik Bu Hanim, mengucap janji penuh kebencian. "Karena setelah ini, aku akan mengambil semua yang kamu cintai. Bahkan Ikhsan."

Mobil itu perlahan menjauh, meninggalkan pemakaman. Mulia, yang merasakan perubahan angin dingin, berbalik. Ia menatap ke arah tempat mobil itu tadi terparkir, tapi ia tidak melihat apa-apa. Ia hanya merasakan aura jahat yang kuat. Ia tahu, pertempuran ini belum berakhir.

"Aku tidak akan membiarkanmu menang, Bu Hanim," gumam Mulia, mengepalkan tangannya. "Aku akan menghancurkanmu, demi Ibu."

****

Api amarah Bu Hanim tak pernah padam. Setelah peristiwa tragis yang merenggut nyawa Dewi, ia bukannya melemah, justru menjadi lebih licik dan berbahaya. Bu Hanim menggunakan skandal perselingkuhan Pak Wibowo sebagai kartu truf. Ia tidak memilih bercerai, melainkan mengikat suaminya dalam pernikahan tanpa cinta yang berlumur pengkhianatan, sembari mengambil alih kendali penuh atas semua aset dan kekuasaan suaminya di Menggara Group.

Melalui manuver hukum dan tekanan emosional, Bu Hanim berhasil memaksa Pak Wibowo menandatangani surat kuasa penuh. Kini, semua aset finansial dan saham utama suaminya telah dibalik nama atas namanya. Bu Hanim bukan lagi sekadar istri direktur, ia adalah pemegang kekuasaan de facto yang baru. Wajahnya mungkin masih dikenang karena kasus viral yang memalukan, tetapi di balik layar, ia telah menjelma menjadi musuh yang jauh lebih kuat dan tak terduga.

"Kamu pikir kamu bisa menghancurkan aku dengan skandal, Wibowo?" bisik Bu Hanim dingin di ruang kerjanya yang baru, yang kini jauh lebih besar dari ruang kerja suaminya. "Aku akan menggunakan kehancuranmu untuk membangun kekuasaanku."

Pak Wibowo hanya bisa menunduk, wajahnya tampak lelah dan kalah. "Hanim, tolong. Jangan hancurkan aku sepenuhnya."

"Diam!" bentak Bu Hanim. "Kamu sudah mati bagiku. Sekarang, aku yang akan memimpin."

Kekuatan baru ini segera ia gunakan untuk memperkuat jaringannya. Bu Hanim menghubungi sekutu paling penting yang masih setia: Soraya.

****

Di sebuah kafe mewah, Bu Hanim dan Soraya bertemu. Soraya, yang masih terluka karena penembakan putranya, Ikhsan, dan termakan hasutan lama, duduk dengan wajah tegang.

"Soraya, kamu lihat kan apa yang dilakukan Ikhsan? Dia membela wanita pembawa sial itu, Mulia. Dia bahkan berani menantangku di depan umum," kata Bu Hanim, memainkan perannya dengan sempurna.

"Aku tahu, Hanim. Aku benar-benar kecewa pada Ikhsan," jawab Soraya, suaranya bergetar. Ia masih tidak tahu bahwa Bu Hanim adalah pelaku penembakan Ikhsan.

"Mulia itu sumber masalah. Dia licik, Soraya. Dia ingin merusak Menggara Group dari dalam. Dulu suamiku, sekarang Ikhsan. Besok, siapa tahu, dia akan mengincar Satria dan seluruh perusahaanmu," Bu Hanim menanamkan ketakutan terbesar Soraya.

Soraya mengepalkan tangan. "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Satria adalah pewaris utama. Tidak ada yang boleh menyentuh perusahaan kami."

"Tepat sekali. Itu kenapa kita harus bersatu, Soraya," kata Bu Hanim, membungkuk ke depan. "Kita berdua sama-sama terluka oleh wanita itu. Kita harus menyingkirkannya. Tapi kita butuh ikatan yang kuat."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!