Tragedi menimpa Kenanga, dia yang akan ikut suaminya ke kota setelah menikah, justru mengalami kejadian mengerikan.
Kenanga mengalami pelecehan yang di lakukan tujuh orang di sebuah air terjun kampung yang bernama kampung Dara.
Setelah di lecehkan, dia di buang begitu saja ke dalam air terjun dalam keadaan sekarat bersama suaminya yang juga di tusuk di tempat itu, hingga sosoknya terus muncul untuk menuntut balas kepada para pelaku di kampung itu.
Mampukah sosok Kenanga membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bergerak cepat
Dimas sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari Jumadi, dia yang sudah mulai tahu bagaimana cara Jumadi mengelabuhi warga terus mencari celah untuk menyusup ke dalam rumah Jumadi yang di kelilingi banyak mahkluk halus taklukannya.
Bisa saja Dimas kembali menaklukan para makhluk itu dengan mengalahkan Jumadi, tapi jika itu terjadi, maka para makluk itu otomatis akan jadi makhluk taklukan Dimas dan Dimas tidak mau direpotkan dengan adanya mereka yang pasti akan mengikuti Dimas kemanapun.
"Kita harus masuk dan buat seolah olah para jin itu di bebaskan sendiri oleh dukun itu" ucap Dimas
"Sahara bisa buat satu pagar retak, tapi masalahnya mereka semua pasti akan berisik dan dukun itu akan tahu apa yang terjadi di sini" jawab Sahara
"Dukun itu pintar, dia menggunakan semua jin yang dia miliki untuk mencari pasien, bahkan gelang yang di pakai Burhan juga dia ambil lagi karena di dalamnya ada jin miliknya" ucap Dimas
"Lalu kita akan bagaimana sekarang" tanya Sahara
"Kita ke rumah Sigit" jawab Dimas
Dimas pergi dari sana, keberadaannya tidak bisa di rasakan Jumadi karena Dimas membawa Argadana dan Anggadana di tubuhnya, jadi Jumadi hanya merasakan enegi makhluk halus saja di sekitar rumahnya yang memang penuh dengan makhluk halus.
"Tapi mungkin si Wisnu sedang melayat ke rumahnya si Burhan, dia kan tangan kirinya" ucap Sahara
"Tangan kanan Sahara cantik" ucap Dimas membuat Sahara kembali cekikikan
Dimas sengaja ke sana saat Wisnu tidak ada, dengan begitu Dimas bisa mengobrol dengan Sigit dan Kenanga, meski pasti tidak akan mudah kalau Kenanga di awasi sesuatu yang membuatnya ketakutan.
"Assalamu'alaikum" ucap Dimas begitu dia sampai di rumah Wisnu
"Wa'alaikumussalam, kak Dimas" jawab Sigit terlihat senang tapi juga takut kalau sampai Wisnu pulang dan melihat Dimas di sana.
"Siapa Sigit?" tanya Dasih
"Ini Bu, saudaranya Kenanga" jawab Sigit
"Oh, yang kata kamu cucu dari saudaranya bi Putri?" tanya Dasih
"Iya Bu" jawab Sigit
"Maaf malam malam mengganggu Bu, saya Dimas, ke sini ingin bertemu Kenanga, karena hanya Kenanga yang saya kenal di kampung ini" ungkap Dimas sopan mencium tangan Dasih
"Saya justru senang, silahkan masuk saya akan minta Surti memanggil Kenanga, Sigit, minta bi Surti memanggil Kenanga dan membuatkan kopi untuk nak Dimas" ucap Dasih
"Baik Bu" jawab Sigit segera berlari ke dapur
"Nak Dimas ini kerja apa di kampung Curug?" tanya Dasih.
"Saya punya bengkel Bu, selain itu saya juga membantu papa saya mengurus lahan miliknya" jawab Dimas
"Sudah sukses berarti ya?" tanya Dasih
Dasih memang baik dan lembut, tapi dia sama dengan Wisnu, hanya akan melihat orang dari status keluarganya, dan Dimas menggunakan status keluarganya untuk mendekati keluarga Wisnu.
"Alhamdulilah Bu, lahan papa sudah puluhan hektar dan bengkel saya hanya satu satunya yang punya onderdil paling komplit, pekerja saya juga sudah banyak itu sebabnya saya ingin ke sini untuk mengucapkan selamat atas pernikahan Kenanga, tapi saya terlambat, saya dengar Kenanga di ceraikan suaminya" jawab Dimas
"Kamu benar, Kenanga datang dalam keadaan berantakan, dia bilang dia di usir suaminya dan saya dan suami saya menolong dia" Jawab Dasih
"Alhamdulillah terima kasih karena sudah baik pada Kenanga, mungkin setelah ini saya akan bawa Kenanga ke Curug supaya bisa berkumpul dengan keluarganya" ungkap Dimas
"Maaf sebelumya, tapi Kenanga sudah bersedia untuk...."
"Mas Dimas" panggil Kenanga
Dimas tersenyum dan langsung berdiri lalu memeluk Kenanga, bukan pelukan biasa tapi Dimas sedang memasangkan sesuatu yang akan membuat jin yang mendiami tubuh Kenanga tidak betah dan pergi.
"Sepuluh, ada sepuluh jin dalam tubuhku dan membuatku tak bisa bergerak bebas" bisik kenanga
"Kenanga, duduklah" ucap Dasih
"Iya kak, Kenanga senang karena bisa bertemu dengan mas Dimas" ucap Kenanga duduk di samping Dasih dan Sigit duduk di samping Dimas.
"Aku ingin membawamu ke Curug, supaya kamu bisa punya keluarga lagi" ungkap Dimas
"Tapi...."
"Kenanga sudah menerima lamaran suami saya, dia akan jadi madu saya karena saya menganggap Kenanga sebagai saudari saya Mina yang sudah meninggal" ungkap Dasih
"Tante Mina juga menitipkan Kenanga pada kami dulu" ungkap Dimas
"Tapi ayahnya menitipkan Kenanga pada saya dan suami saya" jawab Dasih
"Apa kamu yakin mau tinggal di sini dan menikah dengan pak Wisnu?" tanya Dimas
"I.. Iya mas" jawab Kenanga karena di tatap tajam Dasih.
"Ada apa ini?" tanya Wisnu yang langsung pulang setelah mendapatkan kabar kalau Dimas datang ke rumahnya.
"Ini saudaranya Kenanga mas, katanya ingin memberikan hadiah, hadiah pernikahan untuk kalian" jawab Dasih karena tidak mau ada keributan.
"Oh, jadi kamu yang di maksud almarhum Burhan adalah saudara Kenanga" ucap Wisnu yang tiba tiba berubah ramah.
"Iya, ini hadiah dari saya dan juga papa, papa tidak bisa ikut karena sedang ada tamu dari keluarga pesantren di Ciremai" jawab Dimas memberikan paper bag yang dia bawa.
"Keluarga mana?" tanya Wisnu
"Darmawan, Bintang Darmawan dan Mbah Putri adalah sepupu kakek saya" jawab Dimas berbohong
"Saya tahu keluarga Darmawan, kalian termasuk orang terkaya di sana setara dengan keluarga Raharja" ungkap Wisnu menepuk bahu Dimas membuat Sigit menatapnya malas.
"Kebetulan papa Galuh adalah mertua saya, saya menikah dengan anak bungsunya" jawab Dimas
"Jadi kamu sudah menikah?" tanya Dasih yang mengira Dimas akan membawa Kenanga untuk di jadikan istrinya.
"Sudah Bu, bahkan Istri saya baru melahirkan beberapa minggu ini" jawab Dimas
"Kenanga mau melihat bayi kalian" ungkap Kenanga
"Nanti, saat pesta pernikahan kamu dengan mas Wisnu, undang seluruh keluargamu" bujuk Dasih
"Baik kak" jawab Kenanga yang mulai merasakan panas di tubuhnya.
Sigit memperhatikan itu, tubuh Kenanga terus bergerak tak tenang dan terlihat kepalanya mengeluarkan asap. Dia yang tidak mau rencana Dimas gagal segera memakaikan jaket miliknya ke kepala Kenanga agar Wisnu tidak melihat asap itu dan memanggil Jumadi.
"Sigit kenapa kamu tidak sopan pada Kenanga" kesal Wisnu
"Itu pak, di rambut Kenanga tadi ada kotoran cicak, Sigit tutupi karena sepertinya Kenanga tidak nyaman" jawab Sigit
"Astaga, segera bersihkan Kenanga, mandi dengan air hangat karena ini sudah malam" ucap Dasih khawatir
"Biar Sigit siapkan airnya Bu, nanti bi Surti yang akan bantu Kenanga, ayo Kenanga segera bersihkan, malu kalau sampai bapak kecup rambut kamu dan tercium bau tai cicak" ajak Sigit menarik tangan Kenanga
"Mereka juga sangat dekat ya Bu, sayang belum berjodoh" ungkap Dimas
"Mereka memang teman sejak kecil" jawab Wisnu membuka kado dari Dimas dan dia terkejut karena isinya adalah jam tangan emas juga kalung berlian.
"Ini sangat mewah untuk ukuran kado pernikahan" ungkap Wisnu
"Itu adalah tanda penghormatan kami pada Kenanga dan juga suaminya" jawab Dimas
Di kamar Kenanga
"Aakhhhh panas! Kenapa panas sekali!" teriak para sosok yang mendiami tubuh Kenanga, lebih tepatnya jasad Putri.
"Kenanga apa kamu butuh sesuatu?" tanya Sigit khawatir karena kepala Kenanga semakin berasap.
"Tidak, Kenanga harus tahan, Kenanga tidak mau terjebak dengan lelaki jahat itu" jawab Kenanga meremas jaket Sigit yang masih menutupi kepalanya.
"Ini, minum dulu, supaya kamu tidak kepanasan" ucap Sigit memberikan air yang di dalamnya sudah dia campurkan daun sirih merah pemberian Sahara.
"Aakhhhh!"
Kenanga berteriak tapi mulutnya langsung di bekap Sigit.
"Tahan Kenanga, Sahara bilang ini adalah efek dari sirih merah yang aku berikan, para jin itu akan otomatis terbakar di dalam tubuhmu jadi bertahanlah" bisik Sigit
"Mas... Jumadi tahu, dia tahu dan dia sedang menuju ke sini, segera cabut paku di kepala Kenanga!" ucap Kenanga dengan nafas yang sudah terlihat lemah.
"Sahara..."
"*Sahara di sini, baringkan Kenanga, dan kamu jaga di depan pintu jangan sampai ada yang masuk" ucap Sahara*
kenanga tutut blasa mu aq mah hayok
menarik di awal bab