Ustadz Yusuf, I Love You

Dua minggu kemudian, hubungan Zora dengan Bu Lasmi sudah dekat, bahkan para warga sangat menghormati Zora, seperti mereka menghormati Ayudia dan keluarga pesantren....

Ayudia dan kakaknya Yusuf melangsungkan pernikahan secara sederhana di pesantren... mereka berdua sudah saling menerima, karena memang itu sudah menjadi takdir mereka...

" selamat ya, sekarang kau sudah menjadi kakak iparku semoga Allah memberkahi pernikahan mu " ucap Zora tersenyum lembut, memeluk Ayudia yang kini sedang berdiri di pelaminan dengan gaun syari yang sangat cantik.

" terimakasih Zora...." balasnya tersenyum tulus...

Orang tua Zora juga ikut memberi ucapan pada kakak ipar Zora juga pada besannya...

Orang tua Zora memutuskan untuk ikut tinggal di desa Purbasari, karena mereka ingin masa tuanya bisa dekat dengan putri mereka satu-satunya, mereka masih tinggal di hotel, karena mereka sedang membangun rumah , mereka membeli tiga rumah kosong yang hampir ambruk di dekat rumah Yusuf, lalu membongkar semuanya,dan kini sedang dalam proses pembangunan.

Apalagi mereka memutuskan untuk mengadakan acara resepsi di hotel mewah yang berada di pemandian air panas , ...untuk perusahaan nya, papa Surya menunjuk keponakannya itu untuk meneruskan perusahaannya .

 Acara sudah selesai dan kini mereka sudah berada di rumah Yusuf...

" rumahmu minimalis tapi sangat lengkap, furniture nya juga modern " kata mama Farida setelah melihat isi di dalam rumah putrinya.

" Alhamdulillah mah, sebelum Zora kembali waktu itu, mas Yusuf sudah mempersiapkannya, padahal Zora kira, Zora akan tinggal di dalam rumah seperti Bu Suci..., serba terbatas" jawabnya terkekeh.

" Suamimu sangat baik nak, dia tidak mau membuat istrinya kecapean " kata mama Farida mengelus rambut putrinya yang tetap terawat, bahkan kulit nya masih bersinar seperti dulu, padahal hidup di desa .

" benar mah, bahkan yang mencuci baju Zora adalah mas Yusuf" kata Zora tersenyum malu membuat mama Farida membelalakkan matanya karena terkejut, karena biasanya laki-laki tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah.

" benarkah?" tanya mama Zora.

" iya mah, kami membagi tugas, untuk yang berat-berat mas Yusuf yang mengerjakan, kalo Zora fokus memasak sama membersihkan debu" jawabnya nyengir kuda...

" Alhamdulillah.... amalan apa yang mama dan papamu lakukan, sehingga anak nakal mama ini bisa mendapatkan seorang suami yang begitu meratukan istrinya " ucapnya terkekeh.

" mungkin karena papa dan mama memberikan Zora makanan halal, juga mama menjadi donatur tetap di panti asuhan sana" balas Zora dengan mata berkaca-kaca.ia memeluk mamanya, dia sangat merindukan pelukan mamanya, dulu semenjak dirinya memasuki bangku SMA sudah jarang memeluk mamanya, kecuali sedang sakit...kini semenjak Zora berubah, dia ingin berbakti kepada orang tuanya meski berjauhan tapi sekarang dirinya senang, karena orang tuanya memutuskan untuk tinggal di sini....

Sedangkan Yusuf masih sibuk membantu membereskan sisa-sisa acara resepsi yang baru saja selesai....

Beberapa hari kemudian sebelum acara resepsi pernikahan Yusuf dan Zora, ada Sebuah kabar gembira.... keluar besar datang menyambut keluarga Kyai Rahman. Rukayyah, adik bungsu Ustadz Yusuf, akan segera kembali ke Pesantren setelah bertahun-tahun menempuh ilmu di Timur Tengah.

Sebenarnya, Ustadz Yusuf telah menyelesaikan studinya di Kairo, Mesir, tiga tahun yang lalu. Namun, ia mendapatkan misi khusus untuk menjadi pengajar di sana sekaligus menemani Rukayyah hingga adiknya itu menyelesaikan pendidikannya. Kini, misi itu usai, dan Rukayyah kembali ke tanah air.

Saat mobil yang menjemputnya tiba di gerbang Pesantren, semua mata tertuju pada sosok yang turun dari kursi belakang.

Rukayyah adalah gadis muda yang luar biasa. Dia dikenal sebagai gadis cantik dan solehah yang memiliki kecerdasan tajam. Penampilannya sangat mencolok di tengah keramaian.

Ia mengenakan pakaian serba hitam yang menutup sempurna dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Wajahnya tertutup rapat oleh niqab yang hanya menyisakan pandangan mata yang cerdas.

Meskipun tertutup, ia memancarkan aura keberanian dan kepercayaan diri yang besar. Langkahnya mantap, berbeda dengan kebanyakan wanita desa yang berjalan menunduk.

Yusuf menyambut adiknya dengan pelukan hangat yang penuh kerinduan.

"Alhamdulillah, Ayya. Akhirnya kamu sampai, Adikku." ucap Yusuf terharu...

Rukayyah dengan Suaranya yang lembut, namun tegas membalas "Alhamdulillah, Mas Yusuf. Barakallahu fiik."

Yusuf kemudian memperkenalkan Zora, yang berdiri di sampingnya dengan perasaan gugup namun penasaran.

"Ayya, kenalkan, ini Zora. Istriku, dan kakak iparmu." ucap Yusuf dengan bangga memperkenalkan istrinya.

Rukayyah mengangguk sopan, dan matanya yang tajam di balik cadar hitam menatap lurus ke arah Zora.

"Selamat datang di keluarga kami, Kak Zora. Semoga Allah memberkahi pernikahan kalian." ucap Rukayyah ramah....

Zora tersenyum, merasakan adanya kekuatan dan ketegasan yang luar biasa pada diri adik iparnya ini. Kehadiran Rukayyah yang eksotis dan berani dari Kairo dipastikan akan membawa dinamika baru dalam kehidupan Zora di Pesantren.... Namun sepertinya pemikiran Zora salah, karena beberapa bulan ke depan Rukayyah akan di nikahkan dengan seorang pengusaha sukses dari kota kelahiran Zora, sesuai wasiat kakeknya dulu.

Zora dan Rukayyah segera menemukan kecocokan yang unik dan mendalam. Di mata Rukayyah, Zora bukan hanya sekadar kakak ipar, tetapi cerminan dari semangat pemberontakan dan keberanian yang ia miliki, meskipun berasal dari jalur yang berbeda. Berbeda dengan kakak iparnya Ayudia , memang dari kecil sudah menjadi pribadi yang santun, lembut dan penurut, jadi Rukayyah lebih terbuka dengan Zora , apalagi mereka seumuran,kalau dengan Ayudia, Rukayyah merasa canggung, apalagi Rukayyah usianya dengan Yusuf sama, jadi Rukayyah tidak bisa leluasa untuk bercerita tentang kehidupannya yang tidak di ketahui oleh keluarganya termasuk Yusuf yang tinggal bersama di Kairo meski beda tempat tinggal.

Dulu, keberanian Zora terwujud dalam kenakalan dan sikap blak-blakannya dalam menghadapi kerasnya kehidupan metropolitan. Keberaniannya adalah luapan emosi dan kejujuran diri tanpa takut pada pandangan manusia.

sedangkan Keberanian Rukayyah lebih terstruktur, lahir dari ilmu yang mendalam. Ia berani menghadapi kerasnya dunia dengan logika, ilmu bahasa asing yang ia kuasai, dan kemampuan untuk membela diri. Ia tahu kapan harus menggunakan hati, otak, maupun melawan secara fisik jika diperlukan, sebuah keseimbangan yang tidak dimiliki kakak-kakaknya.

Tanpa diketahui oleh siapapun di Pesantren, termasuk Kyai Rahman, Rukayyah memiliki rahasia besar, dia adalah seorang hacker yang sangat mahir.

Namun, entah mengapa, saat bertemu dengan Zora, Rukayyah merasa menemukan kesamaan dan partner yang sepadan. Di mata Rukayyah, Zora memiliki kegigihan dan semangat tempur yang tidak dimiliki oleh kakak-kakaknya, terutama Yusuf, yang seringkali terlalu lembut, tidak tegaan, dan selalu menggunakan hati.

Di sebuah sore yang tenang, Rukayyah memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Zora, tentang kemampuannya membaca berbagai kode, kemampuan berbagai bahasa asingnya, dan bagaimana ia menggunakan keahliannya untuk hal-hal yang benar.

Rukayyah menatap lekat kakak iparnya "Aku merasa Kak Zora adalah orang yang paling mengerti. Kakak tidak akan menganggapku aneh. Kakak dan aku sama-sama tahu bagaimana rasanya harus berjuang dan melawan dunia di jalur kita masing-masing."

Zora mengangguk setuju" jadikan aku sahabatmu meski aku adalah kakak ipar mu" ucap Zora tegas, berbeda saat dirinya berbicara dengan warga, suaminya dan orang luar.