Disclaimer : Novel ini hanya pure karangan dari imajinasi author saja, tak ada kaitannya dengan sejarah manapun. Nama- nama dan tempat ini juga hanya fiktif belaka, tak berniat menyinggung sejarah aslinya, semoga kalian suka🙏
****
Jihan Athala adalah seorang aktris muda yang terkenal, kepiawaiannya dalam berakting sudah tak perlu di ragukan lagi, tapi satu hal yang tidak di ketahui semua orang, dia merasa terkekang, hatinya kosong. Jihan merasa bosan dengan kehidupan glamor yang monoton. Hingga suatu hari sebuah kecelakaan merenggut nyawanya tapi bukannya pergi ke alam baka, jiwanya malah ber transmigrasi melintasi ruang dan waktu, saat membuka matanya Jihan menyadari dirinya bukan lagi seorang aktris yang hidup dalam dunia glamor yang membosankan namun terbangun sebagai Sekar wulan, seorang istri dari adipati kerajaan lampu yang terkenal bengis dan selalu berwajah angker.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian : 16
Di sepanjang jalan menuju pendopo, tempat nya akan menemui Agni Rara, raden Erlangga terus saja melamunkan perkataan Sekar wulan. Setiap kata yang keluar dari mulut gadis itu terdengar begitu meyakinkan, namun bisakah ia mempercayainya? dan apa maksud nya tiba-tiba dia berbicara begitu? Raden erlangga sama sekali tak mengerti apa dari tujuan Sekar wulan berbicara seperti itu.
Soal sikap dan tindakan, Raden Erlangga percaya seratus persen pada Kanjeng ayu Agni rara, karena ayahnya--- Tumenggung adhijaya merupakan guru raden erlangga di padepokan dulu. Mereka sudah saling mengenal semenjak raden erlangga berusia 10 tahun sedangkan Agni rara berusia 4 tahun. Mereka tumbuh bersama di padepokan, Raden erlangga sebagai murid sedangkan Agni rara sebagai putri dari gurunya. Saat di padepokan dulu, Agni rara adalah salah satu orang yang peduli padanya di saat semua orang meremehkan dan mengolok-olok asal- usulnya sebagai anak haram raja. Di saat itu hanya tiga orang yang percaya dan mendukung nya, ki Sodewo, Ki adhijaya yang saat itu belum jadi seorang Tumenggung dan Agni rara.
Seumur hidup Raden erlangga sebagai seseorang yang menghargai ketulusan dan pengorbanan, selama nya akan selalu berhutang budi pada mereka karena tanpa dukungan ketiga orang ini, Raden Erlangga tak mungkin berdiri sekarang sebagai seorang adipati yang di segani oleh rakyat dan di takuti oleh musuh. Itu sebabnya ketika Sekar wulan berbicara yang tidak- tidak soal Agni rara, ia langsung melirik tajam karena rasanya tak bisa percaya dengan apa yang di katakan gadis itu.
Dan sekarang Raden Erlangga sudah berada di pendopo, di depan nya dengan hanya berjarak beberapa langkah, Raden Ayu Agni rara tersenyum lebar kepada nya, wajahnya cerah bak matahari yang sekarang sudah muncul di atas langit setelah awan hitam menghilang.
"Kangmas! " gadis itu sedikit memekik riang dan setengah berlari menghampiri nya.
Lantas di luar pendopo, tepatnya di jalan setapak yang akan menuju kuil, berdiri Sekar wulan di sana. Awalnya ia hanya ingin lewat tapi kakinya tiba-tiba di paksa berhenti untuk melihat kedua manusia yang ada di dalam pendopo itu.
Dan apa yang dia lihat sekarang, cukup membuat nya mengerti betapa penting sosok perempuan itu di kehidupan sang adipati. Hatinya merasa tersentil kala melihat senyum di wajah Raden Erlangga. Ya, laki-laki itu tersenyum, senyum yang tak pernah Sekar wulan lihat sebelum nya, di antara datar yang selalu ia lihat di ekspresi wajah pria kaku itu.
Namun di hadapan Agni rara dia tersenyum ramah. Sekar wulan tak mengerti harus kah ia bersyukur karena setelah sekian lama akhirnya bisa melihat senyum pria itu atau sedih karena senyum yang lihat bukan tertuju untuk nya pun tidak tercipta dari nya. Senyum itu hanya untuk Agni rara.
Bahkan di saat perempuan itu setengah berlari dan menghambur memeluk nya, Raden Erlangga tetap diam. Awalnya Sekar wulan merasa sedikit bersyukur karena laki- laki itu tetap bergeming dan tak membalas pelukan itu tapi ternyata dia salah karena setelah nya, raden Erlangga justru mengusap kepala Agni rara dengan sayang, dan senyum tak pernah luntur.
Tanpa sadar Sekar wulan meremat kuat piring persembahan di tangannya dan ketika kedua orang itu menyadari kehadirannya dan tatapan mereka jatuh kepada nya, Sekar wulan sontak membuang muka ke sembarang arah seakan tak pernah melihat apapun.
"Jangan di lihat Sekar wulan, jangan dilihat!" dalam hati ia terus mengucapkan itu berulang kali dengan hati yang entah, dia sendiri tak tahu bagaimana lagi bentuk nya.
Tetapi meskipun hatinya terasa nyeri namun begitu melewati mereka, gestur tubuh nya segera berubah. Dia tetap jalan dengan tegak dan membusungkan dada, dengan lenggok langkah yang elegan serta tatapan hanya lurus ke depan seolah tak melihat apa- apa, hanya agar dirinya tak terlihat lemah di hadapan mereka.
Sementara Agni rara yang melihat Sekar wulan berjalan dengan cepat melewati mereka, diam-diam menarik sudut bibir, tersenyum puas. Matanya terus melirik ke arah gadis berkulit putih susu itu. Orang-orang bilang Sekar wulan sangatlah cantik, telinganya sangat panas setiap kali orang-orang memuji gadis itu. Tapi ya buat apa cantik, kalau tak bisa memikat laki-laki di hadapan nya saat ini? dulu dia merasa selalu kalah dari Sekar wulan tapi untuk saat ini ia merasa pantas untuk merayakan kemenangan kecilnya.
"Cih, kau lihat itu Sekar wulan? tak perduli jika kau merubah sikap mu atau sekeras apapun kau berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan kangmas Erlangga tak akan merubah apapun karena satu- satunya wanita yang ia perbolehkan ada di kehidupan nya hanya aku. Hanya aku Sekar wulan. "
Ah, rasanya sangat menyenangkan melihat mendung di raut wajah Sekar wulan tadi meskipun saat melewati mereka, gadis itu bersikap sok tegar namun dia tahu Sekar wulan sudah ada di sana sejak dia memeluk raden Erlangga tadi. Ia merasa jika perempuan itu sudah menaruh hati pada raden Erlangga padahal sebelumnya seluruh kerajaan ini tahu betapa dia sangat mencintai raden kertayasa. Entah apa yang terjadi padanya hingga sikap dan perilaku nya bisa sangat berbeda dari Sekar wulan yang dulu.
Tapi apapun itu, Agni rara tak peduli, asal raden Erlangga tidak terpengaruh dengan perubahan sikap Sekar wulan, dia tetap merasa aman.
"Kangmas." Panggilnya lagi, kali ini memutuskan untuk fokus kembali pada lelaki di depan nya.
"Hmm." Sahut raden Erlangga, singkat.
Agni rara tersenyum, ia hendak melanjutkan apa yang akan di ucapkan nya tapi matanya tiba-tiba mendelik kala menyadari ternyata fokus laki-laki itu bukan tertuju untuk nya tetapi pada apa yang ada di samping mereka. Ya, lebih tepat nya di jalan yang di lalui Sekar wulan.
Agni rara cemberut sontak saja mengikuti arah pandang raden Erlangga yang benar saja sedang mengarah pada sosok gadis yang sudah semakin menjauh untuk menuju kuil, hingga semakin mengerucut lah bibir Agni rara melihat itu.
"Kangmas ih, nyimas sedang bicara padamu! " Sungut Agni rara dengan suara manja yang di buat- buat. Tentu dia sudah sering berakting seperti ini di depan semua orang.
Wajahnya ia buat selemah mungkin dan barulah raden Erlangga melirik ke arahnya.
"Maaf, aku sedang tak fokus. " Hanya itu alasan yang di berikan Raden Erlangga dan Agni rara tahu pria itu berbohong.
"Hmm, nyimas Agni, biasanya kau kesini untuk memberikan laporan dari ayahanda mu bukan? "
"Iya."
"Baiklah berikan padaku. "
Agni rara dengan isyarat dari matanya memerintahkan emban yang mengikuti di belakang nya untuk menyerahkan gulungan laporan dari Tumenggung adhijaya. Inilah privilege yang selalu ia manfaat kan.
Dengan status ayahnya sebagai Tumenggung di bawah pemerintahan adipati Raden Erlangga, Agni rara akan selalu menggunakan kesempatan mengantar laporan dari ayahnya untuk bertemu dengan Raden Erlangga di Kadipaten nya. Setidaknya dengan cara ini Agni rara akan senantiasa nya menatap laki-laki pujaan nya itu meski tak selalu.
Saat Agni rara mengambil gulungan itu, tangan raden Erlangga sudah terulur untuk menerima nya namun gadis itu sengaja menahan nya.
"Tapi, tunggu! "
Dahi Raden Erlangga sontak berkedut, sebelah alisnya terangkat. "Ada apa? "
"Nyimas ingin bertanya pada mu. "
"Bertanya apa? "
"Kangmas apakah kangmas sudah mulai mencintai Sekar wulan? "
Dahi raden Erlangga semakin mengkerut mendengar nya. Tunggu, bagaimana dia harus menjawab?
*****
lanjut Thor semangat 💪👍 trimakasih 🙏
ayo Thor lanjut up semangat 💪👍❤️🙂🙏
lanjutkan Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏
ayo lanjut Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏
lanjut Thor semangat 💪 salam sehat selalu 🤲🙂❤️🙏
maturnuwun Thor lanjut critanya ...
ibu suka crita transmigrasi semoga sukses, salam sehat selalu ya Thor 💪👍❤️ lanjut 🙏