NovelToon NovelToon
MANUSIA ABADI

MANUSIA ABADI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Menjadi Pengusaha / Kultivasi Modern
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Taufik

Sebelum ada bintang, sebelum Bumi terbentuk, dia sudah ada.

Makhluk abadi tanpa nama, yang telah hidup melewati kelahiran galaksi dan kehancuran peradaban. Setelah miliaran tahun mengembara di jagat raya, ia memilih menetap di satu tempat kecil bernama Bumi — hanya untuk mengamati makhluk fana berkembang… lalu punah… lalu berkembang lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyelamatkan Nyawa

Langit masih gelap. Awan hitam yang menggantung di atas reruntuhan memberi nuansa kelam pada tanah yang telah tercabik perang. Bau mesiu dan darah masih menggantung, seperti tak ingin pergi begitu saja. Dalam kabin helikopter, semua terasa sunyi. Hanya deru rotor yang bergema di telinga.

Alex Chu duduk di sudut kursi besi helikopter, wajahnya tak berubah sejak awal. Seragamnya masih bersih seolah pertempuran tadi tak pernah menyentuhnya. Di sisi lain, Kapten Leng Yuran menggenggam erat gagang pintu helikopter yang terbuka setengah, menatap ke luar dengan mata yang masih menyimpan kekhawatiran.

> “Lima menit menuju titik koordinat. Suara darurat dari tim satu dan tim tiga telah dikunci,” suara pilot bergema lewat radio.

“Siapkan tim medis, ada yang mungkin sekarat,” jawab Leng pendek.

Helikopter menukik turun. Lampu sorotnya menyapu tanah, menyibak gelap. Suara tiupan angin dan debu yang terangkat menyambut mereka saat kaki besi helikopter menyentuh tanah.

Tampak siluet tubuh-tubuh bersandar pada bangkai kendaraan militer dan reruntuhan bunker darurat. Beberapa mengangkat tangan lemah ke udara, yang lain hanya bisa menatap helikopter dengan mata yang setengah tertutup. Darah menodai tanah.

Alex turun lebih dulu tanpa aba-aba. Tidak tergesa, tidak lambat. Diam, tapi menggentarkan.

> “Alex... Chu... dia ikut...?” gumam seorang prajurit yang bahkan tidak yakin dirinya masih hidup.

Kapten Leng menyusul, diikuti dua tim medis bersenjata lengkap.

Ketika mereka menyisir lokasi, tiga prajurit terlihat dibaringkan berdempetan, tubuh mereka berlumuran darah. Detak jantung mereka hampir tidak terdeteksi. Satu dengan peluru menembus paru-paru, satu lagi patah tulang dan pendarahan internal, dan yang terakhir — luka di kepala membuat napasnya terputus-putus.

> “Mereka... sudah tak bisa diselamatkan,” kata salah satu medis pelan, menggelengkan kepala.

Namun, Alex Chu melangkah mendekat.

Tanpa berkata sepatah pun, ia berlutut di sisi mereka. Jemarinya menyentuh leher prajurit pertama, lalu yang kedua, ketiga... semua dalam kondisi kritis. Namun matanya tetap tenang, jernih seperti tak ada keraguan.

> “Panas,” bisik salah satu medis saat mendekat. “Tubuh mereka... mendadak hangat kembali?”

Dari tangan Alex, suhu aneh menjalar. Seperti energi tak terlihat. Tapi bukan pengobatan medis konvensional. Ini seperti... kekuatan yang berasal dari sesuatu yang tak bisa dijelaskan.

Tubuh prajurit pertama mendadak kejang, lalu mulai bernapas dengan normal.

Yang kedua memuntahkan darah beku, lalu matanya terbuka sedikit.

Dan yang ketiga... napasnya yang tadinya terputus, kini mulai teratur.

> “Mereka... hidup?” seru seorang medis, matanya membelalak.

Alex bangkit berdiri, tanpa menjelaskan apapun. Wajahnya tetap tenang, hanya berkata datar:

> “Rawat mereka. Kalau masih mati setelah ini, itu salah kalian.”

Para medis terdiam. Tak satu pun berani membantah.

Kapten Leng mendekat dengan sorot mata yang tak bisa menyembunyikan keterkejutan. “Kau... menyelamatkan mereka?”

Alex tak menjawab. Ia hanya berjalan kembali ke arah helikopter yang kini sudah siap menampung mereka.

Beberapa menit kemudian...

Sisa tim satu dan tim tiga yang masih mampu berjalan dibantu naik. Sebagian masih bisa memberi hormat pelan, sebagian hanya bisa menatap kosong ke arah sosok Alex yang berdiri di ujung pintu kabin.

Tiga prajurit yang tadi sudah hampir dikafani kini dibaringkan dengan infus menggantung, stabil... dan masih hidup.

> “Dia muncul dari kobaran api... lalu menghidupkan orang yang sudah sekarat…” bisik seorang prajurit muda.

> “Kalau ada yang mengatakan dia bukan manusia... mungkin aku juga akan percaya,” jawab yang lain lirih.

Di dalam helikopter, keheningan kembali mengisi kabin.

Kapten Leng duduk, menatap Alex dari seberang.

> “Apa kau... pernah ragu?” tanya Leng, pelan.

> “Tidak,” jawab Alex singkat.

> “Kau tahu mereka masih bisa diselamatkan?”

> “Kalau aku tidak yakin, aku tak akan datang.”

Jawaban yang singkat itu menggema dalam kepala Leng. Dia menyandarkan punggungnya pada dinding logam helikopter, lalu menatap langit melalui jendela bulat.

Helikopter kembali mengudara. Di kejauhan, cahaya pangkalan militer utama mulai terlihat seperti bintang di cakrawala.

> “Kembali ke rumah,” gumam salah satu prajurit.

> Tapi... bagi sebagian dari mereka, rumah hanyalah tempat yang lebih sunyi dari medan perang.

1
Dah Leha
bagus dan menarik
Mít ướt
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
Rizitos Bonitos
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Azure
Terima kasih penulis hebat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!