Istri Kecil Om Duda

Universitas Nusantara

  Selepas jam makan siang, Leon menyempatkan diri untuk menemui salah satu sahabat dekatnya yakni Robert Mandala, yakni sebagai Rektor di kampus tersebut.

Kedatangannya ke kampus, cukup menjadi pusat perhatian para mahasiswi sekitar. Pesona pria matang ini memang tak pernah meredup dari zaman ia masih menyandang status sebagai seorang Mahasiswa.

"Lama kita tak jumpa ya kawan, bagaimana kabarmu, Leon?" tanya Robert sambil berjabat tangan.

"Kabarku selalu baik, apalagi setelah aku kembali menikah!" Leon sampai menyimpulkan senyumnya.

Robert yang mendengarkan kabar baik tersebut merasa ikut berbahagia.

"Kau hebat sudah dua kali menikah, sedangkan aku masih bertahan dengan statusku yang jomblo ini!" Robert sampai menggeleng akan nasibnya sebagai bujang lapuk, diusianya yang sudah lebih dari kepala tiga ini, Robert mulai lelah dengan kesendiriannya.

"kalau bukan karena suatu peristiwa, mungkin aku hanya cukup satu kali menikah, tapi sudahlah mungkin semua ini sudah menjadi suratan takdir." jawabnya seolah pasrah.

Kemudian Leon di persilahkan duduk di kursi sofa di dalam Ruangannya Robert.

"Bolehkah aku tahu maksud dan tujuanmu datang ke kampus ini? Atau mungkin kau mulai merindukan aku?" tanya nya seolah mengejek.

Leon malah mengernyitkan dahi ketika Robert berkata seperti itu."Jangan kepedean dulu kamu, Robert! Kedatangan ku kesini tidaklah datang dengan cara cuma-cuma."

"Lantas?"

"Aku ingin mendaftarkan istri dan juga keponakanku untuk kuliah di sini, apakah masih di buka pendaftaran mahasiswa dan mahasiswi baru?" tanya Leon secara serius.

"kebetulan masih ada, kemungkinan masuk pendaftaran di gelombang ketiga, dan masih tersisa 20 kuota lagi, kau kebetulan sekali datang kesini, eh tapi ngomong-ngomong kenapa istrimu juga mau ikutan kuliah disini?" Robert tampak penasaran.

"Istriku baru lulus sekolah SMU!"

"Apa? Kau tidak salah menikahi gadis belia, Leon? Kok bisa?" tanyanya sampai kedua matanya melotot dan mau copot.

Leon malah melipat kedua tangannya di atas dada."ya bisa saja lah, meskipun usiaku sudah lebih dari kepala tiga, tapi aku masih pantas mendapatkan seorang gadis kecil yang sangat lucu dan juga imut." jawabnya begitu percaya dirinya.

Sedangkan Robert, ia malah menyipitkan kedua matanya karena menaruh curiga terhadap Leon."Hei...kau bukanlah seorang pedofil kan?"

"Enak saja, istriku ini sudah bukan di bawah umur lagi, sudahlah jangan berpikiran yang macam-macam, oh iya aku mau tanya sesuatu padamu, Robert!"

"Apa yang ingin kau tanyakan?" ucapnya sampai merubah posisi tempat duduk.

"Aku ingin tahu apakah istriku pernah mengikuti seleksi penerimaan Mahasiswi berprestasi dengan jalur beasiswa di kampus ini?" tanyanya secara tegas

"jalur beasiswa? Memang di sini ada jalur seperti itu, tapi di gelombang pertama, kalau boleh tahu siapa nama istrimu itu, biar aku cek disini."

Akhirnya Leon menyebutkan nama Ayunda Maharani berikut nama sekolah terakhirnya.

Kemudian Robert memerintahkan salah satu pegawai yang mengurus pendaftaran dan juga Administrasi kampus untuk mengecek nama tersebut.

Tidak butuh waktu lama, akhirnya Robert berhasil mendapatkan nama tersebut, lalu menyerahkannya kepada Leon.

"Apa yang kau maksud, adalah Ayunda Maharani yang ini?"

Leon meraih selembar kertas tersebut, lalu segera melihatnya. Dan benar saja disitu tertera biodata lengkap Ayunda beserta pas poto 3x4 dan masih mengenakan seragam sekolah yang sama dengan Rian.

Apalagi saat Leon melihat nilai yang diraih oleh Istri tercintanya, benar-benar di buat melek.

"Waw, tinggi sekali nilainya, aku tak menyangka dia adalah wanita yang cerdas.

"Jadi betulan gadis ini adalah istrimu, Leon?" Lagi-lagi Robert menatap tak percaya.

"huummm...betul sekali Robert, dia adalah istriku, dan aku ingin ia tetap melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi lagi, disini ia mengambil fakultas kedokteran, waw.. jadi istri kecilku memiliki cita-cita menjadi seorang Dokter!" jawabnya dengan rasa bangga.

"Betul sekali Leon, tapi mengapa saat pendaftaran ulang calon mahasiswa dan siswi yang mendapatkan beasiswa satu bulan yang lalu, istrimu itu tidak datang? Tapi masih ada kesempatan untuk kembali mengisi formulir pendaftaran calon Mahasiswi di kampus ini, dan sebaiknya besok istri dan juga keponakanmu itu datanglah ke kampus, bagaimana?"

"Off course, aku pastikan istri dan keponakanku akan datang besok!"

Mansion Argantara

Nyonya Sandra sampai bergelak tawa ketika Rian menceritakan kisah dirinya bersama dengan Ayunda saat masa SMU.

"Kalian ini sungguh sangat lucu sekali, beruntungnya kau dan juga Ayunda tidak sampai terkena hukuman."

"Beruntungnya ada Ayunda, Oma! Hampir seluruh guru di SMU Pelita Bangsa sangat menyayangi Ayunda, jadi aku bisa amanlah karena tante Ayu pada saat itu telah membelaku dari amukan pak guru Heri yang super galak, padahal cuma gara-gara aku lupa membawa tugas ke sekolah." Rian sampai melirik sekilas ke arah Ayunda yang mulai menunjukan senyum tipisnya, ia pun masih ingat akan momen yang cukup menggelikan itu. Tapi tetap saja Ayunda tak begitu banyak bicara terhadap Rian dan juga Oma Sandra. Ayunda seolah menghindar agar tidak terjadi kembali keakraban antara dirinya dan juga Rian, apalagi status nya saat ini sudah menikah. Seandainya saja Rian tidak mengungkapkan perasaannya dan bersikap kasar pada acara makan malam tempo hari, mungkin dirinya akan bersikap biasa saja dan tak sedingin ini. Ayunda sedang berusaha melupakan perasaannya terhadap Rian dan mencoba membuka hatinya untuk Leon, mengingat Leon sudah sangat baik dan begitu peduli serta perhatian padanya.

Rupanya Ayunda telah salah menilai Leon selama ini, justru Rian lah yang ia anggap baik dari awal tapi pada kenyataannya malah sebaliknya. Sungguh Ayunda tak menyangkanya.

Menjelang malam.

Ayunda cukup terkejut saat dirinya keluar dari dalam kamar mandi tiba-tiba Leon datang menghampiri dan menggendong tubuhnya.

"Lepaskan aku, kamu kenapa tiba-tiba seperti ini sih?" tanya Ayunda berusaha melepaskan diri.

"Sudahlah, kau diam saja! Aku lagi bahagia saja, emang tidak boleh aku meluapkannya dengan cara menggendong mu seperti ini?"

Ayunda merasa malu karena Leon menggendong tubuhnya layaknya seorang anak kecil, Ayunda sampai melingkarkan kedua tangannya di leher suaminya karena takut terjatuh, posisinya kali ini saling berhadapan dimana posisi Ayunda berada jauh lebih tinggi darinya.

"Kau tahu apa yang telah membuat aku begitu bahagia saat ini?" tanyanya sembari mendongak.

"Apa itu?"

Mulai besok kau sudah bisa kembali lagi melanjutkan kuliahmu, wahai istriku sang calon Dokter!"

Deg!

Ayunda sempat terdiam sejenak."Calon Dokter? Darimana kamu bisa tahu kalau aku mengambil fakultas kedokteran?"

"Apa sih yang tidak aku tahu tentang mu sayangku, pokoknya aku ingin kamu tetap melanjutkan kuliahmu!"

"Tapi...tapi bagaimana dengan kehamilan ku? Apakah boleh seorang wanita hamil sepertiku menjadi seorang mahasiswi?" Ayunda sampai menatap tak percaya.

"Boleh dong Sayang, kata siapa tidak bisa, hemmm!" kemudian Leon mengecup dagu sang istri lalu menggigitnya pelan.

"duh, kenapa di gigit sih?" protes Ayunda dengan wajahnya yang sudah memerah

"Habis kau begitu menggemaskan, oh iya Rian juga sudah aku daftarkan, rupanya dia juga mengambil fakultas yang sama dengan mu!" ucapnya datar.

Mendengar nama Rian, Ayunda tiba-tiba berwajah murung.

"Sebenarnya ada hubungan apa antara kau dengan Rian dimasalalu? Aku ingin kau tidak menyembunyikan apa pun padaku, Ayunda!" Leon menatap tajam sang istri, sedangkan Ayunda sendiri ia merasa takut ketika sikap Leon berubah menjadi dingin padanya.

"Suamiku, bisakah kamu melepaskan aku, apakah kau tidak pegal menggendong tubuhku?"

"Jangan coba mengalihkan pertanyaanku, Ayunda, ayo cepat jawab!" Leon seolah mendesak Ayunda untuk berkata jujur.

'Wah gawat, apa yang harus aku katakan kepada Tuan Leon? Apakah aku harus jujur atau malah sebaliknya? lagian antara aku dan Rian tidak pernah memiliki hubungan yang spesial, kami tak pernah menjalin hubungan yang serius meskipun diantara aku dan dia saling mencintai!' batinnya bimbang.

Bersambung...

🌹🌹🌹🌹🌹🌹