Terpaksa Menikahi Keponakan Tiriku

Kana saat ini ada di dalam mobil menuju ke rumah sakit Royal Sherafim.

Saat tiba-tiba pengawal bayangan yang selalu menjaganya menelpon.

Drrrtt....drtttt....

"Halo, ada apa Mark?"jawab Kana dengan lirih.

Kana seperti mengerti ada hal yang tidak beres yang akan terjadi.

Karna pengawalnya itu hampir tidak pernah menghubunginya jika bukan karena ada masalah tentang keamanan dirinya.

"Lady... saat ini mobil lady sedang di ikuti oleh salah satu pengawal keluarga Lewandowsky. Sepertinya ini ada hubungannya dengan Tiara cucu Barbara."lapornya pada Kana.

"Ahh... biarkan saja Mark aku tidak peduli. Lagi pula dia akan segera tau siapa aku! Dan sepertinya ini sudah saat yang tepat untuk aku memulai langkah pertama dalam permainan yang aku ciptakan ini."jelas Kana pada Mark pengawal bayangan' yang Kana percayai, Mark adalah anak dari tangan kanan pemimpin Galiuz Andrew Morgez ayah Kana.

Semua pengawal keluarga Morgez adalah orang-orang terpilih dari yang terpilih.

"Baik, Lady.... Saya akan selalu waspada, tidak akan saya biarkan lady celaka."Mark meyakinkan Kana.

Kana langsung menutup telpon itu dan menghubungi seseorang.

Tuttt..... Tuttt......

"Halo Lady."ucap seorang wanita disebrang telpon.

Kana mendengus sebelum menjawab. "Surti hentikan panggilanmu itu, aku geli mendengarnya! Ah... Maksudku Yasmin! apa-apaan namamu kau ubah menjadi Surti! Aku sudah bilang gunakan nama yang lebih bagus! Ya Tuhan aku ingin muntah sekarang!"

Kana kesal dengan temannya ini. Bisa-bisanya dia menyamar menjadi Surti dan masuk ke rumah Deva dan Tiara jadi pembantu.

Bukan hanya nama bahkan rupanya pun disamarkan.

Yasmin adalah seorang Agen sekaligus teman dekat Kana dari kecil.

Salah satu orang yang kehilangan keluarganya dalam pembantaian sepuluh tahun lalu.

"Ah.... Come on, don't be so stiff, honey."Yasmin terkekeh kecil mendengar ucapan Kana.

Kana memutas bola matanya sebelum menjawab. "Hmmm.... apa Tiara sudah pulang ke rumah?"

"Belum, pagi tadi Deva ngabarin aku. Katanya dia lagi di rumah Barbara sekarang bareng Tiara. Apa  kamu ingin aku menyusulnya kesana?"usul Yasmin.

"Jangan mengada-ada Yasmin, sudah cukup kegilaanmu memasuki rumah Deva dengan menyamar menjadi Surti. Kalau Deva tau kalau kamu nyamar dan masuk ke rumahnya kamu pasti di pecat."gerutu Kana panjang lebar. "Ah... Satu lagi Deva sering banget ngomel karena kamu selalu bertengkar sama Tiara. Dia sampe nanya ke aku, (Dimana sih kamu dapet pembantu kaya gitu bikin aku pusing aja)."sambung Tiara sambil menirukan gaya bicara Suaminya saat menggerutu.

Deva mengira Kana memberi rumah itu sekaligus dengan pembantu.

Ya rumah yang Tiara tinggali sekarang adalah rumah hadiah pernikahan dari Kana untuk Deva.

"Hahahaha... Lucu banget sih! Suami kamu juga nggak pernah negur aku tuh."jelas Yasmin. "Malah dia diem aja waktu Tiara ku maki-maki."Yasmin melanjutkan perkataannya sambil tertawa terbahak-bahak.

"Aduhh!"ucap Kana menepuk keningnya. "Aku lupa  kalau aku lagi di ikutin sama orang suruhan si Robert!"lanjut Kana.

"Ih gimana sih!?! Tapi kamu nggak kenapa-napakan?"Yasmin berkeringat mendengar perkataan Kana.

"Ya nggak kenapa-napa sih cuma.... risih aja di ikutin kaya pacar yang posesif. Hahahahaha.

"Mulai... Auah. O iya gimana kabar My Lily???"Yasmin yang kesal mengalihkan pembicaraan.

"Lagi di rumah Morgez. Tempat itu lebih aman untuk dia—kamu taukan banyak mata-mata Barbara diluar. Aku dan Deva juga udah jarang ke Apartemen, terlalu berbahaya untuk saat ini—Sera ngabarin kalau Barbara mulai bergerak."

Kana mendapatkan kabar itu setelah pertemuan mereka di Mall waktu itu.

Pesan yang Kana dapat bukan lewat pesan teks biasa.

Tapi Email pribadinya yang tersembunyi.

"Iya aku setuju sebaiknya anakmu memang tinggal di rumah orang tuamu."Yasmin tau seberapa berbahaya nya Barbara Sema itu.

"Kamu tau, aku bertemu Tiara dirumah sakit saat dia memeriksakan kehamilan nya di Royal Sherafim."ucap Kana santai. "Aku yakin jika dia tau dokter yang memeriksanya adalah istri pertama Deva... Dia akan membuat drama yang rumit di rumah sakit."sambung Kana.

"Ya itulah Tiara, kita sama-sama tau dia wanita seperti apa. Tapi aku juga kasian sama dia—lagi hamil tapi nggak dapat hal yang di idamkan semua ibu hamil—di manja oleh suami." Yasmin menyurakan Keresahannya tentang hidup Tiara.

"Ya... Aku tau dia cuma wanita malang yang terbelenggu oleh tekanan keluarga, tapi..... bagaimanapun Tiara adalah keturunan keluarga Sema,"

Kana terdiam sesaat lalu melanjutkan perkataannya kembali. "Setelah semua ini selesai mungkin aku akan membiarkan Tiara hidup—tapi aku tidak bisa menjamin apa yang akan Sera lakukan padanya. Kamu tau Sera itu lebih berbahaya dari Robert! dia.... Iblis."sambung Kana berbisik diakhir kalimatnya.

Kana dan Yasmin tumbuh dengan kenangan menyakitkan.

Namun Sera tumbuh dengan dendam—wanita itu memiliki wajah yang lain dibalik sosok elegan nya.

Bagi Kana dan Yasmin yang tumbuh besar dengan Sera.

Mereka berdua menganggap Sera adalah Iblis yang menguasai Labirin.

Yang mampu mengendalikan dan menciptakan permainan yang kejam.

Bibir Yasmin bergetar disebrang telpon. "Ya... Aku tahu."bisiknya lirih.

Mereka terdiam masing-masing dari mereka mengingat bagaimana sosok Sera di masa lalu.

Lamunan mereka buyar setelah mendengar suara tabrakan mobil yang sangat keras.

Brakkkk! Boomm!

Kana berjingkat kaget. Sedangkan Yasmin panik mendengar suara ledakan.

"Kana! Kamu kenapa?!!! Kana! Katakan sesuatu!"pekik Yasmin ditelpon. "Please Kana."sambungnya lirih.

Akhirnya Kana menjawab. "Huhhh... Aku hanya keget Yasmin. Tenanglah! Sepertinya ada kecelakaan di jalan yang aku lalui—mereka sudah di tangani oleh penduduk sekitar.

Kana sengaja tak memberi tau Yasmin karena Yasmin pasti akan menyusulnua saat dia mengatakannya.

Kana melihat mobil yang meledak adalah milik orang suruhan Robert, Kana sepertinya tau kecelakaan ini ulah siapa.

"Yasmin aku tutup dulu, nanti aku akan kabari kamu lagi."pamit Sera tanpa mendengar perkataan Yasmin.

Setelah beberapa menit Kana sampai ke kediaman Morgez.

Ya Kana menyuruh sopirnya untuk putar balik dan kembali kekediaman Morgez.

Dengan langkah tenang ia memasuki Mansion Keluarga Morgez.

Setelah sampai diruang keluarga, Kana melihat papanya yang sedang duduk bersama mamanya.

Kana mendekat lalu berkata. "Pah! pasti papa kan dalang kecelakan barusan?"

Galuiz menghembuskan nafasnya lalu berkata. "Sayang.. lupakan kecelakaan itu! Dimana sopan santun mu kana?"jelas Galuiz.

"Pah... Seharusnya nggak usah melakukan itu semua. Orang itu nggak nyakitin Kana pa"jawab Kana lelah.

"Papa hanya melakukan tugas papa sebagai orang tua yang melindungi anak perempuan papa! Papa nggak akan sanggup Kana jika hari kehilangan kamu seperti kehilangan Stefina!"jawab Galuiz menahan sesak di dadanya.

Kana terdiam dan Laura hanya mengelus punggung tangan Suaminya.

"Kami pikir papa nggak tau apapun kana?! Papa hanya membiarkan kamu bebas melakukan apapun... Termasuk pernikahan kedua suamimu itu!"Galuiz adalah orang berpengaruh di negara ini jadi wajar ia tau apa yang sebenarnya terjadi.

Kana yang mendengar ucapan papanya hanya gemetar tanpa bisa menjawab perkataan Sang papa.

Ia berlari memasuki kamarnya tanpa menampakan dirinya hingga malam tiba.

Drrtt... Drttt...

Panggilan masuk "My husband"

Kana mengangkat telpon dari Deva.

"Halo sayang."ucap Kana. "Deva! Kamu kenapa? Jangan-jangan kamu kambuh? Aduhh! Gimana ini." Sambung Kana dengan pertanyaan beruntun.

Kana mendengar gelas pecah di ujung telpon.

Kana nggak bisa mendatangi Deva sekarang karena suaminya itu ada di kediaman Barbara.

Tanpa menutup telpon, Kana mengirim pesan ke Yasmin.

"Yasmin tolong susul Deva sekarang! Dia kambuh! Gawat kalau Barbara tau kelemahan Deva"

Sent

Kana hanya bisa menahan isakannya demi menguatkan Deva melewati telpon sambil menunggu Yasmin sampai ke kediaman Barbara.

Semoga Yasmin bisa memasuki rumah itu.

Kana gemetar memikirkan apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat Deva kambuh seperti sekarang.

Malam itu menjadi malam yang panjang untuk Kana.