Pendekar Sinting adalah seorang pemuda berwajah tampan, bertubuh tegap dan kekar. Sipat nya baik terhadap sesama dan suka menolong orang yang kesusahan. Tingkah nya yang konyol dan gemar bergaul dengan siapapun itulah yang membuat dia sering berteman dengan bekas musuh atau lawan nya. Perjalanan nya mencari pembunuh keluarga nya itulah yang membuat sang pendekar berpetualang di rimba persilatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PASAR TRADISIONAL
Rangga di ajak oleh guru nya untuk pergi ke pasar. Resi Jayabaya ingin membelikan Rangga pakaian baru karena pakaian yang ia kenakan sudah robek-robek.
"Kakek akan membelikan mu baju baru untuk mu, Dilihat-lihat baju mu cuman ada satu dan inipun sudah sobek-sobek."
"Asyiiik kek!" Ucap Rangga girang.
"Kapan kita akan pergi kek?"
"Sekarang kita akan pergi ke pasar taruna di kadipaten lengoksari."
"Dimana itu kek? Apakah jauh?"
"Lumayan, Butuh waktu satu hari pergi ke sana." Rangga mengerutkan dahi nya.
"Tak usah heran, Kita akan sampai di sana paling seperempat hari."
"Apakah kita akan naik kuda kek?"
"Kuda dari mana? Apa kau melihat kita punya kuda?" Ucap orang tua itu sedikit dongkol.
"Mungkin kakek akan menyewa kuda."
"Tak ada orang yang menyewa kuda di sini! Lagi pula tempat ini jauh dari keramaian."
"Hmmm benar juga kek."
"Yasudah kita berangkat sekarang keburu siang!"
"Baik kek." Ujar Rangga dan kini mereka telah berjalan melintasi hutan rimba lalu melewati beberapa bukit. Mungkin jika Rangga tak di gendong oleh Resi Jayabaya, Jarak mereka ke pasar mungkin sekitar satu hari baru sampai. Namun dengan kesaktian Resi Jayabaya ia bergerak berlari cepat seperti anak panah melesat dan sampai di pasar tradisional hanya dalam waktu seperempat hari saja.
Rangga nampak takjub seakan di bawa terbang oleh kakek itu, Ia hanya membatin saja bahwa suatu saat ia pun akan bisa seperti kakek itu. Rangga masih asing dengan wilayah tersebut karena ia baru seminggu tinggal bersama Resi Jayabaya. Mungkin lama-lama juga ia akan hapal seluk beluk wilayah tersebut.
Tiba di pasar, Suasana angat ramai dan tak biasanya hari itu para pengunjung banyak yang berbelanja di pasar tradisional itu. Banyak sekali barang-barang tradisional yang di jual seperti, Gentong, Tembikar dan peralatan memasak dari gerabah tanah liat. Samak yang di anyam dengan tangan, Kain dan pakaian banyak juga yang di jual. Banyak rupa model nya dan warna nya, Ada juga yang menjual ternak seperti ayam, kambing dan kerbau kecuali buaya. Ada juga wanita yang menjual barang terlarang dan tak boleh di sentuh sebelum harga tawar menawar sepakat atau uang bayar di muka. Rangga bertanya kepada guru nya tentang wanita-wanita ganjen yang merayu para lelaki-lelaki yang melintas ingin berbelanja.
"Bibi-bibi cantik itu sedang menjual apa, Kek? Kok pakaian mereka seperti kurang bahan?"
"Hust! Tanya yang lain saja! Banyak orang berdagang disini, Mengapa kau bertanya soal wanita itu berjualan?"
"Habis nya aku penasaran kek."
"Kau masih kecil, Masih bau kencur! Nanti saja jika sudah dewasa! Nanti kau pun akan tahu sendiri!" Tegas Resi Jayabaya dan Rangga tak mendengarkan omongan orang tua itu karena mata nya tertuju pada orang yang berjualan baju. Resi Jayabaya hendak memarahi nya karena berjalan sendiri ke penjual itu, Namun tak jadi karena tujuan nya ke pasar memang berniat membelikan bocah itu pakaian.
"Bagus-bagus semua baju nya kek." Ujar Rangga girang melihat baju-baju itu satu persatu.
"Silahkan kau mau pilih yang mana yang muat di badan mu."
"Tapi aku tak punya uang kek?" Ucap Rangga sedikit lesu.
"Nanti kakek yang bayar."
"Benar ya kek!?" Kakek tua itu mengangguk setuju dan Rangga mengambil semua baju yang menurut nya bagus dan cocok.
"Hei-hei jangan kau ambil semua bocah sinting!" Umpat Resi Jayabaya jengkel.
"Kakek bilang kakek yang akan membayar nya." Ucap anak itu polos saja.
"Memang benar, Tapi jangan semua nya kau beli. Bisa tekor aku, Bocah! Memang nya kau mau sebulan penuh puasa?"
"Tak mau kek." Ucap Rangga segera paham dan ia memilih beberapa baju yang menurutnya cocok. Setelah dirasa cukup kakek tua itu segera membayar baju yang di pilih Rangga dan setelah itu pergi berbelanja kebutuhan pangan buat mereka makan selama tinggal di pondok.
Terdengar kasak-kusuk antar pedagang yang didengar oleh Resi Jayabaya dan juga Rangga.
"Sebentar lagi pemilihan Adipati lengoksari akan dimulai, Namun sampai hari mau siang kenapa para calon Adipati belum ada yang melintas ke kadipaten?" Ujar lelaki gemuk penjual gerabah keramik.
"Mungkin sebentar lagi." Jawab lelaki kurus penjual bakul dan perabotan dari anyaman bambu.
"Menurut kalian, Siapa yang akan kalian pilih dari tiga kandidat?" Tanya lelaki penjual ayam potong.
"Menurut ku Raden Jatiluhur punya kharisma dan wibawa yang cocok untuk menjadi seorang adipati." Ucap pedagang gerabah keramik.
"Aku tak terlalu suka pada Raden Jatiluhur, Meskipun wajah nya tampan dan anak seorang raja. Menurut ku dia orang nya sombong dan angkuh."
"Betul, Beberapa waktu yang lalu ketika ia melihat-lihat pasar ini. Tak pernah ia menegur sapa kita. Bahkan banyak yang bertanya pada nya soal nanti jika ia terpilih, Ia hanya membalas nya dengan senyuman tawar saja." Ucap penjual tembikar dan sarung.
"Tapi menurutku lebih cocok Harya Soka, Ia orang nya baik dan gampang bergaul kepada orang-orang seperti kita."
"Belum tentu dia orang yang ramah, Dilihat dari raut wajah nya tak sedikit pun ada tampang seorang pemimpin. Raut wajah nya sangat bengis dan galak! Tak terbayang jika ia memimpin nanti, Bisa dibuat mati berdiri kita jika melakukan kesalahan!" Pedagang pisang menyahut.
"Bisa repot nanti jika kita memiliki seorang pemimpin yang seperti dia! Orang nya doyan kawin! Bisa-bisanya istri kita di embat nya!" Ucap pedagang jamu kuat dan beberapa pedagang banyak yang setuju.
"Tapi dari kedua kandidat tersebut, Hanya kang Surapati Wisma yang menurut ku sangat peduli terhadap pedagang kecil seperti kita. Dia bahkan banyak memberi santunan kepada rakyat miskin dan kurang mampu di kadipaten lengoksari, Yah meskipun kita belum tahu watak sebenarnya seperti apa. Yang jelas diantara ketiga nya itu hak kita masing-masing untuk memilih." Ujar Pedagang golok dan pisau. Dan yang lain nya saling membicarakan ketiga kandidat yang melamar menjadi seorang adipati.
Resi Jayabaya membatin dalam hati nya,
"Pantas pasar ini tak biasanya ramai, Ternyata akan ada pemilihan seorang adipati di kota kadipaten." Rangga melihat ada seorang lelaki bertampang preman sedang mendekati. Preman itu sejak tadi memantau Resi Jayabaya yang menenteng pedang panjang di punggung nya. Pedang itu adalah pedang naga petir yang sengaja di bawa agar tetap aman, Takut nya jika di tinggal di pondok takut ada orang yang mengincarnya lalu mencuri nya.
Tangan Rangga menarik baju putih nya kakek tua itu seraya berkata,
"Orang berwajah galak itu menatap kita terus sejak tadi kek." Lalu Resi Jayabaya menatap seorang lelaki berperawakan tinggi tegap dan berotot kekar. Kulitnya sawo matang dan memiliki rambut yang panjang ikal sebatas tengkuk. Wajah nya terlihat bengis dan memancarkan tampang preman yang galak dan sadis.