Secret Wedding

Nathan mendengar pertanyaan Mamanya hanya menggelengkan kepalanya. Pria itu segera membawa Zara dalam kamarnya. Melihat itu Meli membantu Tuannya untuk membuka pintu.

Perlahan Nathan masuk, pria itu membaringkan tubuh Zara di atas ranjang. Ia menatap wajah cantik yang tidur begitu nyenyak itu.

"Kenapa kamu selalu membantahku, Zara?" Nathan menyelimuti tubuh istrinya itu

Tanpa ia tahu, di pintu Niah menatap putranya yang terlihat begitu perhatian dengan gadis yang dibawanya. Wanita itu mengira jika itu Maryam, tapi saat melihat postur tubuhnya ternyata bukan. Wajah Zara tertutup oleh tubuh putranya.

Nathan membalikkan tubuhnya, pria itu terkejut. “Mama, ada apa?”

“Siapa wanita itu, Nak. Sejak kapan kamu sering membawa wanita ke rumah?” Niah menatap putranya itu dengan wajah sendu.

Nathan yang tidak ingin sampai Zara terbangun, pria itu mengajak mamanya untuk segera keluar dari kamar. “Mama itu Zara, aku mohon biar tetap tinggal di sini. Apa Mama ingat saat aku di serang pesaing bisnis. Ayahnya Zara yang menyelamatkanku waktu itu.”

Niah yang paham maksud anaknya hanya mengangguk, tapi ada yang jagal kenapa Nathan tidur di pangkuan Zara. Namun, wanita itu tidak akan bertanya. Ia akan meminta Meli untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Baiklah, Mama dan papa menunggu kapan kamu memutuskan menikah dengan Maryam atau dengan anak rekan kerja papa nantinya,” ucap Niah.

Nathan hanya menatap punggung mamanya yang kian menjauh itu, pria itu mengusap wajahnya dengan kasar. Maryam akan mulai bekerja di kantornya, harapan Nathan sang kekasih segera memberikan jawaban.

Nathan segera naik ke lantai dua, ia begitu lelah. Pria itu masuk dalam kamarnya. Saat akan ke kamar mandi melihat foto Maryam di atas meja nakas.

“Aku berharap padamu,” kata Nathan lirih.

Nathan masuk kamar mandi, pria itu setelah menyelesaikan ritualnya segera keluar dari kamar mandi. Tidak lama terdengar pintu diketuk.

Nathan membuka pintu, ia menaikkan kedua saat melihat istrinya berdiri di depan kamarnya." Kenapa?"

Zara bukan menjawab, gadis itu mengintip kamar suaminya seakan sedang mencari seseorang.

Nathan menggeser posisinya, Zara perlahan masuk kamar suaminya. Kamar itu begitu besar dengan warna putih dan hitam. Ada sofa dan televisi di kamar suaminya itu.

Nathan menutup pintu, pria itu duduk di sofa dengan tablet di tangannya. Sedangkan Zara yang baru ingat apa tujuannya langsung menepuk keningnya." Paman di bawah ada Tuan Jhon."

"Jhon," kata Nathan.

"Iya, apa Anda memintanya datang?" tanya Zara.

"Ah, iya aku lupa. Nathan mengambil berkas dan segera keluar dari kamarnya. Sedangkan, Zara kini duduk di sofa tempat suaminya tadi.

"Aku pikir kamarku paling luas, tapi kamar suamiku lebih Wah," kata Zara lirih.

Zara melihat di atas nakas, wanita itu tersenyum getir saat melihat suaminya sedang memeluk wanita itu dari belakang.

"Sepertinya mereka begitu bahagia, tapi kenapa lebih pilih berbohong dengan suaminya. Sebenarnya ia tidak ingin ikut campur. Namun, ia tidak rela jika Suaminya dikhianati oleh Maryam. Namun, wanita itu bingung bagaimana cara memberi tahunya.

Wanita itu menarik napas panjang, ia duduk di tepi ranjang. Zara terbangun karena begitu haus. Iya keluar dan melihat Jhon dan Meli sedang bicara.

Saat Meli akan memanggil Nathan, Zara berinisiatif untuk memanggil suaminya.

Di sinilah gadis itu, ia memperhatikan sekeliling kamar Suaminya. Andainya ia menikah dengan saling mencintai mungkin sekarang bahagia atau bisa jadi sekarang menikmati bulan madu.

Zara menguap, wanita itu mengambil foto suaminya dengan wanita lain. Ia merebahkan tubuhnya, ditatapnya foto itu.

Air matanya mengalir membasahi kedua pipinya, Ia memejamkan matanya berharap saat bangun ini hanya mimpi kalau sudah menikah dengan orang yang baru dikenalnya.

Rasa nyaman, di hingga tanpa sadar wanita itu terlelap.

Tepat pukul sebelas malam Nathan kembali ke kamarnya, pria itu menautkan kedua alisnya.

"Apa yang dilakukannya," kata Nathan lirih.

Pria itu perlahan mendekati Zara yang kini sedang berbaring dengan memiringkan tubuhnya. Tepatnya Nathan ada di belakang Zara.

Nathan tertegun, saat melihat apa yang di tangan Zara. Fotonya dan Maryam berada di genggaman tangan wanita yang kini berstatus istrinya.

Pria itu tertegun, saat melihat jejak air mata di pipi Zara. Entah apa yang dipikirkan wanita itu dengan foto yang kini berada di tangannya.

Setahu Nathan Zara tidak mencintainya, buktinya istrinya itu meminta pisah asal berhasil membujuk Maryam menikah bulan depan.

Ada rasa yang tidak rela di hatinya, tapi pria itu berusaha mengabaikannya . Tidak mungkin ia jatuh cinta dengan wanita yang kini tidur nyenyak di ranjangnya.

Pria itu membetulkan posisi Zara, karena wanita itu tidur dengan kaki terjuntai di ranjang.

Perlahan Nathan melepaskan jilbab Zara, pria itu tersenyum tipis saat melihat wajah cantik natural itu.

Pria itu segera menyelimuti tubuh Zara, setelah itu ia naik ranjang. Iya berbaring di sampingnya Zara. Nathan pikir tidak dosa, karena keduanya sudah sah juga.

Nathan yang begitu lelah, tidak lama ia memejamkan matanya. Keduanya begitu nyenyak. Tanpa Nathan sedari saat ia satu ranjang dengan istrinya. Ada rasa nyaman, yang biasa saat tengah malam terbangun, pria itu kini begitu pulas.

Di luar sadarnya ke-dua kini saling memeluk, untuk saling menghangatkan.

***

Pagi harinya, Zara yang sudah terbiasa bangun pagi untuk melaksanakan sholat subuhnya. Wanita itu perlahan membuka matanya, ia belum sadar jika tidur di kamar suaminya.

Perlahan gadis itu duduk, saat ia akan bangun. Wanita itu baru merasakan ada tangan melingkar di perutnya.

"Astagfirullah, Paman!" teriak Zara terkejut.

Nathan membuka matanya, pria itu duduk dan bertanya," Ada apa Zara?"

"Kenapa Paman tidur di kamarku?" tanya Zara tanpa melihat sekelilingnya.

Nathan mengusap matanya, pria itu masih begitu mengantuk. Saat ia akan tidur lagi. Tiba-tiba Zara menari lengannya."Paman, aku mohon keluarlah! jangan sampai mama tahu kita tidur satu kamar lagi."

"Zara!" seru Nathan.

Zara mengerucutkan bibirnya karena Nathan membentaknya. Wanita itu matanya sudah berkaca-kaca. Nathan melihat itu menarik napas panjang.

"Sini duduk." Nathan menepuk tempat kosong di sampingnya.

Zara dengan menahan air matanya, gadis itu kini duduk dengan menundukkan kepalanya. Andai tidak ingat apa kata Bunda harus menurut saat suami akan mengajak berbicara.

"Sekarang kamu lihat sekeliling, ini kamar siapa?" Nathan menggenggam tangan Zara.

Zara perlahan mengangkat wajahnya, mata gadis itu langsung membulat. Wajahnya kini memerah menahan malu. Sedangkan Nathan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sekarang tahukan siapa yang seharusnya keluar!"

"Paman mengusirku?" tanya Zara.

Nathan tidak menjawab, pria itu kembali lagi berbaring karena masih begitu mengantuk. Melihat itu Zara akhirnya turun dari ranjang. Saat gadis itu membuka pintu ia begitu terkejut ada seseorang yang kini menatapnya dengan tatapan yang berbeda.