🌻Bijaklah dalam membaca. Novel ini mengandung unsur 21+🌻
Siapa yang mau mengalami kegagalan di hari pernikahan? Pasti tidak ada yang menginginkannya.
Niranida Alifia, hampir saja mengalaminya. Kekasihnya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H.
Untunglah ada seorang pria yang mau menikah dengannya, dan acara pernikahan berjalan lancar. Tapi bagaimana jalan kisahnya kalau menikah bukan dengan pria pilihannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vivi We, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16. Kemarahan Arka 1
Sudah beberapa menit berlalu dan Nira telah selesai mengolesi obat, tapi kaki milik Arka masih dengan enaknya berada di pangkuan Nira.
"Ehem.." Nira sengaja berdeham sangat keras agar Arka yang sedang sibuk menatap ponsel itu beralih padanya.
"Mau sampai kapan kakimu berada di atas pangkuanku? Apa begitu nyaman?" sindir Nira.
"Kenapa tidak bilang dari tadi?" Arka menarik kakinya dari pangkuan Nira.
Keduanya duduk dalam diam. Tak ada sepatah kata pun terucap. Arka disibukkan dengan ponsel di tangannya. Nira yang terabaikan lalu berdiri hendak meninggalkan tempat itu daripada dia seperti patung yang tak dianggap.
"Mau kemana?" tanya Arka, matanya tanpa beralih dari layar ponsel di depannya.
"Mau keluar cari angin segar. Di sini panas." jawab Nira.
"Maksudmu duduk di dekatku panas?" Arka tak terima lalu meletakkan ponsel dan menatap Nira.
"Duduk!" perintah Arka yang tak bisa terbantahkan. Dan Nira pun kembali duduk, tapi di sofa yang berbeda.
"Siapa yang menyuruhmu duduk di sana?" tanya Arka.
"Aku sendiri." jawab Nira dengan santainya.
"Kembali!" perintah Arka.
Nira dengan penuh semangat berjalan meninggalkan tempat itu. Tapi baru beberapa langkah langsung terhenti saat Arka memanggilnya lagi.
"Apa lagi?" Nira hanya menoleh dan menatap Arka dengan sangat malas.
"Kamu mau ke mana?" tanya Arka lagi.
Nira membuang nafasnya kasar. Sungguh suaminya itu memang sangat menjengkelkan.
"Ke kamarlah." Nira menunjuk lantai atas. "Bukankah kamu menyuruhku kembali? Kenapa masih tanya?"
"Oh my God!" Arka mengacak-acak rambutnya karena frustasi. "Aku menyuruhmu kembali duduk di sini." Arka melirih sofa di sampingnya.
"Bilang yang jelas dong!" gerutu Nira sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa itu kembali dengan tangan yang ia lipat di dada.
"Apa saja yang kamu dengar tadi?" tanya Arka penuh selidik. Dia dari awal sudah tahu kalau Nira diam-diam menguping pembicaraanya dengan Rey tadi.
Nira menoleh Arka yang juga sedang menatapnya dan jantungnya seakan mau lepas saat mata mereka bertemu.
Perasaan apa ini? batin Nira.
"Aku, aku tidak mendengar apa-apa. Tadi kebetulan aku hanya lewat saja. Sungguh!" Nira mencoba berbohong.
"Satu,, dua,, ti..."
"Iya,, iya. Aku mendengarnya." potong Nira sebelum Arka menghitung sampai tiga dan akhirnya dia akan dihukum karena berani berbohong.
"Apa?"
"Apa, apanya?" tanya balik Nira.
"Argh,, kamu itu!" Arka seakan mau teriak karena Nira terlalu bodoh. "Kamu dengar apa saja?"
"Mantan istrimu mau bertemu denganmu. Sudah, hanya itu saja yan aku dengar." jawab Nira jujur dan membuat Arka yang sedang menyeruput kopinya langsung menyemburkannya tepat mengenai lengan Nira.
"Ihhh, Arka! Jorok tahu!" teriak Nira dengan wajah cemberut. Nira mengibaskan tangannya dan meraih tisue yang ada di meja.
"Kamu bilang apa tadi?" tanya Arka menatap serius Nira yang sedang membersihkan lengannya.
"Aku bilang, kamu jorok." jawab Nira tanpa memperhatikan Arka sama sekali.
Arka menarik nafasnya pelan. Dia harus bersabar karena Nira sedikit telmi. Ingin rasanya Arka membuka tengkorak kepala Nira dan membenahi otak Nira yang lambat berpikir itu.
"Bukan yang itu. Sebelum itu."
Nira yang masih sibuk menggosok lengannya, lalu berhenti sejenak dan mengingat kembali yang dimaksud oleh Arka.
"Ohh, mantan istrimu mau bertemu. Itu bukan yang kamu maksud?" tanya Nira.
"Mantan istri?" tanya Arka dengan raut wajah yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Nira menganggukkan kepalanya. "Iya, mantan istri lah. Mau apa lagi? Mantan pacar? Kamu itu lucu sekali." goda Nira dengan senyum dibibirnya. Andai saja dia menatap wajah Arka saat ini, mungkin dia akan lari terbirit-birit.
Nira yang tak mendapat jawaban langsung menatap Arka yang sedang menatapnya tajam. Dia langsung bergidik ngeri dan kalau bisa dia segera menghilang dari tempat itu. Tatapan itu bagaikan seekor harimau kelaparan yang siap menerjang magsanya.
"Ke,, kenapa menatapku seperti itu?" Nira memberanikan diri bertanya karena dia sendiri tak tahu kenapa Arka terlihat sangat marah. Padahal dia tidak menyinggung Arka sama sekali.
kl dah begini byk x syaratnya....😞
but...ttp Semangat!!!
nyimak ya 🤝☺️💪
kasihan GEO ya ...
gmna nanti klo Arka tau klo Nira adlh adiknya Livia