NovelToon NovelToon
Regret By Mendayu Aksara

Regret By Mendayu Aksara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Janda / Cerai / Percintaan Konglomerat / Obsesi
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mendayu Aksara

‎"Mas tunggu, dia siapa? Jelaskan pada ku Mas" seketika langkah kaki Devan terhenti untuk mengejar Wanitanya.

‎Devan menoleh pada Sang Istri yang sedang hamil

"Dia pacarku kinara, dialah orang yang selama ini aku cintai. Sekarang kamu sudah tau, kuharap kau mengerti. Aku harus mengejar cintaku, ak tidak ingin Nesa pergi meninggalkan ku."

‎"Mas kamu ga boleh kejar dia, aku ini istri mu, aku mengandung anakmu. Apakah kami masih kurang berharganya di banding wanitamu itu?" tanya Ibu hamil itu tersendat

"‎Maafkan aku Kinara, aku sangat mencintai Nesa di bandingkan apapun."

"Tapi mas..."

Devan segera melepas paksa tangan Kinara, tak sengaja sang istri yang sedang hamil pun terjatuh.

"Ahhh perutku sakit..." Ringis Kinara kesakitan

"Maaf kinara, aku tak mau kehilangan Nesa" Ucap devan kemudian pergi

‎Kinara menatap kepergian suaminya, dan lama kelamaan gelap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mendayu Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dewa Penolong

Siang ini mentari bersinar lebih terik dari pada biasanya, hembus angin pun nampak tak memberikan rasa sejuk.

Terlihat peluh bercucuran membasahi wajah cantik seorang wanita, beberapa kali terlihat ia berupaya menghapusnya.

Tiba-tiba, pening itu menyerang lagi. Kinara menyentuh pelan kepalanya yang terasa berdenyut-denyut. Sedangkan satu tangannya lagi berpegang erat pada ranting ranting pohon teh yang terlihat tak kuat.

Perlahan tubuhnya lemas tak berdaya, ambruk ke arah berlawanan dari arah pandangnya.

Ia sendiri dapat memastikan, tubuhnya akan terhujam keras ke tanah. Namun pada detik yang sama, kedua tangan kekar mampu menahan kuat tubuh rapuh itu. Beruntungya, Kinara tak harus jatuh.

"Kamu ini sedang sakit, sebaiknya pulang saja"

Ucap Pak Handoyo selaku mandor di kebun teh tersebut.

Pak Handoyo membantu memapah tubuh lemah itu menuju kursi kayu yang berada tak jauh dari posisi mereka saat ini.

"Terimakasih Pak"

Ucap Kinara setelah ia sukses duduk di atas kursi panjang di tengah kebun itu.

"Pulang lah, saya izin kan kamu"

Perintah Pak Handoyo

"Tak perlu Pak, saya masih sanggup bekerja" Jawab Kinara cepat

"Tidak, kamu pulang saja. Saya tidak mau terjadi lecelakaan kerja akibat kondisi mu yang tak baik. Kalau begitu saya juga yang repot"

Perintah lelaki paruh baya itu lagi.

Kinara tak berupaya menyangga lagi, kali ini ia hanya mengangguk pelan. Menerima perintah tersebut, ia juga tak mau nantinya malah menimbulkan masalah baru akibat kondisinya ini.

"Nanti saya panggilkan teman mu untuk mengantar" Ucap Pak Handoyo sembari berlalu

Sekali lagi, Kinara hanya mengangguk pelan.

.................////////////////////////////////...................

"Las udah, kamu cukup anterin aku sampai sini saja" 

Pinta Kinara setelah dirasa cukup jauh mereka berjalan.

"Ndak, aku akan antarkan kamu sampai rumah" Tolak Lastri.

"Las tak apa, rumah ku sebentar lagi sampai. Kamu boleh kembali lagi ke perkebunan. Ingatkan pesan Pak Handoyo tadi, setelah mengantar ku pulang kamu harus segera kembali." Jelas Kinara singkat.

"Lagian ini belum sampai rumah mu loh Nara"

Jawab Lasti lagi, kali ini ia menampilkan ekspresi tak suka.

"Las, kembali lah. Aku bisa pulang sendiri, aku pun sudah merasa agak mendingan" Pinta Kinara lagi.

Lastri hanya diam sambil menatap menyelidik pada wanita cantik yang ada di hadapannya saat ini.

"Kembalilah"

Kembali Kinara berucap.

Akhirnya Lastri menyerah, ia mengikuti titah sahabatnya itu untuk kembali ke kebun teh tempat ia bekerja.

"Apakah ndak masalah kamu aku tinggalkan disini?" Tanya Lastri memastikan.

"Tak apa, perjalanan ini tak jauh lagi kok, kan kamu tau sendiri."

Jawab Kinara sembari tersenyum hangat guna meyakinkan sahabatnya itu.

"Baiklah, aku kembali dulu. Sesampainya dirumah kamu harus segera minum obat dan beristirahat ya."

Saran Lastri kepada Kinara sebelum ia pergi.

Kinara pun mengangguk.

Perlahan, Lastri memutar badan ke arah berlawanan, begitu juga Kinara. Yang tadinya mereka berhadapan, kini melangkah saling membelakangi.

Kedua wanita itu, melangkah saling menjauh. Menuju tempat yang berlawanan arah. Entah pada langkahnya keberapa, Lastri memilih untuk berhenti, sejenak berbalik menatap kembali sahabatnya itu.

Nampak dari mata Lastri, Kinara sudah berjalan menjauh dari posisi nya saat ini. Lastri menatap lekat punggung wanita itu sembari menampilkan mimik muka iba.

Taklama, ia kembali berbalik. Meneruskan langka menuju tempat ia bekerja.

.....................//////////////////////////........................

Sebenarnya Kinara masih merasakan sakit di kepalanya, malah saat ini nampak jalanan di hadapannya berputar.

Bukannya ia sok kuat, ia hanya tak mau menyusahkan banyak orang dengan keadaannya saat ini.

Dirasa pening itu semakain parah, saat ini Kinara memilih berjongkok di pinggiran jalan guna meredakan sedikit pening yang ia rasakan sekarang.

Keringat dingin terus mengalir bercucuran membasahi wajah cantik itu, sesekali nampak ia menggelengkan kepala pelan guna tetap mempertahankan kesadarannya.

"Ada yang bisa ku bantu Neng?"

Tanya seseorang pada Kinara

Sontak Kinara sedikit terkejut, ia menatap dua sepatu coklat yang ada di hadapannya saat ini. Perlahan ia mencongakkan kepala, memilih menatap muka seseorang yang kini ada di hadapannya.

Muka itu nampak samar, tapi jelas bahwa seseorang yang ada di hadapannya saat ini adalah seorang pemuda.

Kinara mengerjapkan mata kuat, memastikan pandangannya tak kabur.

Ya benar, yang ada di hadapannya saat ini adalah seorang pemuda tampan. Tapi, selama dua tahun Kinara berdiam di desa ini, ia belum pernah melihatnya.

Perlahan Kinara berusaha berdiri, pemuda itu pun turut membantu.

Setelah sukses berdiri, kinara menyingkirkan pelan tangan tersebut dari pundaknya.

"Tidak ada Den"

Jawab Kinara pada pertanyaan Pemuda itu tadi.

"Permisi"

Ucapnya lagi sembari melangkah berlalu pergi.

Namun saat kaki mungil itu melangkah untuk kebeberapa kali, tiba-tiba mata indah itu terbelalak kaget.

Kinara merasakan kedua tangan kekar melingkar kuat di pinggangnya yang ramping.

"Kamu mau kemana Neng, bahkan kita belum berkenalan"

Ucap pemuda itu pelan, tepat di samping telinga Kinara.

Menyadari itu, Kinara memberontak kuat berupaya melepaskan diri

"Lepaskan aku! Lepas! Jangan kurang ajar ya!"

Bentaknya pada pemuda yang saat ini berlaku tak sopan pada nya.

Namun, seolah rontahan Kinara tak ada pengaruh pada pelukannya. Pemuda itu malah semakin mempererat kukungan tangan pada pinggang Kinara.

Ia semakin menjadi-jadi, kali ini ia menyandarkan dagunya pada pundak Kinara sembari menghirup kuat aroma wanita cantik tersebut.

"Diam lah, mari kita nikmati saat ini"

Ucap pemuda itu pelan, namun mampu membuat Kinara bergidik ngeri.

"Aku mohon, lepas kan aku"

Pinta Kinara, kali ini ia tak mampu lagi membendung tangis ketakutan dari matanya.

"Itu tak akan pernah terjadi, aku menginginkan mu"

Ucap pemuda itu lagi, ucapannya kali ini sukses membuat Kinara berteriak kencang.

"Tolong..! Tolong aku..!"

Teriak Kinara takut, tubuhnya tak henti-hentinya meronta.

"Kau hanya membuang tenaga mu saja"

Ucap pemuda itu lagi dengan suara yang begitu lembut, namun terdengar menjijikan di telinga Kinara.

Kali ini tak ada jawaban dari Kinara, ia hanya menangis segugukan. Namun tubuhnya tetap meronta kuat.

"Lepaskan, aku mohon"

Kali ini suara nya terdengar begitu getir, akibat tangis dan ketakutannya yang begitu membuncah.

Bukannya melepaskan, pemuda itu kini mulai berani mencium pelan pundak Kinara. Walau masih tertutup baju, pemuda itu masih tetap bisa merasakan aroma dari tubuh wanita cantik yang ada di pelukannya saat ini.

"Ayo kita cari tempat yang nyaman untuk berdua"

Ucapnya pada Kinara. Dengan tak melepas pelukannya, ia menyeret cepat tubuh wanita itu. Ia tak menghiraukan tubuh di pelukannya yang terus meronta-ronta.

Kembali, rasa pening menyerang Kinara. Rontahannya yang tadinya begitu kuat, kini melemah. Air mata tak ada putusnya terus mengalir.

Ia sudah benar-benar pasrah kali ini, rontahan dan teriakannya tak berbuah hasil. Memang di tempat ini sangat jarang orang berlalu lalang, wajar tak ada yang mendengar teriakan nya.

Kini Kinara berharap Lastri kembali dan menolongnya untuk lepas dari lelaki jahat yang membawanya kini.

Bugghhh...!!

Terdengar suara pukulan dari belakang, perlahan rangkulan kuat di pinggangnya melemah. Menyadari itu Kinara segera berusaha membebaskan diri, berlari menjauh sebisa nya.

"Kurang ajar, siapa kamu..!"

Bentak pemuda itu pada seseorang yang berani memukulnya dari belakang.

"Jangan pernah menyentuh Nona itu lagi"

Ucap Briyan dengan ekspresi yang begitu marah.

"Mengganggu saja kamu, akan ku pastikan kamu mati detik ini juga.!"

Ucap pemuda itu dengan amarah yang sama.

Mendengar percakapan yang penuh amarah itu, kaki yang sedari tadi berlari dengan gerakan enggan berhenti, kini memilih untuk mengakhiri. Berbalik cepat ke arah belakang, mencari tahu wujud dari dua sumber suara yang barusan ia dengar.

"Dia"

Sebut Kinara pelan saat ia sadari Briyan lah yang saat ini telah menolongnya terlepas dari pemuda kurang ajar itu.

Tak berselang lama, yang tadinya bertatap dengan penuh amarah, kini sudah begelut satu sama lain sembari melayangkan pukulan-pukulan kuat ke masing-masing muka lawan.

"Berhenti, ku minta kalian berhenti..!!"

Teriak Kinara kuat, meminta dua orang tersebut untuk berhenti dari tindakan mereka saat ini.

"Adennn ku mohon pergilah menjauh..!"

Teriak Kinara lagi setelah ia sadari pemuda jahat itu bukanlah tandingan untuk Briyan.

Dari kejauhan, Kinara dapat melihat dengan jelas darah segar mengalir dari sudut bibir dan hidung Briyan.

Tanpa fikir panjang, Kinara kini berlari cepat mendekat ke arah Briyan.

"Menjauh, ku mohon Nona pergilah. Selamatkan dirimu"

Pinta Briyan pada Kinara yang kini berlari mendekat.

Melihat Kinara tak berhenti, kembali Briyan berucap.

"Jangan jadikan usahaku menyelamatkan mu ini sia-sia. Cepat Pergi..!"

Teriak Briyan nyaring.

Seoalah mampu mencerna ucapan Briyan, Kinara menghentikan langkah kaki nya.

Menyadari mangsanya akan lolos, setelah menghujam Briyan dengan dua pukulan keras terakhir. Pemudah itu berusaha mengejar Kinara kembali.

Secepat mungkin Briyan menahan langkah laki-laki tersebut.

"Sial, jangan coba-coba menghalangi ku. Aku akan benar-benar mengirim mu ke neraka.!"

Ucap Pemuda itu kesal akibat ulah Briyan yang sekali lagi menghalangi tindakannya.

"Cepat lari..!"

Kembali, perintah Briyan pada Kinara.

Tersadar dari tatapan kosong nya selama beberapa detik lalu, Kinara kini sadar. Secepat mungkin ia berbalik dan berlari menjauh.

Dengan sisa tenaga yang ia miliki, ia tetap berusaha melangkahkan kakinya secepat mungkin. Kini ketakutan yang luar biasa mengahantuinya.

.................///////////////////////////////....................

Ciiiittttttttt..!!!

Suara decitan terdengar begitu nyaring.

"Kamu mau cari mati ha.!?"

Bentak Dimas kasar pada seorang wanita yang tiba-tiba muncul di depan motornya yang melaju begitu cepat.

"Den ku mohon, bantu aku"

Pinta Kinara dengan nada gemetar sembari menangis segugukan.

Melihat wanita itu begitu ketakutan, dan penampilannya begitu berantakan, Dimas pun merasa iba pada orang yang ia kenal itu.

"Apa yang terjadi?"

Tanya Dimas pada Kinara sembari menuruni motor dengan cepat.

 .................///////////////////////////////....................

Masih di lokasi yang sama, seorang pemuda tanpa henti memukuli lawannya. Walau lawannya sudah nampak tak berdaya, ia tak segan tetap melayangkan pukulan dengan hujaman yang begitu kuat. Seolah menumpahkan semua rasa kesalnya.

"Sudah ku bilang, jangan coba-coba mengganggu ku. Atau kau akan mati.!"

Ucap Pria itu dengan penuh amarah, namun gerakan tangannya tak berhenti.

"Bunuh saja, aku tak takut mati"

Jawab Briyan tegas dengan semua tenaga yang masih tersisa.

Ia tergulai begitu lemas dengan banyak darah yang mengalir dari wajahnya, tenaganya sudah tak cukup untuk melawan seseorang yang ada di hadapannya saat ini. Ia hanya menerima pukulan demi pukulan tanpa ada nya gerak balasan.

Perlahan, ia rasakan pengelihatannya mulai menggelap.

Menyadari lawannya sudah kehilangan kesadaran, pemuda bernama Nando itu menghentikan aksi brutalnya.

Ia menarik nafas kasar

"Sial, kau mengganggu ku saja"

Ucapnya kesal pada Briyan yang tengah jatuh pingsan.

Perlahan, ia merogoh saku nya mengeluarkan sebuah pahatan besi yang memiliki ujung lancip.

Dengan cepat, ia buka pisau kecil yang kini ia genggam. Menampilkan kilau nya dibawah mentari yang begitu terik.

"Sudah ku bilang, aku akan membunuh mu" ucapnya dengan seringai jahat.

Segera ia layangkan pisau tersebut ke arah dada Briyan.

Namun dengan cepat juga hantaman keras yang malah ia terima, sebelum sempat menghujamkan pisau itu ke dada lawan

"Dasar brengsek"

Ucap pemuda itu kesal sambil memegangi pundaknya, pisau yang ia genggam tadi kini terlepas.

"Jangan berani pada yang lemah"

Cetus Dimas yang datang tiba-tiba.

"Ohh kau juga mau mati rupanya"

Ucap pemuda itu cepat, secepat gerak tangannya yang ia layangkan pada Dimas

Dengan cekatan Dimas menghindar, dan kembali melayangkan pukulan.

Melihat hal tersebut, Kinara tak tinggal diam. Ia takut Dimas turut menjadi korban seperti Briyan yang saat ini tengah berlumuran darah.

Dengan cepat ia berlari kembali mencari pertolongan warga sekitar, ia harus mengumpulkan banyak warga untuk membantunya.

Setelah cukup lama dalam mencari, akhirnya Kinara mampu membawa beberapa warga dalam jumlah banyak ke lokasi.

Warga pun berbondong-bondong dengan cepat menuju lokasi tersebut membuntuti Kinara.

Setibanya di lokasi, nampak Pemuda jahat itu telah bertekuk lutut di hadapan Dimas. Ya lelaki jahat itu kalah.

Secepat mungkin warga segera meringkus pemuda tersebut, dan membawanya ke kantor polisi.

"Sial kalian semua, tunggu saja aku akan membalas kalian semua"

Teriak pemuda itu dengan penuh amarah, sembari berjalan tertatih-tatih akibat seretan masa.

"Sudah diam kau"

Ucap salah satu warga yang meringkusnya.

"Jangan sok jagoan di desa orang, hadapi saja polisi biar orang jahat seperti mu tau rasa"

Tambah salah satu orang lagi.

Pemuda itu di ringkus oleh beberapa warga menuju kantor polisi. Diseret kuat layaknya penjahat. Dengan langkah tertatih akibat tarikan warga pada kerah bajunya, ia pun masih sempat menatap Kinara sekilas sebelum dibawa berlalu pergi.

"Ayo segera kita bawa Aden ini ke puskesmas desa"

Ucap salah seorang warga.

"Bawa menggunakan motor ku saja biar cepat" Tambah Dimas.

"Nanti kita bonceng tiga"

Tambahnya lagi sembari berlalu cepat untuk mengambil motornya guna membawa ke lokasi.

Kinara benar-benar merasa bersalah melihat keadaan Briyan saat ini. Ia berharap tak terjadi hal buruk pada Pria baik hati tersebut.

"Aku mohon bertahanlah"

Ucapnya pelan sambil menggenggam erat tangan Briyan.

.

.

.

.

BERSAMBUNG***

1
Adinda
lebih baik kinara sama briyan daripada dimas Dan devan
Mendayu Aksara: Yuhu Kak, pantengin terus ya, biar tau akhir cerita Kinara bakal hidup bahagia dg siapa 🙌
total 1 replies
Adinda
cocok la briyan sama kinara Daripada dimas
Roxanne MA
OMG ADA DIL RABA🥰
Mendayu Aksara: Iyaa, cantik banget dia itu, cocok ngewakilin Kinara yg 'kata'nya cantik banget juga
total 1 replies
Roxanne MA
wahh ka alurnya seruu bangett
Mendayu Aksara: Wahh makasih kak ❤
total 1 replies
Mendayu_Aksara
Ngakak sih Briyan ini ada ada ajee
Mendayu_Aksara
ihh samaan nama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!