NovelToon NovelToon
Time Travel: Kali Ini Aku Akan Mengalah

Time Travel: Kali Ini Aku Akan Mengalah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / Keluarga / Time Travel / Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Aplolyn

Di kehidupan sebelumnya, Emily begitu membenci Emy yang di adopsi untuk menggantikan dirinya yang hilang di usia 7 tahun, dia melakukan segala hal agar keluarganya kembali menyayanginya dan mengusir Emy.
Namun sayang sekali, tindakan jahatnya justru membuatnya makin di benci oleh keluarganya sampai akhirnya dia meninggal dalam kesakitan dan kesendiriannya..
"Jika saja aku di beri kesempatan untuk mengulang semuanya.. aku pasti akan mengalah.. aku janji.."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 15

Hari-hari berikutnya, hubungan Emily dengan ayah semakin renggang, Tuan Gerson jarang menatap matanya, jarang bicara kecuali memberi perintah singkat.

Emily merasa seolah ia bukan lagi bagian dari keluarga Hambert, melainkan orang asing yang hanya numpang tinggal.

Sementara Emy, semakin hari semakin dekat dengan ayah, mereka sering mengobrol bersama, bahkan pergi berdua tanpa mengajak Emily.

Di balik senyum tenang Emy, ada kebanggaan yang tak terbantahkan bahwa dia berhasil memisahkan Emily dari ayahnya.

Dan bagi Emily, luka itu semakin dalam, karena orang yang seharusnya melindunginya justru memilih untuk percaya pada kebohongan.

Suatu malam, Ethan baru pulang dari kantor. Jas kerjanya sudah dia lepas, hanya tersisa kemeja putih yang sedikit kusut, dia meletakkan tas di sofa, lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air.

Dari sana, ia melihat Emily duduk di ruang tamu sendirian. Lampu redup, dan di pangkuannya ada buku sketsa yang kosong tanpa coretan.

"Emily?" Ethan memanggil dengan nada heran.

Emily menoleh cepat, wajahnya tampak lelah. "Kak Ethan.."

"Kamu belum tidur? Apa besok tidak ada kelas?" Ethan duduk di seberangnya.

Emily hanya menggeleng. "Ayah nggak izinin aku ngampus lagi, katanya aku pindah kampus aja, jangan satu kampus sama Emy"

Alis Ethan terangkat. “Kenapa?”

Emily menunduk, bibirnya bergetar. “Ayah percaya kalau aku mengurung Emy di gudang sampai asmanya kambuh. Padahal bukan aku, Kak. Aku malah yang cari bantuan waktu lihat dia kesulitan napas. Tapi waktu aku balik, dia udah nggak ada.. terus tiba-tiba Ayah datang, marah, dan aku dituduh macam-macam.”

Suara Emily pecah, meski ia berusaha menahannya. Ethan terdiam, menatap adiknya itu lama, dia tahu Emily keras kepala, tapi ia juga tahu Emily bukan tipe pembohong.

"Emily," Ethan menarik napas panjang, suaranya pelan tapi tegas, "kamu yakin seratus persen itu bukan kamu?"

Emily mengangguk cepat. "Aku bersumpah, Kak. Aku nggak bohong. Kenapa sih.. Ayah nggak pernah percaya sama aku?"

Ethan merasakan ada sesuatu yang berat di dadanya,dia bisa melihat jelas bagaimana Emily terluka.

"Oke," ujarnya akhirnya. "Besok aku akan bicara sama Ayah."

Emily menatapnya dengan mata berbinar penuh harapan, meski masih dibayangi rasa takut. “Kak Ethan.. Ayah pasti nggak percaya. Dia lebih percaya sama Emy.”

Ethan meremas pelan bahu Emily. “Tenang. Kalau kamu memang benar, aku bakal memastikan Ayah dengar langsung dari aku. Aku udah kerja di kantor Ayah, jadi aku punya posisi untuk bicara. Setidaknya, aku bisa jadi penengah.”

Untuk pertama kalinya setelah sekian hari, Emily tersenyum tipis. “Terima kasih kak.."

***

Keesokan malam, setelah makan malam, Ethan menepati janjinya. Ayah duduk di ruang kerja dengan segelas kopi, sedang memeriksa laporan bisnis. Ethan masuk tanpa mengetuk, duduk berhadapan dengan sang ayah.

“Ayah,” ucap Ethan serius. “Aku mau bicara soal Emily.”

Ayah mengangkat kepala, matanya tajam. “Apa lagi dengan Emily? Jangan bilang kamu membelanya.”

Ethan menahan diri agar tidak terpancing. “Aku cuma mau tahu kebenarannya. Emily cerita hal yang berbeda sama aku. Dia bilang dia justru yang menolong Emy, bukan yang bikin masalah.”

Wajah ayah mengeras. “Ethan, jangan bodoh. Kau tahu sendiri bagaimana sifat adikmu itu. Emily keras kepala, suka cari perhatian. Emy sendiri yang bilang, dia dikurung di gudang sampai hampir mati. Ayah lihat sendiri kondisinya.”

“Tapi dokter bilang Emy baik-baik saja, kan?” potong Ethan tenang. “Aku cuma merasa ada yang janggal. Emily bukan tipe yang bakal tega melakukan hal kayak gitu. Ayah nggak bisa cuma dengar sepihak.”

Ayah meletakkan kopinya agak keras di meja. “Kau mulai membela Emily? Kau tidak lihat betapa rapuhnya Emy? Dia butuh perhatian, sementara Emily selalu membuat masalah!”

Ethan menarik napas dalam. “Ayah, aku bukan membela siapa pun. Aku cuma minta Ayah lebih adil. Kalau terus-terusan begini, Emily bisa kehilangan kepercayaan dirinya. Dia anak Ayah juga.”

Ayah menatap Ethan lama, lalu menghela napas berat. “Kau tidak mengerti, Ethan. Sejak dulu, Emily selalu iri pada Emy. Ayah hanya berusaha melindungi yang lemah.”

Ethan mengepalkan tangan di pangkuannya. “Justru karena itu, Ayah harus hati-hati. Jangan sampai salah menilai. Kalau Emily merasa tidak pernah dipercaya, dia bisa menjauh.. Dan saat itu terjadi, jangan salahkan siapa pun kalau Ayah kehilangan dia.”

Ucapan itu membuat ruangan hening. Ayah terdiam, meski wajahnya tetap keras. Ethan menatapnya dalam, berharap setidaknya kata-kata itu menancap.

Di luar ruangan, tanpa mereka sadari, Emy berdiri di balik pintu yang sedikit terbuka. Ia menggertakkan giginya, wajahnya menegang. Kenapa Kak Ethan ikut campur? pikirnya kesal.

'Dia bisa merusak semua rencanaku.'

Emily pun duduk di balkon kamarnya. Angin berhembus lembut, tapi pikirannya masih kacau, dia memeluk lutut, menatap langit gelap penuh bintang.

Pintu kamarnya diketuk pelan.

“Boleh Kak masuk?” suara Ethan terdengar lembut.

Emily buru-buru berdiri untuk membuka pintunya.

Ethan muncul, masih dengan kemeja kerja yang belum sempat diganti. Wajahnya tampak lelah, tapi ada keseriusan yang membuat Emily mendongak. Ia membawa dua cangkir cokelat panas.

“Nih,” katanya sambil memberikan salah satunya.

Emily menerimanya “Makasih, Kak..”

Beberapa saat mereka terdiam, hanya suara serangga malam yang terdengar. Hingga akhirnya Ethan bicara.

“Aku udah bicara sama Ayah.”

Emily menoleh cepat, matanya membesar. “B-bicara? Tentang aku?”

Ethan mengangguk pelan. “Iya. Aku bilang ke Ayah kalau aku percaya kamu nggak bersalah. Aku minta Ayah lebih adil, jangan cuma dengar dari satu sisi.”

Air mata Emily langsung menggenang. Ia menutup mulut dengan telapak tangannya, menahan isak yang nyaris pecah. “Kak.. serius? Kamu beneran ngomong gitu sama Ayah?”

“Iya,” jawab Ethan mantap. “Aku tahu kamu bukan pembohong. Aku kenal kamu. Kamu mungkin ceroboh, keras kepala.. tapi kamu nggak akan tega bikin Emy sampai kambuh asmanya.”

“Aku.. aku kira nggak ada yang percaya sama aku lagi. Makasih kak.."

Dengan senyuman merekah Emily memandang sang kakak, lagi pula dia sudah tidak peduli, toh di kehidupan sebelumnya, ayahnya memang tidak menghiraukan dirinya

"Maafin ayah ya, suatu saat nanti kebenaran akan kelihatan. Dan waktu itu datang, Ayah nggak akan bisa tutup mata lagi.”

Emily menganggukkan kepalanya, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Emily merasa kakaknya kembali, tidak menyalahkan atau menyudutkannya.

Meski ayahnya semakin menjauh, setidaknya ada seseorang yang mau mendengarkan dan percaya padanya.

Di kamar lain, tanpa mereka sadari, Emy berdiri di balik pintu yang sedikit terbuka. Senyum manisnya hilang, berganti tatapan gelap penuh amarah.

'Jadi Kak Ethan sekarang ikut melindungi Kak Emily?' pikirnya geram.

'Kalau gitu.. aku harus pastikan Kak Ethan juga nggak bisa percaya lagi sama dia.'

1
Cty Badria
tinggal keluarga y hanya ngangap alat, tidak suka jalan y bertele, pu nya lemah banget
Lynn_: Terimakasih sudah mampir ya kak😇
total 1 replies
Fransiska Husun
masih nyimak thor
Fransiska Husun: /Determined//Determined/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!