"Aku tidak butuh uangmu, Pak. Aku hanya butuh tanggung jawabmu sebagai ayah dari bayi yang aku kandung!" tekan wanita itu dengan buliran air mata jatuh di kedua pipinya.
"Maaf, aku tidak bisa!" Lelaki itu tak kalah tegas dengan pendiriannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasehat ortu
"Aku mau makan nasi goreng saja, Dok," jawab Sofia berusaha tetap tenang.
"Baiklah, tetapi sebelum makan, kamu makan buah beberapa potong dulu ya." Seno menyerahkan satu piring kecil buah yang sudah di potong-potong.
Sofia hanya mengangguk patuh. Ia memakan buah tersebut, tak berani menoleh ke samping kanan. Biarkan saja lelaki itu dengan pikirannya sendiri. Yang jelas ia tidak pernah ada niat ingin memanfaatkan atau sengaja mencari perhatian keluarganya.
Sedangkan mama dan papa hanya tersenyum melihat Seno begitu perhatian pada Sofia. Mereka berasa sudah memiliki mantu. Ah, andai saja itu benar-benar terjadi. Tidak buruk bila Seno bisa menerima Sofia sebagi pasangannya. Karena Sofia adalah wanita baik.
"Xel, ayo makan. Kamu masih tidak selera makan?" tanya papa pada putra sulungnya yang hanya diam saja.
"Aku mau buah juga," jawab Axel acuh.
"Itu kupas sendiri," jawab Seno menunjuk buah yang belum di kupas.
"Nggak perlu, aku minta punya Sofia dikit aja," jawabnya kembali membuat semua mata menatap heran.
"Abang apa sih? Sumpah, kayak anak kecil banget, apa yang di makan Sofia itu yang Abang mau. Kesambet arwah tuyul dimana?" celetuk Seno gemas sendiri melihat tingkah abangnya itu.
"Ck, apa sih kamu. Aku tuh cuma lagi malas ngupas buah," timpal Axel menatap malas.
"Sini biar mama yang kupasin. Kamu mau buah apa?" tanya mama. Entah kenapa sekarang Axel begitu riweh.
Axel lantas menjawab. Rasanya kesal sekali, tetap saja yang ia mau buah yang ada di piring Sofia.
"Ya Allah, malah melamun nih anak. Jangan sampai mama getok kamu pake sendok ya. Kamu tuh buat kesel aja!" intrupsi mama.
"Sudahlah, aku nggak mau buah. Aku cukup minum susu saja," jawab Axel mendadak jiwanya sensi. Axel menatap Sofia dengan wajah melas, berharap wanita hamil itu berbaik hati mau berbagi buah yang ada di piringnya.
Sofia hanya berlagak acuh sembari menikmati potongan buah apel. Ia kembali mengusap perut datarnya.
"Terus aja buat ayah kamu yang songong itu menderita. Sebelum ibu memaafkannya, jangan biarkan dia tenang ya nak," batin Sofia membawa bayinya bicara.
Axel hanya minum segelas susu sembari menghirup aroma wangi yang berasal dari wanita yang duduk di sampingnya. Entahlah, entah kenapa dirinya bisa seperti ini. Jika seperti ini terus, bisa-bisa keluarganya tahu bahwa bayi yang di kandung Sofia adalah anaknya.
Saat keluarga itu sedang menikmati sarapan bersama, terdengar suara dering ponsel Axel tak henti-henti.
"Berisik banget suara ponsel kamu. Dari siapa? Dari kantor?" tanya mama.
"Nggak, dari teman," jawab Axel seraya mengubah mode silent di ponselnya. Bagaimana ia bisa pergi menemui sindy, rasanya ia tidak sanggup beranjak dari sisi Sofia.
Seno yang sedikit kepo, ia berdiri dari tempat duduknya untuk melihat siapa orang yang menghubungi Axel. Karena layar ponsel Axel masih menyala, itu artinya si penelpon masih berusaha menghubungi.
"Abang bohong Ma, itu yang nelpon partner mabuknya," ucap Seno dengan senyum tipis. Ia juga tidak suka bila sindy menjadi kakak iparnya.
"Eh, si monyong ini benar-benar Cepu jadi orang ya. Apa sih kamu suka banget ikut campur urusan aku!" kesal Axel pada sang adik.
"Hahaha... Aku tuh bukan ingin ikut campur. Tetapi aku hanya tidak ingin Abang aku yang ganteng ini salah memilih pasangan." Seno menanggapi dengan kekehan.
"Biarkan saja, Sen. Mama udah ngomong sama papa kamu. Jika nanti Axel masih keukuh milih wanita itu, maka mama tidak akan pernah merestui, dan biarkan dia urus sendiri jika mereka mau menikah. Kapan perlu mama pindah aja ke luar kota. Mama tidak sudi punya mantu modelan begitu," ujar mama panjang kali lebar.
"Oke! Oke! Aku tidak akan meneruskan hubungan aku dengan sindy. Aku blokir nomor sindy sekarang. Puas!" Axel segera memblokir nomor sindy dari aplikasi pesannya.
Mama tersenyum senang mendengar hal itu. "Nah, gitu dong. Jadi anak itu harus nurut sama mama. Percayalah sama mama nak, karena mama tahu mana perempuan yang baik untuk kamu," ucap mama senang sekali.
"Sebenarnya papa dan mama tidak ingin mengatur hidup kamu. Tetapi kami hanya tidak ingin kamu salah memilih pasangan. Karena pasangan adalah fondasi dalam jangka panjang. Maka dari itu sebelum menikah, kita perlu mempertimbangkan agama dan akhlak untuk sebagai prioritas utamanya. Tidak perlu kaya Nak, karena kita sudah memiliki segalanya. Kaya dan berpendidikan tidak menjamin kebahagiaan. Walaupun wanita sederhana, jika dia memiliki akhlak yang baik, maka papa jamin kalian akan bahagia nantinya," urai papa memberi nasehat untuk kedua anaknya.
"Apa yang di katakan papa kamu benar. Kamu lihat mama sekarang, dulu mama juga wanita sederhana, tetapi papa kamu menerima mama dengan ikhlas, dia begitu tulus mencintai mama. Papa selalu mendukung segala keinginan mama, baik dari pendidikan dan juga karier. Bahkan papa kalianlah yang menyekolahkan mama hingga ke perguruan tinggi," imbuh mama.
"Tuh, buka mata dan telinga Abang lebar-lebar. Jangan terpesona dengan cantiknya," ujar Seno membuat Axel jengah.
"Nggak usah ikutan nyeramahin aku. Awas saja jika nanti kamu salah pilih pasangan ya. Aku orang pertama yang akan ngulitin kamu," jawab Axel menatap kesal.
Sementara itu di sebuah kamar hotel. Sindy kesal sendiri karena Axel tidak menjawab panggilannya.
"Ini mas Axel kemana sih? Padahal semalam dia janji mau jemput aku pagi ini. Ngeselin banget jadi orang," gerutu sindy seorang diri.
"Apa aku samperin aja ke kantornya kali ya. Mungkin dia lagi sibuk. Sekalian aku bisa tebar pesona di sana. Pasti rekan-rekan kerja mas Axel terpesona. Secara namaku sudah di kenal sebagai model cantik dan seksi. Tapi sebelum itu aku pulang dululah. Aku bilang saja pada orang rumah baru mendarat hari ini."
Akhirnya sindy meninggalkan kamar hotel untuk pulang ke rumahnya. Padahal udah effort banget pengen di antar ayank pulangnya.
Sedangkan Axel hari ini terpaksa izin ke kantor. Kondisinya sedang tidak baik. Makan apapun kembali mual dan muntah.
"Xel, mama ke RS dulu. Nanti jam dua siang kamu periksa ke RS. Udah mama boking antrian untuk ke dokter penyakit dalam. Mungkin asam lambung kamu lagi kambuh," ujar mama sebelum berangkat ke RS.
"Nanti kalau nggak sembuh ke dokter penyakit dalam, periksa sama aku dokter kandungan."
"Nggak perlu. Ngapain aku harus ke dokter kandungan. Nggak usah ngaco kamu," bantah Axel masih menatap kesal pada adiknya.
"Ada kok laki-laki ke dokter kandungan. Ya, seperti yang bilang tadi. Yaitu ada sangkutannya dengan pasangan yang sedang hamil. Mana tahu ucapan aku benar begitu," jawab Seno.
"Oya, nanti sekalian bawa Sofia ya bang. Karena hari ini jadwal Sofia kontrol."
"Kenapa sama aku? Kenapa tidak kamu bawa sekalian Sofia pagi ini? Bukannya pagi ini kamu praktek?"
"Pagi ini aku ada jadwal operasi. Jam praktek aku nanti siang. Udahlah, nggak usah banyak tanya, pokoknya bawa Sofia sekalian ke RS."
Bersambung.....