NovelToon NovelToon
Asmarandana Titisan Ningrat

Asmarandana Titisan Ningrat

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cintapertama / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:112.1k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Ningrat dan kasta, sebuah kesatuan yang selalu berjalan beriringan. Namun, tak pernah terbayangkan bagi gadis proletar (rakyat biasa) bernama Sekar Taji bisa dicintai teramat oleh seorang berda rah biru.
Diantara gempuran kerasnya hidup, Sekar juga harus menerima cinta yang justru semakin mengoyak raga.

Di sisi lain, Amar Kertawidjaja seorang pemuda ningrat yang memiliki pikiran maju, menolak mengikuti aturan keluarganya terlebih perihal jodoh, sebab ia telah jatuh cinta pada gadis bernama Sekar.
Semua tentang cinta, kebebasan dan kebahagiaan. Mampukah keduanya berjuang hingga akhir atau justru hancur lebur oleh aturan yang mengekang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ATN 2 ~ Pewaris Tahta

Di usia yang semakin menginjak menuju dewasa, beberapa kebiasaan dan sifat mulai berubah, menjadi jati diri masing-masing. Meski beberapa kebiasaan tak bisa hilang begitu saja.

Bola basket benar-benar memantul berat di atas marmer keraton. Bahkan kilauannya itu lebih berkilau dibanding gaji PNS tahun itu.

"Lempar kang!" pinta Wardana pada Amar, lantas pemuda usia SMA itu mendribble bola terlebih dahulu layaknya Michael Jordan lalu *shoot*! Bukan Wardana yang sudah bersiap menerimanya, melainkan Bahureksa, yang baru saja datang dari kampus, melempar buku dan tasnya sembarang dengan gurat lelah, dan urat syaraf yang menonjol seperti menimbun beban yang akhirnya nanti akan meledak pada waktunya.

Wardana mencebik, apalah daya si bocah SMP melawan kakak-kakaknya yang sudah memiliki tinggi di atasnya itu. Somantri tertawa, terlebih saat Amar justru menjadikan itu sebuah pertandingan serius dengan mengejar dan coba merebut itu dari sang kakak.

Bahureksa membawa bola ke arah luar, dan Amar mengejar. Amar sudah meng-cut dribble-annya, memancing emosi Bahureksa yang memiliki sifat egois itu merasa tercolek harga dirinya, ia tak mau dikalahkan.

Terlebih Amar orangnya, Amar yang menurutnya selalu menjadi pesaing terberatnya dalam segala hal, termasuk perhatian ayahanda dan mata dunia. Dirinya lah putra mahkota, bukan si adik tengilnya itu.

"Tangkap Dan!" pinta Amar pada wajah kusut Wardana sang adik, meski beda ibu, tapi Amar tak pernah membeda-bedakan itu. Wajah Wardana sudah cerah kembali, namun....

Bahureksa kembali merebutnya, memotong laju bola basket yang melayang di depannya, lalu menyeringai. Menghentikan permainan basket, dan mengangkat bolanya tinggi-tinggi.

"Ah curang lah! Udahan lah..." Wardana menyerah frustasi.

"Cemen." Cibir Bahureksa mencibir setengah merendahkan adiknya itu, "jadi laki-laki ngga boleh cemen begitu...ayo rebut lagi, sesuatu yang awalnya punyamu harus kamu rebut kembali!" senyumnya itu senyuman menghina, dan menatap tengil. Ia senang atas ketidakmampuan orang lain.

Amar menggeleng, namun tiba-tiba ia tersenyum menyeringai, melompat dan menepuk bola basket dari tangan sang kakak, PAKK!

"Dan, kejar!" teriak Amar berhasil mengelabui sang Kaka, "jadi laki-laki itu pantang lengah." Balasnya tengil, berlari bersama Wardana yang sudah cekikikan, Somantri hanya memperhatikan tingkah adik dan kakaknya itu, ia lebih memilih kembali dengan seragam SMA yang telah keluar sepenuhnya dari pinggang celana dan tas di sebelah pundaknya menuju kaputren.

Yap! Somantri dan Amar berada di SMA yang sama, bersiap lulus padahal keduanya beda satu tahun lebih tua Somantri, namun kemampuan dan potensi Amar itu justru melampauinya, terlebih sifat Amar yang ekstropert membuatnya mudah sekali menyusup di organisasi manapun, termasuk seringnya ia dibawa ayahanda dalam kegiatan kunjungan bisnis.

Somantri berhenti sejenak, melihat sang adik, satu-satunya putri mahkota dari keluarga ini, Andayani....bocah cantik yang siap mekar, dan kini ia tengah meminta makan pada biyung.

Cup!

"Ihhh!" gidik Andayani mengusap pipinya jijik, ia yang selalu jadi sasaran keusilan dan kegenitan kakak-kakaknya itu, "cieee udah ada jerawat!" goda Somantri menunjuk bintik merah di dekat hidung mancung Anda.

Andayani melotot sambil mendelik, "engga yah! Ini cuman bakteri yang hinggap aja..." jawabnya gadis dengan rok merah ini, ia bahkan sudah menyarangkan pukulan-pukulannya ke arah Somantri.

"Eeeh...udah-udah." Seorang wanita cantik yang mirip dengan Somantri, seorang mantan sinden idola yang kini menetap di salah satu ruangan *hareem* keraton menyapa keduanya.

"Ini loh amih Mahis, kakang Somantri godain Anda terus." gerutunya mengadu. Jujur saja, si putri manja ini lebih dekat dengan para selir ayahnya ketimbang ibunya sendiri.

"Emang iya kan, tuh liat mih...udah ada jerawat, udah puber, masih bocah juga..." kembali Somantri menggoda seraya bersembunyi di balik tubuh ibunya sementara Andayani sudah bersiap menyarangkan kepalannya lagi.

Amar mengayunkan langkahnya dengan keringat yang telah bercucuran, "wah ada apa nih rame-rame."

"Liat Mar, bener kan saya...Anda sudah punya jerawat... bocah-bocah sudah puber." Ujar Somantri membuat Anda semakin manyun. Amar tertawa, "ini mah bisulll, gede gini..." justru tambah Amar.

"Enak aja!"

"Den Amar, ya Allah...itu sampai banjir keringat begitu." ujar Mahiswar.

Amar nyengir, "ngga apa-apa amih. Besok di sekolah pelajaran olahraga kok. Jadi ngga pake seragam ini." Jawabnya.

Bahureksa yang menyusul ikut hadir dan langsung merebut makan siang serta es jeruk milik Andayani sang adik yang baru saja dibawa biyung.

"Punyaku ya ini! Wah...."

Andayani langsung melotot tak terima saat kakangnya itu langsung meneguk es jeruk yang ditunggunya sampai tenggorokan kering itu hampir tandas, "kakang Reksa!!! Itu punya Anda...kalo mau, minta lagi!" tak peduli, ia justru sudah melahap menu makan siang itu terus sampai-sampai mata Andayani sudah berkaca-kaca kini, ia sudah lama menunggu tapi justru direbut begitu saja, jengkel!

"Kang," lirih Somantri ingin menegur.

Mahiswar menggeleng, selalu begitu. Merebut milik adik-adiknya, "den Reksa.." gumamnya merasa jengah namun tak bisa apapun menghadapi sifat angkuh, egois dan yapp! Tentu saja ia kadang-kadang berani membangkang pada para selir ayahnya itu.

Somantri sudah tak aneh, ia melengos tak ingin ikut memiliki urusan dengan abang tertuanya itu. Karena paling, ujungnya ia yang selalu kalah apalagi ia hanya anak seorang selir.

"Kang, ngga bisa ya ambil sendiri?" tanya Amar membela sang adik. Bahureksa yang tengah melahap menu makan siangnya sempat terdiam sejenak dengan rahang mengeras.

"Anda bisa minta lagi ke biyung, ngga apa-apa ya..." pinta Amar yang langsung meminta lagi pada biyung tadi, "biyung, minta tolong satu lagi buat Anda?"

"Iya den gusti." Andayani menatap kesal, dan mengikuti sang biyung sambil menghentak-hentak langkahnya, "Anda ikut ke dapur kering saja."

Bahureksa menghadang langkah Amar yang ingin ke kamarnya, "cuma masalah sepele begini, ngga usah bertingkah kamu sama kakang sendiri. Se simple itu tinggal minta biyung lagi." Amar mendengus menyugar rambutnya, "iya memang hanya hal sepele, kang. Tapi akang seperti tidak punya mulut dan attitude. Akang ini yang paling besar, harusnya kasih contoh yang baik, mengayomi, mengalah dan melindungi adik-adiknya."

Bahureksa mencengkram kerah seragam Amar, "kamu ngga usah ngatur dan ngasih tau tentang attitude sama akang, lancang. Disini kamu yang selalu main rebut." Tatapnya bengis dengan urat kemarahan yang sudah keluar, seperti sedang memperingati hal lain.

"Akang sedang ada masalah?" tanya Amar mengernyit, ia seolah sudah paham dengan watak kakaknya itu. Namun, alih-alih menjawab, Reksa justru meninggalkan begitu saja piring yang masih menyisakan banyak nasi dan lauknya itu, jelas tujuan kakangnya itu bukan sebab terlampau lapar, namun memang sedang menumpahkan dan melampiaskan emosinya.

Tidak ada yang berani padanya, selain Amar, dimana kekuatan statusnya dan Reksa sama, meskipun Reksa adalah putra mahkota, namun sepertinya posisi itu sedikit mulai terancam dengan ayahanda yang selalu melibatkannya dalam hal apapun tentang bisnis dan kepemimpinan kasepuhan.

Sebenarnya, Bahureksa seringkali menjadi pribadi yang menyenangkan bagi adik-adiknya itu, menjadi partner kejahilan yang best untuk Amar namun jika sedang dalam kondisi mood yang anjlok, atau memiliki masalah, ia berubah jadi pribadi menyebalkan dan menakutkan.

Bahureksa menggusur langkahnya dengan pikiran yang sudah kacau dan emosi yang belum teredam mengingat obrolan ibunda dan ayahanda semalam yang tak sengaja ia dengar.

"*Harusnya engkang ikut sertakan Bahureksa. Dia putra mahkota, anak pertama kita, kang*..."

"*Hm. Entahlah yayi...akang merasa Amar lebih cocok menggantikan akang nantinya sebagai putra mahkota*..."

*Kilatan mata remaja itu mencuri tatap pada kedua orangtuanya yang sedang bersiap istirahat*.

"*Saya tau, kang. Saya pun merasa begitu, tapi Reksa*..."

"*Biar saya ajak semua, termasuk Wardana dan Somantri." Jawab ayahanda dan ibunda mengangguk*.

.

.

.

1
YL89
Setiap Novel teteh Author selalu punya cerita n pelajaran yg disuguhkannya!!come on kita kali ini diajak menjelahi ilmu sejarah Kerajaan
lestari saja💕
apa bedanya????????sanggar cipta gelar dan mayang apa bedanya???sama2 ronggeng????ini si jembar kasih ga mencerminkan namanya bgt
lestari saja💕
terus jembar kasih tikus raksasa?????🤣🤣🤣🤣😎
lestari saja💕
benar kann??????tetep ujung2 nya sekar yg salah
lestari saja💕
benar sekar tapiiiiii.......
lestari saja💕
ditolak dong si bahu....-amar aja ditolak....😂😂😂
lestari saja💕
lawan sekar...-jadi ronggeng yg terhormat
lestari saja💕
gimana klo anjarwati tahu????
lestari saja💕
kok medeni si bahu ki....main ne ngunu
Ray Aza
aisshhh neng contohnya kok ya presiden yg demen kawin jg. 🙈
🥀 Sinta gendheng🥀: 🤣🤣🤣🤣🤣 kita ambil hikmahnya aja budhe
total 1 replies
Ria
sikapnya kok jauh ya sama namanya... "jembar kasih"..... kok gak di kasih nama
" jembar kisruh" aja si teh🤭🤭🤭😂😂😂🙏
🥀 Sinta gendheng🥀: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Mira Mira
pantas saja pas sasi jatuh cinta amih sekar selalu nangis tiap malam segitu sakit hati nya sama omongannya raden ayu/Cry//Cry/
Miko Celsy exs mika saja
sedih bgt jd sekar,,,ya bgtulah gak jaman dl gak jaman sekarang,orang yg kelebihan byk yg memandang rendah orang yg tak berpunya,meskipun skrng jg byk orang yg berlebih tdk memandang buruk ke yg tdk berpunya bahkan sdh byk yg benar2 merangkul dam memandang setara antra hg berpunya dan tidak
isni afif
😻😻🥰☺️☺️🤭🤭🤗
isni afif
lanjut teh.....sin...🫰🫰🫰🫰🫰
Attaya Zahro
Jangan suka meremehkan..nyatanya selir suamimu juga seorang ronggeng 😏😏
Trituwani
karyamu yg ini kadang bikin mesam mesem sendiri kadang jg nangis sendiri kadang jg tensian sendiri min... tp emmhhh si apih amar terlalu yahuddd disini min... sweet bgt kayak gula aren/Kiss//Kiss//Kiss/semangat berkarya min cahyoooo
Trituwani
wahhhh👏namanya aja jembar kasih tp akhlaknya tidak mencerminkan sbgai seorang permaisuri yg adil dan beradab/Scream/ mentang"turunan ningrat..wong asal jg dr tanah liat...sama sama tanah mah merendah kali jgn sampai kesombongan mengahancurkan trahmu sendiri...pantas si apih amar berontak..tau mboknya kayak bantengan gini,terlalu mengekang keturunanya sendiri.. dirimu tanpa rakyat kecil jg g bisa apa"kali...ad gitu permaisuri cuci baju sendiri klo g da rakyat jelantah.. mentang"sultan rakyat kecil patut dihina gitu.. ooo tidak bisa fergusoo hukum tabur tuai ada bisa jd ntar dirimu jd rakyat kecil cam sekar sekarang/Scream//Scream/minta disleding nih jembar kasih nih/Cleaver//Cleaver//Joyful/
DozkyCrazy
ya elah Bu tuh mulut g pernah sekolah yaa
DozkyCrazy
haddeh kangjenk mamih Dateng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!