NovelToon NovelToon
Aku Pergi...

Aku Pergi...

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Call Me Nunna_Re

Luna Maharani.

Nama yang sudah lama tidak ia dengar. Nama yang dulu sempat jadi alasan pertengkaran pertama mereka sebelum menikah. Mantan kekasih Bayu semasa kuliah — perempuan yang dulu katanya sudah “benar-benar dilupakan”.

Tangan Annisa gemetar. Ia tidak berniat membaca, tapi matanya terlalu cepat menangkap potongan pesan itu sebelum layar padam.

“Terima kasih udah sempat mampir kemarin. Rasanya seperti dulu lagi.”



Waktu berhenti. Suara jam dinding terasa begitu keras di telinganya.
“Mampir…?” gumamnya. Ia menatap pintu yang baru saja ditutup Bayu beberapa menit lalu. Napasnya menjadi pendek.

Ia ingin marah. Tapi lebih dari itu, ia merasa hampa. Seolah seluruh tenaganya tersedot habis hanya karena satu nama.

Luna.

Ia tahu nama itu tidak akan pernah benar-benar hilang dari hidup Bayu, tapi ia tidak menyangka akan kembali secepat ini.
Dan yang paling menyakitkan—Bayu tidak pernah bercerita.

Akankah Anisa sanggup bertahan dengan suami yang belum usai dengan masa lalu nya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19

Pagi itu udara di kampus terasa sedikit lebih tegang dari biasanya.

Mahasiswa berkumpul di aula besar, sebagian masih sibuk merapikan kemeja dan blazer, sebagian lagi berusaha menyembunyikan gugup di balik tawa kecil yang dipaksakan.

Di antara mereka, Anisa dan Sarah duduk berdampingan di barisan tengah.

Kedua tangan Anisa saling menggenggam erat di atas pangkuannya, sementara Sarah tampak gelisah, menggigit bibir bawahnya dengan kaki yang terus digoyang-goyangkan untuk menutupi kegugupannya.

“Gila, Nis, jantung gue rasanya mau copot. Kalau nggak keterima di perusahaan besar kali ini, tamat riwayat gue, mana masuk nya susah banget lagi, gue ampe gak tidur seminggu buat belajar supaya bisa masuk kesana." bisik Sarah setengah bercanda, setengah panik.

Anisa tersenyum kecil, berusaha tenang meskipun jantungnya juga berdetak kencang. “Santai, Sar. Kita udah berusaha semampu kita, hasilnya serahkan aja ke Tuhan. Siapa tahu nasib baik berpihak ke kita. Lo mau terpilih di perusahaan mana, Millanoz atau Meddison gruop?."

"Gue sih maunya di Millanoz,"

"Ya udah berdoa aja semoga kita lolos seleksi kemaren." ucap Anisa berusaha tenang, padahal sejujurnya ia juga sangat gugup. namun Anisa lebih berharap jika ia lolos magang di perusahaan meddison group karena jaraknya cukup dekat dengan apartemen tempat tinggalnya.

Sarah menghela napas panjang, menatap layar besar di depan aula yang masih menampilkan logo kampus mereka. “Iya sih. Tapi gue denger, yang megang seleksi dari Millanoz Group langsung orang HR pusat, lo bayangin… perusahaan sekelas itu pasti nggak main-main.”

Anisa hanya mengangguk.

Ia tahu betul reputasi Millanoz Group, perusahaan multinasional yang bergerak di bidang bisnis dan inovasi teknologi, dipimpin oleh seorang CEO muda yang terkenal perfeksionis yaitu Jovandra Millanoz.

Banyak yang bilang, ia jenius, dingin, dan tidak kenal kompromi. Bahkan, konon ada karyawan yang dipecat hanya karena salah menuliskan ejaan nama klien di email resmi.

Mendadak, suara MC dari depan memecah kegugupan semua orang.

“Baik, saya mulai, sepertinya semua orang di sini sudah tidak sabar mendengarkan pengumuman siapa-siapa saja yang lolos untuk magang di dua perusahaan besar yaitu Meddison group dan Millanoz group, Baiklah untuk mempersingkat waktu, berikut kami umumkan dua mahasiswa terbaik yang berhasil lolos seleksi magang di Millanoz Group, dua orang mahasiswa itu adalah....”

Seluruh aula sontak hening.

Semua mata terpaku ke layar.

Satu per satu nama mahasiswa muncul dalam daftar sesuai urutan program studi.

Dan ketika tulisan itu akhirnya muncul, Sarah menjerit kecil, spontan berdiri dari kursinya.

“Anisa Putri F… dan Sarah Anindita!”

Sarah langsung menoleh ke arah sahabatnya dengan mata berbinar, lalu memeluknya erat.

“Kita keterima, Nis! Ya Tuhan, kita keterima!” serunya penuh semangat.

Anisa hanya bisa tertawa lega. Ada rasa haru yang menyeruak di dadanya, perjuangan panjang, malam-malam begadang, hingga semua tekanan di kampus, akhirnya terbayar lunas.

Namun kegembiraan itu tak berlangsung lama.

Setelah acara selesai, Anisa dan Sarah duduk di taman kampus, membicarakan rencana magang yang akan dimulai minggu depan.

“Jadi, perusahaan menyediakan tempat kos di deket kantor buat anak magang,” ujar Sarah sambil membaca ulang email pengumuman dari HR Millanoz. “Tapi cuma buat yang rumahnya jauh. Lo daftar aja, Nis. Kan apartemen lo lumayan jauh tuh. Kalau gue sih nggak bakalan diizinin sama bokap gue buat ngekos di sana, pasti dia minta sopir buat antar jemput gue.”

"Gue bingung Sar, gue ngomongnya gimana ya sama Mas Bima."

Anisa menatap langit, berpikir sejenak.

Ia tahu jarak dari apartemen ke kantor Millanoz cukup jauh, sekitar satu jam perjalanan jika macet. Kalau harus bolak-balik setiap hari, tubuhnya bisa drop.

"Udah lo ngekos aja. lagian kan kalian Cuma nikah kontrak. Bukankah lo bilang di surat kontrak tersebut masing-masing pihak tidak boleh ikut campur urusan masing-masing."

“Tapi gue harus izin dulu sama Bima,” jawabnya pelan.

Sarah meliriknya, wajahnya berubah sedikit muram. Ia tahu sedikit banyak tentang kehidupan Anisa. Tentang pernikahan kontrak yang bahkan Anisa sendiri jalani tanpa cinta.

“Lo yakin dia bakal izinin?” tanyanya ragu.

Anisa tersenyum kaku. “Gue nggak tahu. Tapi gue harus coba.”

"Semoga aja dia ngizinin, kasihan kalau lo bolak balik tiap hari Nis. Apalagi lo gak ada kendaraan. Lo yakin gak bakal telat nanti nya. Lo kan tau sendiri gimana kota tercinta kita ini tiap pagi...gak pernah lepas dari yang nama nya macet kecuali pas lebaran, itupun karena para penghuni kotak mudik." celetuk Sarah yang membuat Anisa terkekeh.

Malam harinya..di apartemen, suasana hening.

Bima sedang menonton televisi sambil bermain ponsel, Luna selalu menempel dimanapun Bima berada. Sementara Anisa menyiapkan makan malam sederhana untuk dirinya.

Setelah ragu cukup lama, Anisa akhirnya membuka suara, suaranya lembut tapi terdengar hati-hati.

“Mas…”

Bima menoleh sekilas. “Hm?”

“Aku mau izin. Minggu depan aku mulai magang di Millanoz Group. Kantornya agak jauh, jadi… mungkin aku harus ngekos di dekat sana selama satu bulan. Cuma sebulan, Mas. Setelah itu aku balik lagi.”

Bima menghela napas, matanya tetap tertuju pada layar TV. “Nggak usah. Pulang aja ke sini setiap hari. Lagian kenapa gak lo pilih magang di perusahaan gue aja.”

“Tapi Mas… jaraknya jauh banget. Aku takut nanti sering telat dan...”

“Gue bilang pulang, ya pulang,” potong Bima datar. “Jangan banyak alasan. Orang tua gue bisa curiga kalau lo tiba-tiba ngekos. Lagian lo sekarang istri gue, jadi lo patuh sama setiap perintah gue.”

Nada suaranya dingin dan tegas. Tak ada sedikit pun rasa peduli di sana.

Anisa menunduk, menahan rasa perih di dadanya. “Baik, Mas, tapi.... Saya gak punya cukup uang buat naik taksi tiap hari." ucapnya lirih.

Bima bangkit, mengambil kunci mobilnya. “ Nanti gue kasih kalau cuma ongkos taksi. Gue keluar dulu sama Luna, ngerusak mood gue aja lo malam-malam gini.”

"Ayo Hon."

"Kemana Beb."

"Clubing."

"Assiiiikkkk!!!."

"Hebat juga dia bisa di terima magang di Millanoz group, gue aja udah lima kali tes magang disana selalu di tolak." batin Bima.

Anisa tak tahu harus bagaimana lagi mau tidak mau ia harus berjuang selama satu bulan itu.

Pintu apartemen tertutup dengan suara keras, meninggalkan keheningan yang menyakitkan.

Ia duduk di kursi ruang makan, menatap piring kosong di depannya.

"Selalu begini… selalu tentang dia dan perintahnya. Aku cuma bagian dari perjanjian yang bisa diatur sesuka hatinya."

Namun dalam hatinya, Anisa berjanji,

meskipun dengan perintah Bima yang mempersulitnya, ia akan tetap berusaha menjalani magangnya sebaik mungkin.

Bukan hanya untuk dirinya, tapi juga demi harga dirinya yang selalu diinjak-injak oleh Bima dan Luna.

 

Keesokan paginya, Sarah mengirim pesan singkat:

> “Nis, jangan mikirin siapa pun. Fokus aja sama magang ini. Kadang jalan keluar datang dari tempat yang nggak kita sangka.”

Anisa tersenyum kecil membaca pesan itu.

Ia tidak tahu bahwa perjalanan menuju Millanoz Group kelak akan mempertemukannya dengan seseorang yang perlahan-lahan menyembuhkan hatinya yang hancur.

1
Ma Em
Anisa kalau Luna berbuat macam macam pada Anisa lawan saja jgn mau dihina atau diinjak injak harga diri Anisa , Anisa bkn babu tapi istri sah daripada Luna cuma selingkuhan , Anisa berhak usir Luna dari apartemen yg Anisa tinggali dan kalau Bima marah lawan jgn diam saja .
Ma Em
Cepatlah enam bulan berlalu agar Anisa bisa secepatnya meninggalkan Bima , semoga Anisa berjodoh dgn Jovan .
Ma Em
Anisa semangat dan sabar semoga enam bulan cepat berlalu lalu tinggalkan Bima seumpama Bima berubah jadi jatuh cinta sama Anisa jgn mau terima biarkan Bima dgn Luna , semoga Anisa bisa berjodoh dgn Jovan dan berbahagia .
Ma Em
Thor banyak typo harusnya disita negara bkn disiksa negara 🙏🙏
Call Me Nunna_Re: nanti di revisi ya kak🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!