NovelToon NovelToon
Tentang Rasa

Tentang Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Asrar Atma

Menyukai seseorang tanpa tahu balasannya?
tapi dapatku nikmati rasanya. Hanya meraba, lalu aku langsung menyimpulkan nya.
sepert itukah cara rasa bekerja?

ini tentang rasa yang aku sembunyikan namun tanpa sadar aku tampakkan.
ini tentang rasa yang kadang ingin aku tampakkan karena tidak tahan tapi selalu tercegat oleh ketidakmampuan mengungkapkan nya

ini tentang rasaku yang belum tentu rasanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asrar Atma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

puzzle?

Pov Daniza

"Kalian berdua Benaran pacaran kah?"sampai Aca disebelah ku mulai bertanya sesuatu yang mengusik pertahanan ku, aku melihat nya lalu pada Ali yang hanya tersenyum seraya mengusap rambutnya kebelakang.

"Ngga, Mama yang suruh aku jenguk bareng Ali." Aku alihkan pandanganku pada Haneul dia menatapku dengan ekspresi datar, lalu pada Rina yang menyibukkan dirinya dengan Hanphone.

"Iya...sekarang memang ngga, tapi nanti siapa yang tahu, kalo pendekatan nya segencar ini"aku mulai merasa tidak nyaman akan pembicaraan Aca, sementara aku lihat Ali, dia hanya senyum-senyum memandang ke arah ku.

"Gimana menurut mu Han, mereka cocok ngga?" Sekarang malah bawa-bawa seseorang yang ku sukai, tapi aku cukup penasaran bagaimana reaksinya.

"Cocok"hanya begitu saja, dan dia mengatakan nya dengan ekspresi datar itu.

Tidak kah dia cemburu? Seperti aku yang selalu cemburu melihatnya dengan Rina ataupun perempuan lain, reaksi nya barusan membuat ku jadi bertanya-tanya bagaimana sebenarnya perasaan Haneul padaku? Apa selama ini, aku sungguh hanya salah paham padanya? Jadi aku hanya menyukai sendirian, tidak berbalas. Hatiku mulai sakit memikirkan itu.

Aca bertepuk tangan disampingku lalu mulai mengatakan apa saja hal yang seru jika aku dan Ali jadian.

"Mereka sungguhan cocok, aku setuju dengan pendapat Han, jadi kapan rencananya peresmian." Rina yang tadi sibuk, sekarang ikut tertarik dengan ke antusiasan Aca yang ingin mengajak jalan-jalan bareng dan bawa pasangan masing-masing.

"Benar kapan Ali? Daniza itu cuma nunggu, masa kamu mau perempuan yang duluan. Tunggu apalagi nanti diembat orang baru tahu rasa kamu" aku tidak lagi sanggup berdebat untuk mengelak semua serangan suara itu, sebab hatiku tiba-tiba terasa luka dan itu perih.

Hanya karena reaksi Haneul tidak sama seperti yang ku harapkan, ataukah aku mulai tersadar dari perasaan ku yang percuma.

"Kapan nya, lihat dulu kondisi lah. Hal yang semacam itu juga butuh persiapan" Ali cekikikan dan telinganya memerah, lalu hal itu menjadi bahan ejekan mereka.

"Fazar, tolong bantu Bibi siapkan minuman?"perintah Haneul pada Sepupunya yang tengah asik bermain puzzle di meja belajar, bocah itu segera berdiri dan menurut.

"Eh...sebenarnya ngga perlu Han"

"Ngga apa-apa, sudah semestinya begitu!"

"Yaudah kalo gitu"

××××××××

Ali dan Haneul masih berbincang mengenai kaki Haneul yang katanya, butuh waktu dua bulan atau lebih untuk sembuh, berbincang seputar kegiatan sepak bola, pertandingan, pelajaran, game, sampai masalah Hanphone dan Rina menjadi pendengar yang sesekali menyahut, sedangkan Aca sudah undur diri setelah beberapa menit kembalinya Fazar, katanya dia ada pertemuan hari ini dengan pacar nya.

Sementara aku mulai bosan dan tidak nyaman sebab tidak diajak pada pembicaraan yang tidak dalam ranahku . Untuk menghalau bosan aku pun memperhatikan sekitar yang belum sempat aku lakukan karena kunjungan yang singkat dan memalukan. Kamar Haneul cukup luas dan terlihat rapi, dengan wangi khas Haneul sekali. Meja belajar diletakkan disebelah kanan dengan berbagai tumpukan buku dan lampu belajar diatasnya, lalu lemari kayu yang isinya aku tidak tahu, dan disebelah kiri dinding, dekat posisi ku duduk ada lemari kaca berisi sepatu sendal dan atasnya buku-buku yang judulnya macam-macam, tapi tidak ada novel. Dinding nya yang di cat putih tidak terpajang satu pun foto hanya ada kaca.

Sampai pada akhirnya tatapan ku berhenti pada Fazar yang duduk dikursi belajar, dia melihatku dengan mata nya yang bulat. Apa aku sudah tertangkap basah melakukan kejahatan dengan mengamati seisi kamar ini? Jadi aku hanya tersenyum seraya mengangguk padanya.

Tapi tanpa ku sangka, dia berjalan perlahan mendekati ku membuatku sedikit terkejut sekaligus panik.

"Kakak ini, siapa namanya?"aku menunjuk diriku sendiri, lalu melihat orang-orang yang ada dikamar ini yang tiba-tiba hening.

"Daniza, kamu? Fazar" dia menganguk lalu mengambil duduk disampingku, tempat Aca tadi duduk.

"Kakak ini, aku kaya pernah lihat, mirip seseorang" aku lalu tersenyum, saat mengerti siapa yang dimaksud.

"Vano bukan?"Matanya terbelalak, lalu dia dengan antusias mengangguk.

"Ah...itu adik ku, kamu berteman dengannya?"

Tapi jawaban selanjutnya membuat ku terdiam tidak dapat berkata apa-apa

"Kami musuhan, dia terlalu pendiam tapi diam-diam suka mengadu, aku ngga suka dia"

"Apa kakak juga seperti itu? Pendiam tapi suka mengumpat dalam hati?" Aku menggeleng tidak setuju, aku sama sekali tidak pendiam bagi orang-orang yang sudah akrab dengan ku, tapi bagi orang yang baru bertemu mungkin saja akan terlihat seperti itu. Masalahnya aku hanya tidak tahu bagaimana cara menanggapi pembicaraan saat seseorang berbicara atau sekedar mengajak orang baru untuk mengobrol.

"Kalau begitu, aku minta maaf atas nama Vano, dia pasti sangat membuat mu jengkel"

"Aku ngga akan mencampur adukan Kakak dengan masalah ku dengan Vano" katanya, bagai seseorang yang telah dewasa yang terjebak ditubuh anak kecil.

"Mau bermain dengan ku, menyusun puzzle " aku mengangguk, lalu dia menarik tangan ku, mengajak ku duduk dikursi belajar dan dia sendiri mengambil kursi plastik.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

Setelah lebih setengah jam, bertamu dirumah Haneul. Kini aku telah tiba dirumah, dan langsung merebahkan tubuhku yang terasa lelah setelah mencuci kaki, tangan. Sambil menatap langit-langit kamar, bibir ku terus-menerus tertarik keatas-tidak kuasa menahan senyum.

Aku yang awalnya merasa patah hati, berpikir Haneul sama sekali tidak cemburu pada Ali. lalu dengan cepat dan mudahnya berubah jadi gembira yang kegirangan, melupakan perasaan sedih ku,saat kedekatan yang terjadi dimeja belajar.

Begitu dekat sampai aku kesulitan bernafas tapi juga menyenangkan, tapi juga memalukan, tapi juga ada rasa takut yang tidak ku mengerti. Haneul begitu berani sampai aku berpikir, apakah itu benar dia sesungguhnya? Mengingat nya saja seperti ini membuat jantungku berdebar kencang, apalagi tadi... saat benar-benar mengalami nya, aku begitu gugup.

"Daniza...mana titipan Mama?" Aku langsung terduduk mendengar suara Mama dari arah luar, titipan Mama...dan cardigan ku.

Aku menepuk keningku dengan kuat saat aku melupakan bagian itu, lalu berlari keluar.

"Daniza...kenapa lari-lari?"

"Mama...aku meninggalkan cardigan ku dirumah Haneul dan lupa membeli titipan Mama, dan masalah nya... uangnya ada di kantung cardigan" Mama melotot, dan suaranya menggelegar.

"Ambil sana lagi, kalo sampai titipan Mama ngga ada, kamu ngga boleh dapat uang jajan sampai tiga bulan lamanya, kamu itu gimana sih ceroboh, pelupa ngga bisa diharapkan...." dan masih panjang lagi ocehan Mama, sampai aku mengayuh sepedaku memasuki jalan beton suara Mama masih samar terdengar.

Sampai rumah Haneul dengan keraguan dan terpaksa, aku memanggil orang rumah dan yang keluar kali ini adalah seseorang lelaki yang mungkin seusia Verrel.

" Kenapa?"

" Mah ngambil barang, ketinggalan!"ujarku menatapnya, yang kemungkinan anak sulung Bu Fatwa.

"Ambil sendiri, tahu kan tempatnya?" Dia lalu berjalan masuk dan duduk disofa dengan kaki diatas meja, keningnya berkerut saat mendongak menatap ku didepannya.

"Kenapa masih berdiri disitu? Ngga jadi?"

"Jadi...kok, tapi ambil sendiri memang boleh?"

"Emang tadi saya bilangnya apa? Ngga dengar?" Kasar sekali mulutnya, ini sih Versi Bu Fatwa disekolah. "Aku masuk" Izin ku sekali lagi seraya melangkah lebih dalam, kedalam rumahnya.

1
Abel Peony
Seliar Lalat
Abel Peony
Kacamata/Shhh/
Abel Peony
Awas, bau jigong!
Abel Peony
Jahil Banget, sumpah, deh!
Abel Peony
Jahil, yah!
rina Happy
haruskah aku mnunggu tamat dulu novelmu baru aku baca author?
aaaaaaa aku tak sanggup menungguuuu
Asrar Atma: hehehe sabar yaa, rina.
total 1 replies
Kesini
panas hanul
Kesini
sopan lah begitu
Kesini
wahhhh intens
Abel Peony
Huh/Shhh/
Abel Peony
Daniza itu anak alam
Abel Peony
Gatot, Hanul/Good/
Abel Peony
Masa langsung nanya bawaan orang, sih, Bu?
Kesini
kan benar Gato tau segalanya
Kesini
mertua mu kejam hanul
Kesini
walah Bu Gato itu
Kesini
banyak sekali pertanyaan
Abel Peony
Banyak duit, Si Han, ini. Pantesan Daniza suka.
Abel Peony
Masa, Dim?
Asrar Atma
wah...makasih Rina Happy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!