NovelToon NovelToon
PENANTIAN CINTA HALAL

PENANTIAN CINTA HALAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Aila Rusli tumbuh dalam keluarga pesantren yang penuh kasih dan ilmu agama. Diam-diam, ia menyimpan cinta kepada Abian Respati, putra bungsu Abah Hasan, ayah angkatnya sendiri. Namun cinta mereka tak berjalan mudah. Ketika batas dilanggar, Abah Hasan mengambil keputusan besar, mengirim Abian ke Kairo, demi menjaga kehormatan dan masa depan mereka.

Bertahun-tahun kemudian, Abian kembali untuk menunaikan janji suci, menikahi Aila. Tapi di balik rencana pernikahan itu, ada rahasia yang mengintai, mengancam ketenangan cinta yang selama ini dibangun dalam doa dan ketulusan.

Apakah cinta yang tumbuh dalam kesucian mampu bertahan saat rahasia masa lalu terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5 BAYU LANGIT

Tergeletak cangkir kosong di atas meja yang tersisa hanya endapan hitam di dasar cangkir batu itu, di sudut kursi Aila duduk terdiam menatap kosong pada cangkir yang tak lagi berisi. Sesekali Aila menatap layar pipih dalam genggamannya. Lagi-lagi Aila menarik dalam nafasnya lelah. Lelah menunggu kabar dari Abian.

Sejak video call itu, Abian tak ada lagi menghubungi Aila.

Bayu yang faham akan kegelisahan Aila, melirik sekilas, lama lama mulut pria berjambang tipis itu tak tahan untuk diam.

"kenapa..?"

Tanya Bayu menelisik. Aila mendongak pandangannya berpaling dari cangkir kosong itu.

"Apanya...?"

Sahut Aila tak paham.

"Kenapa manyun...?"

Sahut Bayu cepat.

"Apaan sih..."

Elak Aila tak mau jujur.

"Apa kabar calon suamimu...?"

Selidik Bayu ingin tahu. Aila tersenyum, wajahnya dengan cepat ia palingkan ke arah kolam.

"Mas Abi..?"

Ucap Aila terdengar konyol. Bayu menyipit.

"Emang calon suamimu ada berapa..?"

Tanya Bayu terdengar mengejek.

"Ya satu lah, cuma Mas Abi. Dia baik kok, baru aja Mas Bian chat aku."

Bohong Aila pada Mas Bayunya. Bayu mencebik mendengar jawaban adiknya itu.

"Haaa...anak zaman now, kecil-kecil udah punya calon suami."

Ucap Bayu, lalu ngeloyor pergi. Aila menatap sebel pada masnya yang satu itu. Aila pun ikut masuk membuntuti langkah Bayu dengan menenteng cangkir kopi milik Abah.

"Umi, masak apa..?"

Tanya Aila pada wanita paruh baya itu.

"Ini buat, tempe orek kesukaan Mas Bayu-mu."

Sahut Fatimah pada putrinya.

"Ooo..."

Sahut Aila singkat.

"Kamu mau ngapain nduk, kok bawa-bawa keranjang pakaian..?"

Tanya Fatimah heran.

"Mau setrika pakaian Umi, Aila suntuk."

Sahut Aila. Bayu yang mendengar langsung menyambar dari ruang tengah.

"Ndak usah cari penyakit, duduk diam yang anteng...?"

Sahut Bayu dari ruang tengah.

"Mas, kok gitu sama adeknya. Kalau tahu adeknya suntuk itu yo mbok bawa liburan. Jangan malah kamu omelin kayak gitu."

Sahut Fatimah mengingatkan Bayu.

"Aila itu ngeyel, sudah tau badannya ringkih masih aja petakilan."

Sahut Bayu. Aila mendekat ke ruang tengah.

"Petakilan gimana Mas...? Aila lama lama gak ngerti ya sama sikap mas Bayu. Aila perhatikan sejak Abah putuskan Mas Abi kuliah, sikap Mas Bayu jadi aneh. Ada masalah apa sih, mas Bayu sama Aila...? "

Bayu menatap tajam pada adiknya itu.

"Itu perasaanmu saja."

Sahut Bayu lalu pria berjambang tipis itu masuk ke kamarnya. Aila makin geram lihat sikap Bayu yang semakin menjadi.

Sebulan  berlalu, Aila bukan main merasa bahagia, karna telah sampai batas yang ditentukan Abian waktu itu. Aila dengan girang menghubungi nomor Mas Abinya. Namun sayang nomor itu tak juga aktif, chat yang Aila kirimkan pun tak kunjung terkirim.

Saat Aila berjalan ke teras depan, Aila  melihat Abah tengah berbincang dengan  seseorang lewat sambungan handphonenya. Aila tak salah dengar jika Abahnya itu menyebut nama Mas Abinya. Aila mendekat lalu duduk di sebelah Hasan. Tiba tiba Pria berjanggut putih itu memberikan benda pipih itu pada Aila.

"Ini Masmu, ngobrol lah. Abah mau shalat dhuha dulu."

Ucap Abah. Aila tak menolak kesempatan  untuknya. Aila langsung membanjiri Abian dengan seribu pertanyaan.

"Mas Abi.."

Panggil Aila dengan mata berkaca-kaca.

"Iya dek..."

Sahut Abi singkat.

"Mas berubah setahun belakangan ini, kenapa Mas..?"

Tanya Aila mulai terisak.

"Heey...jangan nagis. Maaf, mas beneran sibuk Dek. Kamu mau mas cepat pulangkan..? Jadi tolong, jangan ganggu mas dengan chat-chatmu itu, Mas harus fokus kuliah biar Mas cepat pulang ketemu kamu.."

Abian mencoba menenangkan Aila, pria itu harus bisa meyakinkan hati Aila agar percaya.

"Beneran hanya itu alasan Mas, gak mau Aila ganggu...? Kamu gak sedang ada yang lainkan, Mas...? Kenapa sampai blokir nomor Ila..?"

Tanya Aila ragu.

"Percaya sama mas. Selesai kuliah mas akan langsung pulang memenuhi janji Mas. Tapi dengan satu syarat, Sayang. Jangan hubungi Mas sampai Mas selesai kuliah."

Pinta Abian pada Aila. Seketika Aila menelan ludahnya kasar.

"Sampai selesai kuliah, Mas...? Kenapa begitu...? Kalau Aila kangen sama Mas Abi kayak mana...?"

Tanya Aila dengan polosnya. Abi terkekeh mendengar suara hawatir adik kesayangannya itu.

"Kok Mas Abi malah ketawa sih..?"

Jawab Aila tersungut-sungut.

"Kalau kamu kangen, kita ngobrolnya pas Mas telpon Abah atu Umi, mas sengaja blokir nomor kamu, soalnya kalau gak diblokir kamu neror mas terus. Mas juga gak mau kita vc karna jika Mas lihat wajah kamu, Mas kudu pulang saja, Ai."

Sahut Abian terang terangan. Aila ter tawa, tawa itu terdengar renyah di telinga Abian.

"Sudah dulu dek, mas laper mau buat sarapan dulu. Jaga kesehatanmu, jaga pandanganmu untuk Mas. Awas kalau macam -macan. Jangan dekat-dekat mas Bayu."

Pesan Abian sebelum menutup sambungannya. Aila senyum-senyum sendiri, setelah ngobrol dengan Mas Abinya. Rasanya Aila sudah tak sabar menunggu waktu itu tiba. Aila masuk ke dalam, lalu mengembalikan handphonenya pada Abah. Aila masuk ke dalam kamar dengan hati berbunga.

Waktu merayap begitu cepat, matahari yang tadi terlihat pongah, kini hilang sudah tertelang langit jingga. Malam semakin merayap, Aila membaringkan tubuhnya untuk beristirahat. Karna esok pagi Aila harus bangun pagi untuk berangkat sekolah. Rutinitas seperti biasa yang Aila lakukan setelah fajar menyingsing di ufuk timur.

Aila dengan suka cita membantu Umi memasak dan tak lupa Aila membuatkan kopi untuk Abah. Selesai semua Aila berpamitan ke Madrasah. Aila melangkah dengan pasti menuju kelas.

"Aila..."

Panggil Lani sembari menepuk bahu sahabatnya itu.

"Ustadz Bayu masuk gak Ai...? Kok malah ustadzah Anis ya yang masuk...?"

Bisik Lani pada Aila.

"Gak  tau, emang kenapa carik Mas Bayu..?"

Aila menatap curiga pada sahabatnya. Sementara Lani hanya tersenyum garing menampakkan giginya.

"Aku seneng aja belajar sama ustadz Bayu, rasanya langsung nyantol."

Lani mulai ngeles. Aila memutar bola matanya malas, dengar ucapan sahabatnya itu.

"Hemm..., ilmunya apa hatimu yang kecantol, Lan..?"

Ejek Aila pada sahabatnya.

"Hehee...kamu tau aja, memang top deh."

Aila mencibir kearah Lani.  Ustadzah Anis mulai memberikan materi, Aila duduk dengan tenang memperhatikan Ustadzah Anis.  Selesai jam Ustadzah Anis, kembali tukar mata pelajaran lain hingga waktu berakhir.

"Ailaaa.."

Panggil Sasa dari arah belakang. Aila menoleh.

"Iya Sa, ada Apa...?"

Tanya Aila.

"Ini mau balikin buku catatan SKI-mu, yang kemarin aku pinjam, Makasi ya."

Ucap Sasa pada Aila. Aila mengangguk lalu buru-buru pulang. Saat Aila memasuki pelataran, Aila menyipit. Karna di halaman rumah ada mobil terparkir yang tak pernah Aila lihat sebelumnya. Kode wilayah dari plat mobil itupun berasal dari luar kota.

Perlahan Aila melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, di sana terlihat sepasang suami istri sebaya dengan Abahnya. Aila menyalami sebentar lalu ke dapur, mencari Umi. Aila mendekat ke Fatimah yang tengah menyedu teh.

"Umi, yang di depan siapa...?"

Tanya Aila penasaran. Fatimah mendekat lalu berbisik pada putrinya.

"Itu teman Abahmu, ada perlu sama Abah"

Sahut Umi sembari menuangkan gula kedalam gelas.

"Ooo kirain siapa."

Sahut Aila singkat. Setelah kepulangan tamunya Abah, Bayu pun tak lama pulang dari kerja. Terlihat Bayu mulai menaiki anak tangga sembari menenteng tas kerjanya.

"Tolong, tarok ke meja kerjanya Mas"

Pinta Bayu pada adiknya, untuk menaruh tas kerjanya, Aila manut tanpa membantah.

"Tadi kenapa gak masuk kelas Mas..? temanku pada nyariin tuh."

Fazza melirik sekilas, lalu Bayu menandaskan air dalam gelas.

"Jam Mas di tukar, emang gak di kasih tau sama ustadzah Anis...? Mas masuk kelasmu ditukar hari kamis."

Jelas Bayu lalu masuk ke kamarnya. Selepas salat asyar, Bayu di panggil Abah melalui Aila.

"Nduk Panggilkan Masmu, Abah tunggu di ruang tengah."

Ucap Hasan pada Aila. Aila mengetuk pintu kamar Bayu.

"Nggih Bah"

Aila pun bergegas memanggil Masnya.

"Mas dipanggil Abah"

Ujar Aila sambil ketuk pintu kamar Bayu.

"Sebentar"

Sahut Bayu dari dalam kamar, sembari membuka pintu.

"Ada apa...?"

Tanya Bayu singkat.

"Dipanggil Abah, ditunggu di ruang tengah."

Ucap Aila cepat. Bayu pun tak menunda, pria itu langsung menemui Hasan.

"Abah, panggil Bayu...?"

Tanya Bayu pada Abah Hasan

"Iya, duduk lah.."

Pinta Hasan pada putranya. Bayu duduk tepat di seberang Hasan. Obrolan mereka terlihat serius, prihal kedatangan sahabat Hasan tadi siang. Namun terlihat dari raut wajah Bayu, mukanya ditekuk seperti sedang ada beban berat yang tengah Bayu emban.

1
Ita Putri
poor bayu
Ita Putri
jangan" hamil anak almarhum dr.kenzi
R I R I F A
lanjut aku suka cerita yg islami...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!