"Setelah bertahun-tahun diabaikan dan diperlakukan tidak adil oleh keluarganya sendiri, senja Aurelie Wijaya anak kandung yang terlupakan memutuskan untuk bangkit dan mengambil alih kendali atas hidupnya. Dengan tekad dan semangat yang membara, dia mulai membangun dirinya sendiri dan membuktikan nilai dirinya.
Namun, perjalanan menuju kebangkitan tidaklah mudah. Dia harus menghadapi tantangan dan rintangan yang berat, termasuk perlawanan dari keluarganya sendiri. Apakah dia mampu mengatasi semua itu dan mencapai tujuannya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ariyanteekk09, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 15
Senja, bukannya pulang ke rumah, malah melesat menuju arena balapan liar di pinggiran kota Mm. Aroma bensin dan asap ban terbakar sudah menyambutnya sejak jauh. Nadira dan Dinda sudah menunggu di bawah terik lampu sorot yang remang-remang, wajah mereka bercampur antara cemas dan antusias.
"Gue kira lo nggak akan datang, Nja," kata Dinda, suaranya sedikit tertekan oleh suara mesin motor yang meraung-raung.
Senja tersenyum, "Pasti datang lah, mumpung gue masih di luar. Gue baru aja dari… eh, lupa deh. Pokoknya dari rumah pribadi," jawabnya, menghindari pertanyaan lebih lanjut.
"Ada apa, tumben banget?" tanya Nadira, keningnya sedikit berkerut.
"Biasalah, mau cari hiburan aja. Udah lama nggak balapan. Kalian udah daftarin gue belum?" tanya Senja, mengalihkan pembicaraan.
Dinda mengangguk, "Udah, tapi lawan lo kali ini berat, Nja." Suaranya serius.
"Siapa emang?" tanya Senja, rasa penasaran mulai menggelitiknya.
"Kak Dirga, kakak kelas kita. Dia nggak bisa diremehkan. Raja jalanan, selalu menang," jelas Dinda, nada suaranya menekankan betapa kuatnya lawan Senja kali ini.
Senja tertawa kecil, "Kalian tenang aja, malam ini gue pasti menang. Gue bisa ngalahin dia." Suaranya penuh keyakinan, namun ada sedikit getar yang tak disadari oleh Nadira dan Dinda.
"Semoga aja," gumam Nadira, raut wajahnya masih dipenuhi keraguan. Dinda hanya mengangguk setuju. Mereka berdua belum pernah menyaksikan kemampuan sesungguhnya Senja dalam balapan. Senja selalu menyembunyikan skill terbaiknya, seperti menyimpan rahasia besar yang hanya ia sendiri yang tahu. Malam ini, rahasia itu mungkin akan terungkap.
Dirga menyeringai, matanya yang tajam mengamati Senja dari kejauhan. Sosok Senja yang berdiri di bawah kerumunan, terlihat begitu kecil namun aura percaya dirinya begitu kuat. Senyum miring mengembang di bibirnya. Ia sudah menduga Senja akan ikut serta dalam balapan liar malam ini. Tantangan yang selama ini ia tunggu-tunggu. Dirga mengusap dagunya, menatap Senja dengan tatapan yang sulit diartikan, campuran antara rasa ingin tahu dan hasrat untuk mengalahkan. Malam ini, ia akan menguji seberapa besar nyali dan kemampuan gadis itu.
Balapan dimulai. Deru mesin motor menggelegar, membuat tanah bergetar. Dirga, dengan motor gede andalannya, melesat di depan, menunjukkan dominasinya sejak awal. Namun, Senja tak gentar. Ia mengikuti di belakang, mengamati setiap gerakan Dirga, mencari celah untuk menyusul. Ia tak terburu-buru, ia bermain sabar, menunggu momen yang tepat.
Nadira dan Dinda yang menyaksikan dari pinggir arena, degup jantungnya berpacu kencang. Mereka menggigit kuku, menyaksikan setiap manuver Senja dengan napas tertahan. Kemampuan Senja yang selama ini tersembunyi, kini mulai terlihat sedikit demi sedikit. Teknik menikungnya yang tajam, kecepatannya yang luar biasa, dan keberaniannya yang tak tertandingi.
Beberapa putaran berikutnya, Senja mulai mendekati Dirga. Ia menyusul dengan kecepatan yang mengejutkan, menunjukkan skill balapnya yang mumpuni. Dirga terkejut, ia tak menyangka Senja memiliki kemampuan sedemikian hebat. Ia berusaha mempertahankan posisinya, namun Senja terus menekan, tak memberikan kesempatan sedikit pun.
Pertarungan sengit terjadi di beberapa putaran terakhir. Keduanya saling beradu kecepatan dan skill, menunjukkan kemampuan terbaiknya. Suara mesin motor beradu dengan teriakan penonton yang semakin bergemuruh. Nadira dan Dinda tak mampu lagi menahan teriakan, mereka bersorak mendukung Senja.
Di tikungan terakhir, Senja mengambil ancang-ancang. Ia memacu motornya dengan kecepatan penuh, menyalip Dirga dengan sangat cepat dan tepat. Ia berhasil memenangkan balapan. Dirga tertinggal di belakang, wajahnya menunjukkan keterkejutan dan kekaguman. Ia tak menyangka akan dikalahkan oleh seorang gadis. Senja mengangkat tangannya, menunjukkan kemenangannya. Nadira dan Dinda langsung berlari menghampirinya, memeluknya dengan erat. Malam itu, Senja tak hanya memenangkan balapan, ia juga membuktikan kemampuannya yang selama ini tersembunyi. Ia telah membuktikan, bahwa ia lebih dari sekadar gadis biasa.
Dirga turun dari motornya, rambutnya sedikit berantakan, namun senyumnya tulus. Ia menghampiri Senja yang masih dikerumuni Nadira dan Dinda. Suasana riuh rendah penonton perlahan mereda, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Selamat, Senja," ucap Dirga, suaranya terdengar sedikit berat, namun penuh hormat. Ia ulurkan tangannya, menawarkan jabat tangan kepada Senja.
Senja tersenyum, menatap Dirga dengan mata yang sedikit dingin.. Ia menerima uluran tangan Dirga, jabat tangan mereka cukup lama, menunjukkan rasa saling menghargai.
"Terima kasih, Kak Dirga," jawab Senja, suaranya sedikit terengah-engah karena kelelahan, namun tetap terdengar percaya diri.
"Kau luar biasa," puji Dirga, "Aku tak menyangka kau memiliki kemampuan seperti itu. Kau benar-benar pantas menang."
Senja tertawa kecil, "Rahasia dong, Kak," jawabnya sambil berkelakar.
Nadira dan Dinda saling berpandangan, terkejut dengan sikap Dirga yang begitu sportif. Mereka tak menyangka Dirga akan mengakui kekalahannya dengan begitu lapang dada.
"Kalian juga hebat," kata Dirga, menoleh kepada Nadira dan Dinda, "Mendukung teman kalian dengan sepenuh hati."
Nadira dan Dinda tersenyum, merasa sedikit malu namun juga bangga.
"Terima kasih, Kak," ucap Nadira dan Dinda bersamaan.
"Lain kali kita balapan lagi, ya?" ajak Dirga kepada Senja, matanya berbinar penuh tantangan.
Senja tersenyum, "Tentu saja, Kak. Tapi aku tidak menjamin kemenangan lagi," jawabnya sambil tertawa. Dirga ikut tertawa, suasana menjadi lebih cair dan penuh keakraban. Malam itu, di arena balapan liar, terjalin persahabatan yang tak terduga antara Senja dan Dirga. Keduanya saling menghormati, saling menghargai, dan saling menantang untuk menjadi yang terbaik.
Dirga masih terpaku di tempatnya, menatap kepergian Senja yang semakin menjauh. Bayangan Senja yang sedang bercanda dengan Nadira dan Dinda masih terpatri jelas di benaknya. Ia menghela napas panjang, rasa kagum dan kekaguman masih memenuhi hatinya.
"Ternyata dia gadis yang ramah juga dan enak diajak ngobrol," gumamnya pelan, suaranya hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.
Ia menggelengkan kepala, tersenyum tipis. Dirga merasa ada sesuatu yang berbeda dari Senja, sesuatu yang membuatnya penasaran dan ingin lebih dekat. Bukan hanya sebagai lawan balap, namun juga sebagai seorang teman. Ia meraih ponselnya, mencari kontak Nadira di daftar kontaknya. Mungkin, ia bisa meminta nomor telepon Senja melalui Nadira. Ide itu muncul begitu saja, membuat jantungnya berdebar sedikit lebih cepat. Dirga tersenyum, untuk pertama kalinya, ia merasa ada getaran yang berbeda setelah balapan. Bukan hanya euforia kemenangan atau kekalahan, namun ada sesuatu yang lebih dari itu. Ia berharap, pertemuannya dengan Senja malam ini bukanlah yang terakhir. Ia ingin mengenal Senja lebih jauh, melampaui batas persaingan di lintasan balap.
Dirga mengenal Nadira melalui kakaknya, seorang anggota geng motor yang dipimpin oleh Dirga sendiri. Beberapa waktu lalu, ketika Dirga mendengar tentang Senja, seorang gadis yang handal dalam balapan liar, ia meminta kakak Nadira untuk mencari informasi lebih lanjut tentangnya. Kakak Nadira, dengan koneksi yang luas di dunia balap liar, berhasil mengumpulkan informasi tentang Senja dan juga mengenalkan Dirga pada Nadira.
Dirga mengenal Nadira melalui kakaknya, seorang anggota geng motor yang dipimpin oleh Dirga sendiri. Beberapa waktu lalu, ketika Dirga mendengar tentang Senja, seorang gadis yang handal dalam balapan liar, ia meminta kakak Nadira untuk mencari informasi lebih lanjut tentangnya. Kakak Nadira, dengan koneksi yang luas di dunia balap liar, berhasil mengumpulkan informasi tentang Senja dan juga mengenalkan Dirga pada Nadira. Nadira, yang juga mengenal Senja, kemudian menjadi penghubung antara Dirga dan Senja, tanpa sepengetahuan Senja sendiri. Dirga memanfaatkan koneksi ini untuk mengamati Senja dari dekat, menilai kemampuannya sebelum menantang Senja dalam balapan malam itu.