NovelToon NovelToon
PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Gadis nakal / Identitas Tersembunyi / CEO / Mafia / Romansa / Iblis
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: TriZa Cancer

"𝘽𝙧𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. "
𝘼𝙙𝙪𝙝 𝙖𝙬𝙖𝙨... 𝙝𝙚𝙮𝙮𝙮... 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞𝙧.. 𝘼𝙡𝙖𝙢𝙖𝙠..

𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠𝙠...

Thalia putri Dewantara gadis cantik, imut, berhidung mancung, bibir tipis dan mata hazel, harus mengalami kecelakaan tunggal menabrak gerbang, di hari pertamanya masuk sekolah.

Bagaimana kesialan dan kebarbaran Thalia di sekolah barunya, bisakah dia mendapat sahabat, atau kekasih, yuk di simak kisahnya.

karya Triza cancer.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TriZa Cancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DI ANTAR PULANG

“Bunda, ayo pulang.”

Suara Athar datar seperti biasa, tapi cukup membuat Devina menoleh cepat.

“Loh, Bang?” Devina memandang ke arah Thalia yang masih duduk di trotoar, memegangi lututnya. “Kalau kita pulang, Thalia pulangnya sama siapa?”

Athar melirik Thalia sekilas lalu menjawab tanpa nada.“Ojeg.”

“Bang!” Devina melotot, nada suaranya meninggi. “Anterin lah! Biar Bunda minta jemput Ayah aja. Kasihan dia juga, terluka karena Bunda !”

Athar tahu betul, ini bukan soal kasihan, tapi akal-akalan bundanya supaya ia mau berinteraksi dengan gadis di hadapannya. Athar menghela napas berat, menatap bundanya datar.“Baiklah,” gumamnya singkat.

Belum sempat Devina tersenyum puas, suara mobil mewah berhenti di pinggir jalan. Seorang pria berwibawa turun, jas rapi, wajah tenang tapi tegas.

“Ah, tuh Ayah udah datang.” Devina tersenyum lega. “Bang, jangan lupa anterin Thalia ya..Bilangin juga maaf ke orang tuanya atas nama Bunda.”

Thalia langsung panik, melambai-lambai kecil.“Eh, gak usah, Tante! Lia minta dijemput orang rumah aja, gak enak nyusahin Athar..”

Devina tersenyum hangat, tapi nadanya tegas.

“Gak papa, Nak. Biar Dia aja yang antar kamu, Kaki kamu juga masih lecet, nanti malah makin parah.”

Lecet aja dijadiin alasan, batin Thalia nelangsa, tapi akhirnya Thalia cuma bisa tersenyum pasrah.“Baik, Tante…”

Setelah orang bengkel suruhan Athar datang mengangkut mobil Devina dan juga si Coki yang malang, Thalia berdiri, menepuk-nepuk roknya yang berdebu.

Athar melangkah ke arah motornya dan bersiap mengantar Thalia.

“Naik,” ucap Athar datar.

Thalia langsung melipat tangan di dada, wajahnya menolak mentah-mentah.

“Gak usah. Gue naik ojeg aja.”

Athar menatapnya tanpa emosi.

“Naik.”

“Gak.”

“Naik.”

“Gue bilang..”

“Naik, atau motor lo gue rusak.”

Thalia langsung melotot, rahangnya turun.

Anak ini ngancem beneran?!

“Lo… lo gila ya! Awas aja kalau sampe lo ngerusakin si Coki” serunya kesal.

Athar hanya menaikkan satu alis, masih dengan ekspresi setenang batu.“Terserah. Gue hitung sampai tiga.”

Thalia mengumpat pelan sambil mendengus, “Yaudah yaudah! Nih, gue naik, dasar muka datar tukang ngancem.”

Ia naik ke motor Athar dengan gaya asal-asalan, tas disampirkan di depan sebagai tameng. Tapi motor itu tak kunjung bergerak. Thalia menoleh bingung.

“Kenapa diem aja? Mesinnya mogok ya..atau lo lupa isi bensin?”

Tanpa menoleh, Athar melemparkan jaketnya ke belakang, tepat ke pangkuan Thalia.

“Paha lo.”

“Hah?”

“Tutupin.”

Thalia langsung memerah. Ia menunduk dan benar saja, roknya agak tersingkap karena posisi duduk di motor sport yang tinggi. Cepat-cepat ia melilitkan jaket Athar di pahanya, lalu menaruh tas di depan dada.

Duh, malu banget astaga. Untung gak ada yang lihat. Kalau dia ngerem mendadak bisa tamat riwayat gue.

Athar akhirnya menyalakan motor, suara mesinnya halus tapi bertenaga. Ia sempat melirik ke kaca spion, melihat Thalia yang menunduk dengan wajah merah padam.

Kini Motor Athar melaju meninggalkan tempat kejadian dengan angin sore menyapu wajah mereka.

Sepanjang jalan, Thalia diam, tapi dalam diamnya, pikirannya berisik luar biasa.

"Kenapa harus dia sih yang nganter? Ya Tuhan, Kalau dia tau rumah gue berabe nih.. "

Sementara di depan, Athar cuma berpikir satu hal."Bunda pasti senyum-senyum sekarang kalau tahu gue nurut. Nganterin nih cewek.. "

Motor sport hitam itu melaju pelan di jalan yang mulai sepi. Angin sore menelusup di sela rambut Thalia yang keluar dari helmnya. Ia mulai menepuk pundak pengemudi di depannya.

“Berhenti di sini,” katanya sambil menunjuk ke sebuah rumah bergaya minimalis dengan pagar putih. “Itu rumah gue.”

Athar langsung menarik rem perlahan tanpa banyak bicara. Suara mesin motor mati, dan keheningan mengambil alih.

Tapi, bukannya pergi, Athar malah ikut turun dan melangkah mengikuti Thalia ke arah pagar.

Thalia yang menyadarinya langsung menoleh, alisnya terangkat tinggi.

“Ngapain lo ikut?” tanyanya ketus.

“Pesan Bunda,” jawab Athar singkat tanpa ekspresi.

Thalia mengingat pesan Devina, dan kini menatap Athar"Biar gue aja yang ngomong, lo pulang aja sana.. "Usir Thalia

Tanpa bicara apapun Athar berbalik, dan menghidupkan motornya kembali, suara mesin yang halus kembali terdengar.

Saat motor itu berbalik arah, Thalia bergumam lirih sambil manyun,

“Datar banget sih tuh orang, kayak ubin sekolah.”

Begitu Athar menghilang di tikungan, Thalia menghela napas lega lalu mengetuk pintu rumah Lily, asistennya.

Pintu terbuka cepat, memperlihatkan wajah Lily yang kaget setengah mati.“Nona? Loh, bukannya nanti saya yang jemput? Kok malah ke sini?”

Thalia nyengir, sedikit lelah.“Gak usah heran dulu deh kak, nanti aku ceritain. Sekarang pinjem ponsel, mau telpon Daddy.”

Lily menyerahkan ponselnya tanpa banyak tanya. Thalia segera menekan nomor yang sudah dihafalnya luar kepala. Nada tunggu terdengar, lalu suara Rian, sang Daddy muncul dengan nada jahil khasnya.

“Tumben telpon Daddy? Kangen, ya, Princess?”

Thalia mendengus.“Jangan geer deh, Dad. Lia cuma mau ngasih tahu kalau malam ini Lia mau nginep di rumah Kak Lily, ya.”

“Oh, baiklah…” suara Rian terdengar lembut, tapi kemudian nada suaranya berubah nakal. “Khemm… gimana rasanya dibonceng cowok ganteng, Princess?”

Thalia membeku sejenak. Matanya melebar, wajahnya memerah, campuran malu, jengkel, dan bingung.

“Dad!”

“Hehe, tenang aja, Daddy cuma nanya...”

Klik!

Sambungan langsung dimatikan sebelum kalimat itu selesai.

Lily menatap Thalia heran. “Kenapa?Nona?.. "

Thalia meletakkan ponsel dengan muka sebal.“Daddy tuh kak…aku yakin seratus persen kalau bawahannya, pasti ngelaporin semua kegiatan aku dari pagi sampai sore ini”

Ia bersedekap dan menggumam dengan wajah kesal namun lucu,“Rasanya dibonceng cowok ganteng katanya… rasanya engap, bukan deg-degan!. Manatuh cowok datar banget kaya ubin kontrakan. "

Lily menahan tawa, tapi akhirnya tak bisa juga dan tertawa lepas.“Ya ampun, Nona… cuma anda yang bisa bikin cerita menyedihkan tapi tetap lucu!”

Thalia menatapnya malas tapi akhirnya ikut tertawa.“Habis, hidup Lia memang menyedihkan, Kak. Baru hari pertama sekolah aja udah nabrak gerbang, jadi korban gosip, diserempet mobil bundanya ketua OSIS, dan ujungnya malah diantar cowok datar itu. Lengkap banget kan, kaya film drama komedi satu babak.”

Mereka berdua tertawa lagi, sementara di luar sana, Athar yang baru saja berbelok ke jalan besar menatap kaca spionnya sekilas, pandangan matanya sempat berhenti sejenak di rumah Lily yang perlahan menjauh.

Hanya satu kalimat yang muncul di benaknya.

"Gadis itu… berisik."

Beberapa menit kemudian, suara mesin motor sport hitam menggema lembut di depan gerbang Masion Manggala. Penjaga gerbang yang sudah hafal betul suara motor itu segera menegakkan badan.

“Sore, Den Athar!” sapanya penuh hormat.

Athar hanya membalas dengan satu klakson pendek dan anggukan tipis tanpa menurunkan kaca helm. Gerbang otomatis terbuka perlahan, dan motor sport itu meluncur masuk dengan mulus.

Halaman depan masion luas, berlapis batu marmer dengan taman hijau rapi di sisi kanan. Begitu mesin motor dimatikan, keheningan kembali menyelimuti. Athar melepas helm, rambutnya sedikit berantakan, tapi wajahnya tetap datar seperti biasa seolah tak ada apa pun yang menarik di dunia ini.

Begitu ia membuka pintu utama, suara ceria sang bunda langsung menyambutnya.“Bang! Gimana tadi kamu antar Thalia, kan?”

“Ketemu orang tuanya gak?”

“Pesan Bunda disampaikan juga kan?”

“Rumahnya di mana bang?”

Pertanyaan demi pertanyaan terlontar tanpa jeda. Devina bahkan belum sempat menarik napas di antara rasa penasaran dan rasa bersalahnya.

Athar menatap bundanya sejenak, lalu menghela napas panjang.

“Sudah diantar.”

“Terus?” Devina mencondongkan tubuh, menatap anaknya penuh antusias.

Athar melepas sarung tangannya pelan, meletakkannya di atas meja marmer, lalu menjawab singkat,“Baik, Sudah sampai"

Devina masih menunggu lanjutannya, tapi yang datang justru kalimat tenang nan datar:

“Rumahnya aman."

Selesai.

Tanpa memberi kesempatan bertanya lebih lanjut, Athar langsung menunduk sedikit tanda izin.“Athar ke kamar dulu.”

Dan ia berjalan melewati bundanya begitu saja.

Devina melongo, menatap punggung anaknya yang perlahan menghilang di tangga spiral.

“Lah, kok gitu doang jawabnya?!” gumamnya antara kesal dan bingung.

Ia lalu menoleh ke arah pelayan yang berdiri di dekat dapur.“Dia tuh mirip siapa, coba? mirip ayahnya gak sih yang datar dan dinginnya kayak es batu!”

Pelayan itu tersenyum sopan, menahan tawa kecil.“Iya Nyonya,tapi setidaknya Den Athar nurut sama Nyonya”

Devina tersenyum samar, menatap tangga yang baru saja dilalui putranya.“Nurut sih nurut… tapi mukanya datar aja. Coba tuh, senyum dikit gitu. Kasian Thalia pasti kaku di jalan.”

Pelayan terkekeh pelan, dan Devina melanjutkan gumamnya pelan,“Padahal kalau dia mau senyum sedikit aja, duh… bisa bikin para gadis pingsan se dunia”

Sementara itu di lantai atas, Athar baru saja menutup pintu kamarnya. Ia menaruh helm di meja, duduk di tepi ranjang, lalu melirik tangannya sendiri, jaketnya belum ia ambil dari Thalia.

Satu alisnya terangkat tipis. Dia beneran lupa balikin, atau pura-pura?

Athar menyandarkan tubuhnya ke sandaran kasur, menatap langit-langit kamar yang gelap. Tanpa sadar, bayangan Thalia dengan ekspresi sebal tapi lucunya terlintas di kepala.

Ia mendengus pelan.Berisik, absurd… tapi menarik.

1
Nagisa Furukawa
Gak sabar nih nungguin kelanjutannya, update cepat ya thor!
TriZa Cancer: siap kak di tunggu ya😍
total 1 replies
🌻🍪"Galletita"🍪🌻
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
TriZa Cancer: makasih kak sudah mampir di tunggu ya😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!