Cinta yang di awali kebencian Leon dengan seorang wanita yang bernama kirani, wanita yang berasal dari golongan orang yang tidak mampu. Sedangkan Leon yang berasal dari keluarga yang sangat kaya raya, akan kah kisah cinta berakhir bahagia… Jika penasaran baca kisah lengkapnya di novel ini ya…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keberangkatan Leon dan kirani.
Pagi harinya Leon yang tengah bersiap membawa kopernya segera menuju ke kediaman kirani, dia tahu rumah rani karena dulu sempat mengantarkan dia pulang saat mereka sempat menginap di sebuah motel dekat bengkel.
Tentang kerugian yang akan di tanggung rani tentang kerusakan mobil Leon yang harus rani bayar, Leon belum sempat mengungkit ya ke rani. Dia seperti lupa, karena sampai saat ini mobilnya belum dia ambil dari bengkel langganannya.
Terlihat rumah kecil dan sederhana milik keluarga rani, dia dapat melihat koper warna kuning milik rani sepertinya. Leon segera turun dan berjalan menuju ke pintu rumah rani, Leon dapat melihat dengan jelas jika pintu depan terbuka setengah.
Saat Leon akan mengetuk pintu terlihat rani yang akan keluar sampai dia hampir bertubrukan dengan Leon karena tidak memperhatikan jalan di depannya.
“Ceroboh.” Itulah yang Leon katakan di depan rani, perlahan rani mengangkat kepalanya. Dia dapat melihat Leon yang tengah menatapnya.
“Pak Leon, bagaimana pak leon bisa tahu rumah saya…” rani terdengar gugup, dia tidak menyangka jika Leon dengan mudah tahu kediamannya.
“Kamu terlalu meremehkan ku kirani.”
Rani terlihat specles saat mendengar ucapan Leon, dia tidak berani melihat ke arah Leon. Dia terlalu takut melihat wajah tampan Leon, karena rani sudah lama tidak melihat Leon berpakaian sesantai sekarang.
Karena selama beberpa bulan ini dia hanya melihat penampilan Leon yang terlihat formal dengan jas dan kemeja serta dasi yang melingkar di lehernya.
“Ki… kita berangkat sekarang pak…?”
“Hmm…” jawab Leon singkat, sebelum Leon memutar tubuhnya. Suara seorang wanita menghentikan gerakkannya.
“Kamu mau berangkat sekarang rani…?” Tanya ria sambil berjalan menuju ke arah rani yang masih berdiri di daun pintu, ria tidak dapat melihat Leon yang berdiri di samping rani karena tertutup tembok.
“Iya bu…” rani memutar tubuhnya, melihat ria yang berdiri di belakangnya.
“Oh iya bu, ini kenalkan pak Leon. Dia atasan rani di perusahaan.” Ria yang melihat Leon seketika terpana, dia masih diam dan belum mengulurkan tangannya untuk menyambut pertemuan mereka.
“Wah… cakep banget atasan kamu, udah punya pacar belum ya mas…” tanya ria tiba tiba yang membuat Leon terbatuk seketika.
“Ibu ih… apa apa an sih, pak Leon ini sudah punya kekasih bu.” Rani menjelaskan tentang kondisi Leon yang sebenarnya, dia tidak ingin ibunya terlihat berharap jika rani bisa menjadi kekasih Leon.
“Oh sudah punya to, ya sudah kalian segera berangkat aja. Nanti keburu ketinggalan pesawat.” Ria mendorong rani segera keluar, sedangkan leon mengulurkan satu tangannya untuk bersalaman dengan ria.
“Kami berangkat sekarang bu, mari…” setelah berpamitan leon dan rani segera pergi dari kediaman ria, Leon segera melajukan mobilnya menuju ke bandara setelah memasukkan koper milik kirani ke dalam bagasi.
“Apa keluarga rani tidak tahu ya jika papa dan mama berniat menjodohkan rani dengan kak Thomas.” Batin Leon penasaran melihat sikap ibu nya kirani tadi.
Kirani melihat mobil yang lalu lalang di sampingnya, dia engan menatap ke arah depan. Melihat rani yang diam tanpa mau berbicara, Leon berfikiran akan menanyakan tentang hubungan rani dan Thomas saat ini.
“Mm… rani…” ucap Leon sambil mencolek ke arah rani.
“Hmm...”
“Mengenai hubungan kami dengan kak Thomas.”
“Hubungan ku dengan pak Thomas maksud nya…?” Kirani merasa heran dengan pertanyaan yang Leon berikan.
“Sejauh mana hubungan kamu dengan kak Thomas.”
“Ya… hubungan sebatas bawahan dan atasan lah, trus hubungan yang bagaimana yang anda maksud.” Kirani menatap Leon yang terlihat salah tingkah.
“Jadi kamu dan kak Thomas tidak sedekat seperti yang aku pikirkan, trus waktu kamu keluar dari kamar kak Thomas itu…” Leon masih penasaran sampai sekarang dengan kejadian rani yang tiba tiba keluar dari kamar pribadi milik Thomas.
“Aku di suruh ganti baju, karena itu baju yang aku pakai ketumpahan minuman.” Jawab asal rani.
Senyum samar terbit dari kedua bibir Leon, entah kenapa dia merasa senang mendengar jawaban dari rani. Suasana hati Leon berubah cerah secerah suasana pagi ini, dia selalu tersenyum semenjak turun dari mobilnya sampai berjalan ke dalam bandara.
Pesawat yang mereka tumpangi akan berangkat pukul sembilan tepat, masih ada waktu satu jam lagi.
“Masih ada waktu satu jam lagi, kamu sudah sarapan…?” Tanya Leon dengan suara yang terdengar ramah.
“Sudah tadi di rumah, anda sendiri.”
Leon menggelengkan kepalanya cepat, rani yang merasa kasihan melihat Leon belum sarapan mencari resto yang sudah terlihat buka. Tapi sayang semua masih tutup belum ada yang buka, hanya mini market yang sudah terlihat beroperasi karena buka dua puluh empat jam.
“Sebentar, anda tunggu di sini.” Rani sedikit berlari mendekati mini market yang terlihat beberapa orang yang keluar masuk.
“Leon…” teriak seorang laki laki yang Leon kenal suaranya.
“Kak Thomas” lirih Leon melihat Thomas dan sekertarisnya mendekatinya.
“Kenapa kak Thomas ke sini…?”
“Aku ingin mengantarkan kamu, dimana kiran…?” Thomas menoleh ke kana dan kekiri mencari keberadaan rani.
“Dia masuk ke mini market, nggak tahu cari apa. oh iya Jon, kamu bawa mobilku ya… dari pada aku letakkan di tempat parkir bandara, lebih baik kamu aja yang bawa. Biar kak Thomas menyetir sendiri.” Leon melirik tajam ke arah Thomas yang tersenyum samar.
“Baik pak..” jawab Joni.
Rani keluar dari mini market membawa satu kantong plastik berukuran sedang, dia terkejut ternyata Thomas juga berada di sana bersama Leon dan juga Joni.
“Pak Thomas, pak Joni… aduh saya beli kopinya cuma satu, tunggu biar saya belikan lagi.” Sebelum rani pergi Thomas memegang lengan rani dengan lembut, Leon yang melihat nya merasa sedikit kesal.
“Tidak usah kiran, sebentar lagi pesawat akan berangkat. Lebih baik kalian segera chek in, aku hanya ingin mengantarkan kepergian kalian.”
Suara lembut Thomas membuat hati rani sedikit tenang, dia tersenyum menatap Thomas.
“Senyuman itu belum pernah kamu berikan untukku rani, kenapa dengan kak Thomas kamu memberikan senyuman manis itu.” Batin Leon melihat interaksi Thomas dan rani.
“Baiklah kalau begitu.”
Thoma melepaskan pegangannya di lengan rani, secepatnya rani menggambil kopi panas dan juga nasi kepal untuk Leon.
“Pak Leon ini di makan, sebelum pesawatnya berangkat.” Rani menyerahkan ke depan Leon, melihat kopi panas dan nasi kepal di tangan rani. Leon segera mengambilnya, dia segera memakan pemberian dari rani.
“Aku harap perjalanan kalian lancar dan bisa menyelesaikan masalah yang terjadi di sana.” Ucap Thomas tulus.
“Tenang saja kak, serahkan semuanya ke aku.” Nada bicara Leon terdengar sangat angkuh, Thomas tahu bagaimana sifat Leon.
“Aku percaya sama kamu, semoga sebelum aku menyusul ke sana. Semua masalahnya bisa selesai, dan aku hanya menerima hasil akhirnya saja.” Thomas tersenyum penuh arti ke arah Leon yang menikmati sarapannya.
“Anak ya kak jadi direktur perusahaan, bisa memerintah semau hati.” Sindir Leon yang membuat Thomas tertawa.
“Hahaha…. Siapa bilang, suatu saat kamu juga harus merasakannya mengangukan posisiku di sini. Karena jika sudah menikah nanti, aku akan mengajak istriku tinggal di negara P.” Thomas melirik rani yang menundukkan kepalanya, dia membalas pesan entah dari siapa.
Leon melihat rani yang terlihat cuek, tidak mempedulikan ucapan Thomas. Saat mereka tengah berbincang, terdengar suara dari pengeras suara jika pesawat mereka sudah akan siap berangkat lima belas menit lagi.
“Kalian sebaiknya segera chek in.”
Leon yang sudah selesai makan dan menghabiskan minumannya segera beranjak, dia berpamitan ke Thomas dan Joni. Begitu juga rani, dia juga berpamitan dengan Thomas dan juga Joni.