NovelToon NovelToon
Anjani Istri Yang Diremehkan

Anjani Istri Yang Diremehkan

Status: tamat
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Tamat
Popularitas:3.2M
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Uang miliaran di rekening. Tanah luas. Tiga ratus pintu kontrakan.

Anjani punya segalanya—kecuali harga diri di mata suaminya dan keluarganya.

Hari ulang tahunnya dilupakan. Status WhatsApp menyakitkan menyambutnya: suaminya disuapi wanita lain. Dan adik iparnya dengan bangga menyebut perempuan itu "calon kakak ipar".

Cukup.

"Aku akan tunjukkan siapa aku sebenarnya. Bukan demi mereka. Tapi demi harga diriku sendiri."

Dan saat semua rahasia terbongkar, siapa yang akan menyesal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 15

Anjani mengajak Rina melihat kontrakan miliknya. Letaknya tak jauh dari rumah yang kini telah ia tinggalkan. Meski tidak besar, bangunan itu terlihat bersih dan rapi. Gaya minimalis tampak mendominasi—cat putih susu, pot-pot tanaman hijau di depan tiap pintu, dan jalur paving kecil yang bersih.

“Wah, Ni, kontrakanmu nyaman banget. Sederhana tapi jelas kerasa banget kamu pikirin semuanya,” ucap Rina sambil tersenyum kagum.

Anjani tersenyum. “Nggak besar, tapi setidaknya semua orang yang tinggal di sini punya tempat yang layak.”

Di kejauhan, Mirna masih memandangi punggung Anjani yang mengobrol akrab dengan Rina. Hatinya tak tenang. Ada yang tidak beres. “Dari mana perempuan itu bisa punya uang sebanyak ini? Dan apa benar dia diundang Menteri? Jangan-jangan dia cuma membual. Atau... jangan-jangan dia simpanan orang kaya? Jadi selama ini Riki dibohongi?”

Mirna makin yakin dengan prasangkanya. Ia menoleh saat suaminya, Adi, menghampiri.

“Bu, ayo pulang. Saya nggak tahan dilihatin sinis sama pengelola kontrakan itu,” bisik Adi. Tatapan Firman memang tak ramah sedari tadi.

Tak lama kemudian, taksi online yang dipesan Adi tiba. Mereka pun pulang.

Di dalam mobil, Mirna menoleh pada suaminya. “Pak, tadi Anjani bisik-bisik apa ke Bapak?”

Adi mendesah. “Dia cuma bilang, jangan halangi proses perceraiannya sama Riki.”

Mirna mengerutkan dahi. “Nggak bisa gitu dong, Pak. Kita harus dapat bagian dari hartanya!”

“Bu... mending dibatalkan saja perceraian mereka. Anjani punya banyak aset. Sayang kalau dilepas begitu saja,” ucap Nina yang duduk di bangku belakang.

Namun Mirna menggeleng cepat. “Tidak bisa. Ibu tidak suka dia. Dia sombong. Dan satu lagi, Ibu malu sama orang tua Lusi. Kita udah melamar Lusi buat Riki.”

Tapi sebetulnya, ada alasan lain yang lebih besar. Riki sudah tidur dengan Lusi. Kalau pernikahan batal, Lusi bisa kalap. Karier Riki bisa hancur. Dan Mirna tahu itu.

Sementara itu, di kontrakan, Anjani sedang berbincang soal laporan teknis bersama Rina. Setelah semua dibahas, Rina pun pamit pulang.

“Sampai jumpa besok, Ni,” ucap Rina sambil melambai.

Anjani lalu berjalan ke salah satu blok kontrakan. Ia memeriksa kondisi fisik bangunan, sambil mengecek formula pupuk organik yang ia kembangkan. Ponselnya ia buka, lalu ia menelpon Firman.

“Firman, bisa ke kontrakan sekarang?”

“Ya, Bu. Saya ke sana sekarang.”

Beberapa menit kemudian Firman datang. “Ada yang Ibu ingin tanyakan?”

“Gimana perkembangan kontrakan?”

“Sudah hampir semua penyewa bayar, Bu. Tapi ada satu unit di ujung yang belum bayar,” jelas Firman hati-hati.

“Kenapa belum bayar?”

“Istrinya baru melahirkan, Bu. Waktu istrinya melahirkan, dia izin kerja dua hari, tapi ternyata harus caesar. Akhirnya dia jaga istrinya lebih lama dan malah di-PHK,” jelas Firman.

“Sudah berapa bulan nunggak?”

“Tiga bulan, Bu. Saya nggak tega ngusir mereka.”

Anjani mengangguk pelan. “Antar saya ke sana.”

Mereka berjalan menuju unit yang dimaksud. Dari dalam, terdengar tangis bayi. Di dalam tampak seorang wanita sedang menyusui, dan seorang pria paruh baya sedang mencuci pakaian bayi.

Saat Anjani sampai, pria itu langsung menunduk. “Maaf, Pak, saya belum ada uang buat bayar kontrakan.”

Firman segera menjelaskan, “Pak Jamal, ini pemilik asli kontrakan. Saya cuma ditugaskan mengelola.”

Jamal tampak kaget. Ia langsung berbalik pada Anjani. “Maaf, Bu, saya belum bisa bayar.”

Anjani menarik napas panjang. “Bapak tetap harus bayar.”

Istri Jamal langsung menunduk, air mata jatuh. Malam ini mereka bisa saja tidur di emperan toko.

“Maaf, Bu. Saya belum dapat kerjaan baru,” ucap Jamal lirih.

“Dulu kerja apa, Pak?”

“Saya supir, Bu. Tapi karena izin jaga istri, saya dipecat.”

“Punya SIM?”

“Punya. Bahkan saya punya sertifikat pengemudi aman dari perusahaan.”

Anjani berpikir sejenak, lalu menatap Jamal dalam.

“Kalau begitu, mulai besok, Bapak kerja sama saya. Mau?”

Jamal tampak syok. “Mau, Bu. Saya akan cicil bayar kontrakan.”

“Kalau Bapak jadi supir saya, Bapak boleh tinggal di sini gratis. Tapi harus siap 24 jam, karena jam kerja saya tidak tentu.”

“Saya siap, Bu,” kata Jamal berkaca-kaca. “Itu memang bagian dari tugas saya sebagai supir.”

“Gaji masa percobaan dua juta. Kalau kerja bagus, akan saya naikkan.”

Siti, istri Jamal, menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. Mereka seperti tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

“Gimana, Pak? Kurang?” tanya Anjani.

“Cukup... cukup sekali, Bu. Bisa tinggal gratis aja kami udah bersyukur,” jawab Jamal dengan suara bergetar.

Anjani lalu menghampiri bayi yang digendong Siti. Hatinya mendadak sesak. Wanita mana yang tidak mengharapkan anak? Ia pun ingin, dulu. Tapi semua hancur karena pengkhianatan.

Ia mengeluarkan uang Rp300.000 dan menyerahkannya pada Siti.

“Bawa anaknya berobat. Sepertinya panas badannya.”

“Terima kasih, Bu,” ucap Siti. Ia tampak ingin menangis, tapi menahannya.

“Eh, jangan makasih dulu. Ini saya potong dari gaji suami Ibu,” ucap Anjani sambil tersenyum.

Siti mengangguk cepat. “Terima kasih sudah beri kami tempat tinggal dan pekerjaan, Bu.”

Anjani hanya menepuk pelan bahu Siti.

Hari itu, ia kembali ke rumah kontrakan utamanya dengan perasaan yang campur aduk. Ia punya segalanya: rumah, bisnis, uang. Tapi tetap saja, ada sesuatu yang belum utuh—keluarga. Sesuatu yang dulu ia bangun dengan cinta, kini runtuh oleh kebohongan.

Untuk menghilngakan kegelisahan anjani tenggelam dalam beberapa artikel yang dia baca “esok adalah hari penting untukku, mudah-mudahan apa yang aku buat akan bermanfaat untuk banyak orang” pikir anjani

Sementara itu di rumah Mirna, suasana pagi terasa berbeda. Tak seperti biasanya, Mirna memilih mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Riki belum pulang sejak semalam, dan dia tidak menyuruh Nina atau Nani membantu karena yakin Adi akan membelanya kalau ada keributan.

Namun, pikirannya masih terus berputar soal kejadian di kontrakan Anjani. Semua terasa janggal baginya.

Setelah sarapan siap, mereka duduk bersama. Ada nasi goreng, telur ceplok, dan teh manis.

“Aku masih kepikiran, Anjani itu sebenarnya dapat uang dari mana, ya?” gumam Mirna sambil menyendok nasi.

“Kayaknya dia simpanan om-om, deh, Bu,” celetuk Nina tanpa ragu.

“Ah, enggak mungkin. Dandanan Anjani itu norak banget, mana ada om-om yang mau,” sahut Nani sambil tertawa.

Mirna melotot. “Kenapa kalian kayak paham banget selera om-om, hah?”

Nina dan Nani saling pandang. Perasaan mereka mulai tak enak. Tanpa diketahui Mirna, mereka memang sedang mencoba-coba masuk ke dunia malam—berkenalan dengan pria-pria berduit yang jauh lebih tua.

Adi menengahi. “Sudahlah, mereka itu kuliah. Mungkin sedang meneliti lingkungan sosial...”

Mirna hanya mendengus. Adi melanjutkan, “Menurutku, mungkin Riki yang sembunyikan gajinya. Anjani bisa punya aset sebesar itu pasti ada andil Riki.”

“Benar, Bu. Mas Riki pasti sembunyi-sembunyi dari Ibu,” tambah Nina.

Tiba-tiba suara mobil terdengar di depan rumah.

“Itu Riki. Tanya saja langsung,” ucap Adi tenang.

Riki tampak kelelahan. Baru saja turun dari mobil setelah perjalanan dinas luar kota, wajahnya kusut, matanya merah karena kurang tidur. Tapi belum sempat duduk atau menyeruput air, suara lantang Adi langsung menyambutnya.

“Riki! Kamu tega membohongi kami semua!” bentak Adi tiba-tiba.

Riki menghela napas panjang, lelah. “Bohong apa lagi sih, Pak?” balasnya kesal.

“Ke mana uangmu selama ini? Kami di rumah makan cuma pakai telur dan mi instan, kamu malah enak-enakan hidup mewah sama Anjani. Kamu sudah jadi anak kurang ajar, ya?”

“Cukup, Pak!” Riki membentak. Suaranya meninggi, kepalanya pening, tubuhnya remuk karena lelah.

Tanpa bicara lagi, ia berjalan ke kamarnya.

“Brak!”

Pintu dibanting keras. Rumah mendadak hening.

1
Naufal hanifah
cerita nya bagus
Asri Rahman
ini bukan novel tp fakta yg terjadi dinegri ini... kt rakyat kecil digiring membenci orang2 yg jujur dn mndukung orang2 yg rakus.. faktanya orang jujur sllu dicarikn jln buat jd tersangka walau pun akhirnya tdk terbukti..jd ingat kasus Tom lembong.
Ranny
bagus Anjani jangan terlalu percaya sama Diko
Ranny
Faris itu siapa ya Thor 😊
Ranny
jumlah uang segitu ga ada ngaruh nya buat Anjani duitnya malah lebih banyak dr jumlah yg semilyar itu 😄😄😄
Ranny
Satri baja hitam kali ya Thor sampai bisa berubah dr Tiara menjadi Laras 😄😄😄
E H Mukti
IRT lbh banyak kerjaannya 😂😂😂😂 ga tau aja si riki 🤣🤣🤣🤣
Ranny
rasain tuh emang enak ya 😄😄😄
Ranny
ambisi mu terlalu besar padahal kalau bukan karena kakak nya istri mu mana mungkin kau akan menduduki jabatan mu yg sekarang 🤭
Ranny
sebaiknya tinggal kan saja keluarga yg sifatnya kek gitu ga nyaman banget mending cari calon suami dan keluarganya yg nerima kita apa adanya dan bukan karena ada apanya masih banyak kok orang yg sifatnya ga kayak keluarga nya Riki atau Raka ya kan Thor 🤭
N Wage
mirip2 ya latar belakang ceritanya.
azizah,anita,anjani...tokoh2 wanita dalam cerita bebeda tp bernasib sama.
punya mertua dan ipar dajal...suami bego plin plan patuh sm kemauan ibu yg gak bener.
Ranny
emang bukan karena itu benih dr ayah sambungmu 🤭
Ranny
orang kaya dr Hongkong kali 😄😄😄
Ranny
pasti so ada obat perangsang nya tuh 😄😄😄
Ranny
hadeh keluarga bobrok nih ga bapak ga anak sama saja murahan semua 😱
Ranny
pasti video pornonya pak Adi dan Lusi ya kan Thor 🤭
Pasar Dugul
masa enggak ada yg tahu klo keluarga lusi ada, kasus,,, keluarganya riki malah kayak oon semua,, giliran ngehujat anjani mah kompak
Kini Gunawan
Makanya Anjani,ubah penampilanmu biar kamu dihormati orang,buat apa ngumpulin uang tapi diri sendiri nggak hargai, tunjukkan kamu sudah berubah lebih baik,lebih cantik dan berkelas agar nggah diremehkan mantanmu
Kini Gunawan
nggak ada salahnya sih Anjani tampil lebih cantik dan menawan itung2 untuk menyenangkan diri sendiri,karena sekarang dia sudah menjadi wanita karir ya mau nggak mau harus bisa membedakan karena bukan IRT lagi
Kini Gunawan
seharusnya di Anjani ini nyari rumah yg nyaman,perawatan,pakai pakaian yg modis bukan untuk siapa2,tapi lebih untuk menghargai diri sendiri soh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!